NovelToon NovelToon
My Suspicious Neighbour

My Suspicious Neighbour

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cintapertama / Mata-mata/Agen / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Difar

Mbak Bian itu cantik.

Hampir setiap pagi aku disambut dengan senyum ramah saat akan menikmati secangkir kopi hangat di kafe miliknya.

Mbak Bian itu cantik.

Setiap saat aku ingin membeli produk kecantikan terbaru, maka mbak Bian-lah yang selalu menjadi penasehatku.

Mbak Bian itu cantik.

Setiap saat aku butuh pembalut, maka aku cukup mengetuk pintu kamar kost tempat mbak Bian yang berada tepat di sampingku.

Ah, mbak Bian benar-benar cantik.

Tapi semua pemikiranku sirna saat suatu malam mbak Bian tiba-tiba mengetuk pintu kamarku. Dengan wajah memerah seperti orang mabuk dia berkata

"Menikahlah denganku Cha!"

Belum sempat aku bereaksi, mbak Bian tiba-tiba membuka bajunya, menunjukkan pemandangan yang sama sekali tak pernah kulihat.

Saat itu aku menyadari, bahwa mbak Bian tidaklah cantik, tapi.... ganteng??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Difar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Kakak Sepupu Mbak Bian

"Jadi, nama kamu siapa?"

Aku masih diam, mengamati wanita itu dari atas sampai ke bawah, mencoba mengingat-ingat kemiripannya dengan seseorang yang kukenal. Tiba-tiba wanita itu merogoh tasnya dan mengeluarkan lagi dua lembar uang kertas bergambar pahlawan proklamator, menyodorkannya kepadaku dengan senyuman masih tersungging di bibirnya.

Susah payah aku menelan ludah, menimbang-nimbang apakah harus kuterima atau tidak. Sebenarnya aku tadi sempat ngiler melihat Lala berlalu bersama uang di tangannya. Tiba-tiba perasaan menggelitik merayapi diriku. Ini kenapa kami mirip seperti adegan film mata-mata ya?. Dengan si mbak sebagai penjahatnya dan aku sebagai si matre pengkhianat yang siap membeberkan informasi hanya karena diberi uang.

 

"Nama saya Icha. Tidak usah mbak, tips saya mbak berikan ketika saya sudah selesai melayani mbak saja."

Tolakku sok bijak. Walaupun di dalam hati, jiwa Tuan Krabku sudah meledak-ledak, meneriakkan kalimat favorit Tuan Krab "Semua yang kubutuhkan adalah uang, uang, uang, mwehehehe"

Wanita itu tertawa lagi. Entah apa yang membuatnya sedari tadi tersenyum dan tertawa terus. Apa mungkin ada yang salah dengan wajahku? Atau jangan-jangan melihat sobat kucel sepertiku terlalu lucu untuknya?

 

"Yakin kamu nggak mau?"

Entah kenapa aku bisa mendengar nada menggoda di suaranya, seakan dia mendengar perkelahian antara jiwa matre dan idealisku di dalam diriku. Dia tiba-tiba merogoh tasnya lagi, kali ini jumlah uang di tangannya bertambah menjadi lima lembar. Seketika jiwa idealisku langsung bergabung dengan jiwa matreku, tak lagi mencegahku untuk menerima uang darinya.

 

"Terima kasih mbak"

Aku langsung meraih uang yang diulurkan wanita itu.

"Dilihat dulu menunya mbak"

 

"Secha, panggil saya Secha."

Ucapnya sambil menggoyangkan telunjuk ke kiri dan kanan, mengkoreksi caraku memanggil. Secha? Lagi-lagi nama itu terasa tak asing di telingaku. Aku hanya mengangguk dan siap siaga dengan buku kecil di tanganku untuk menulis pesanan, persis seperti siswa yang siap mencatat tugas penting yang gurunya berikan.

 

"Oke-"

Mbak Secha mulai membuka-buka menu di tangannya.

"Duduk!"

Ucap mbak Secha.

Ah duduk, aku menulis apa yang mbak Secha ucapkan barusan di atas kertas. Tapi, tiba-tiba aku merasakan sebuah kejanggalan,

"Kita nggak ngejual menu duduk mbak."

Jawabku polos.

 

Tawa keras tiba-tiba terdengar dari mulut mbak Secha. Berkali-kali dia memukul meja hingga seluruh perhatian kini berfokus kepada kami.

"Ampun deh, polos sama geblek beda tipis ah!"

Gumamnya pelan di sela tawa.

"Maaf mbak. Jadi, mau pesan apa tadi mbak?"

Ulangku lagi.

 

Mbak Secha mengusap sudut matanya yang mulai berair. Aku benar-benar tak paham pola pikir orang cantik. Bukankah tindakanku barusan terlalu receh untuk ditertawakan? Ada sih yang bakal ketawa saat melihatku selemot ini, siapa lagi kalau bukan kedua sobat misqueenku, Cancan dan Siska?.

 

"Saya nyuruh kamu untuk duduk."

Ucapnya lagi dengan nada jenaka.

 

Aku terplongo sambil menunjuk diriku.

"Saya, mbak?"

"Ho oh. Kamulah, kan nggak mungkin kang cilok di depan."

"Tapi mbak.."

"Udah duduk. Saya kan udah bayar kamu barusan."

Perintahnya dengan nada riang.

 

Bayar kamu? buset dah! Kenapa rasanya aku seperti wanita panggilan ya? Ekspresi tak sabar mbak Secha akhirnya membuatku memilih duduk bersamanya. Mbak Secha lalu mengedarkan pandangan dan kembali memanggil Lila. Dia mulai mendikte menu-menu yang ingin dia pesan, termasuk makanan untukku.

 

Aku menghernyitkan alis saat mendengar pesanan yang mbak Secha pesan untukku. Baik makanan dan minumannya adalah makanan dan minuman favoritku, membuat aku terheran-heran dengan kebetulan ini. Setelah selesai mendikte pesanannya, mbak Secha kembali memfokuskan pandangannya kepadaku.

 

"Udah berapa lama kerja disini?"

"Hmm, beberapa bulan mbak."

"Jadi, apa motivasi kamu bekerja disini?"

"Memenuhi biaya penelitian dan skripsi mbak."

Tanya jawab bak interview kerja mulai terjadi di antara aku dan mbak Secha.

"Oh, jadi kamu butuh uang dong?"

"Iya mbak. Makanya saya kerja."

"Mau saya tawari kerjaan yang lebih menghasilkan dari ini?"

Mbak Secha tiba-tiba memajukan tubuhnya, berbicara dengan nada pelan, sangat pelan.

"Kalau kamu terima tawaran saya, kamu bisa beli apapun yang kamu mau. Barang elektronik, tas branded, skincare korea, semua bisa! Kerjanya nggak capek kok, percaya deh!"

Ucapnya dengan nada menggoda.

Seketika aku bergidik. Apa yang mbak Secha ucapkan mirip perkataan muncikari saat menjebak seorang gadis lugu ke dalam dunia hitam.

Tanpa sadar aku langsung memeluk tubuh dengan tanganku dan menggeleng cepat,

 

"Maaf mbak, saya nggak mau masuk ke dunia hitam mbak. Bisa-bisa bapak saya bakal nguber-nguber saya pakai pacul bekas nyangkul di sawah! Lagian saya nggak bakal laku mbak! Cantik kagak, sexy pun kagak. Eh tapi saya seksi kok mbak, seksi konsumsi di acara kampus saya sering mbak!"

 

Mbak Secha terplongo sebentar mendengar jawabanku sebelum akhirnya tertawa keras lagi.

"Ampun deh"

Ucapnya kepayahan di tengah-tengah tawanya.

"Kamu lucu banget deh. Gemes! Jadi pengen ngarungin terus di kilokan ke tukang loak!"

Ocehnya lagi.

Mbak Secha menarik nafas dalam-dalam setelah bersusah payah meredakan tawanya

"Kamu pikir aku mau nawari kamu yang nggak-nggak? Ampun deh, apa aku kelihatan kayak orang jahat atau mucikari ya?"

 

Aku hanya memanyunkan bibir. Tentu saja aku salah paham dengan maksud mbak Secha. Apalagi dia mengatakan kata-kata membujuk dan mengucapkannya dengan ekspresi penuh rahasia.

"Maaf, maaf-"

Mbak Secha lalu mendekatkan posisi tubuhnya, lagi-lagi berbisik pelan

"Saya cuma butuh kamu ngawasi seseorang"

Aku menghernyitkan alis

"Mengawasi siapa mbak?"

Mbak Secha menghela nafas berat. Dia lalu menangkup wajahnya dengan tangan, terlihat frustasi karena sesuatu.

"Bian, awasi Bian."

 

Aku membelalakkan mata. Hah? Aku nggak salah dengarkan? Mengawasi mbak Bian?. Dengan cepat aku menggelengkan kepala, sambil menyodorkan kembali uang yang sempat diberikan oleh mbak Secha. Wajah mbak Secha seketika berkerut, terlihat tak suka dengan penolakanku.

"Maaf mbak, saya nggak bisa. Mbak Bian udah saya anggap seperti kakak saya sendiri"

Tolakku tegas.

 

Mana mungkin aku berani membuat kesepakatan untuk mengawasi mbak Bian untuk mbak Secha yang sama sekali tak ku kenal? Sekalipun aku matre, tetap saja bagiku ikatan dan kepercayaan adalah hal yang sangat penting. Jadi teringat kata-kata di anime ninja favoritku, orang yang meninggalkan temannya lebih rendah dari sampah, eaak. Lagian kebaikan mbak Bian selama ini sudah lebih dari cukup untuk membuatku tanpa pikir panjang menolak tawaran mbak Secha.

 

Tapi, diluar dugaanku, mbak Secha justru terlihat bahagia. Dia lalu meraih tanganku dan menggenggamnya erat-erat.

"Ya tuhan syukurlah!"

Serunya dengan mata berbinar.

"Nggak nyangka ternyata Bianca punya orang sebaik kamu di sisinya!"

 

Aku menghernyitkan alis bingung, tak mengerti dengan wajah mbak Secha yang begitu bahagia.

"Sebagai adik sepupu Bianca, aku benar-benar bersyukur."

Ucapnya dengan wajah berbinar yang entah kenapa di mataku justru... terasa aneh?

1
3d
iringan musik, thor🙏
emi_sunflower_skr
Kekuatan kata yang memukau, gratz author atas cerita hebat ini!
☯THAILY YANIRETH✿
Karakternya begitu kompleks, aku beneran merasa dekat sama tokoh-tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!