Ketika membuka matanya, Jian Lushi mendapati dirinya berada di hutan belantara, seorang diri.
Ternyata jiwanya bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis petani malang, yang kebetulan memiliki nama yang sama dengan dirinya.
Setelah berhasil memutuskan hubungan dengan keluarga pemilik asli, Lushi bepergian jauh untuk memulai hidup baru.
Hingga akhirnya Lushi bertemu dengan seorang duda, yang terus memaksa ingin menikahinya.
"Jadilah ibu dari anak-anakku."
"Ayo menikah."
"Mulai sekarang, aku kekasihmu."
Mohon dukungannya... (dalam proses revisi)
Terimakasih...🫶🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah_sakabian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Keputusan Sepihak
...----------------...
Lushi keluar dari restoran dengan langkah lebar. Wajah cantiknya tampak gelap dan bersungut-sungut, sangat tidak sedap di pandang.
Itu semua karena pria bernama Junhan, yang tidak bisa memahami ucapan manusia.
Jelas-jelas Lushi sudah bilang tidak siap menikah. Sudah menolak dengan berbagai macam alasan yang jelas dan gamblang. Tapi Junhan tetap pura-pura tuli, seakan-akan telinganya sedang di gadaikan di tukang rongsokan.
Pria yang membuat Lushi murka itu, kini sedang berjalan mengikuti di belakangnya. Langkahnya yang sudah biasa lebar, saat ini terlihat ringan dan tenang.
Meskipun wajahnya sudah kembali ke setelan semula. Tapi, jika di perhatikan lebih dekat, ada sedikit tarikan di kedua sisi bibirnya.
Junhan memang merasa sedikit senang dan puas, karena sudah membuat keputusan untuk hubungan mereka berdua.
Lebih tepatnya keputusan sepihak, yang di ambil dan di setujuinya sendiri. Karena sebenarnya dia tau, kalau Lushi memang belum bisa menerima hubungan mereka.
Tapi sebagai lelaki gentleman, dia harus memiliki inisiatif, visi, berani bertindak duluan, dan berani mengambil keputusan. Meskipun dengan cara sedikit memaksa, dan sedikit tidak tahu malu.
Melihat Lushi sudah menaiki sepedanya dan langsung pergi. Tanpa berniat berpamitan, atau sekedar menoleh kearahnya.
Melihat ini bukannya marah, Junhan malah menyeringai, dan muncul sebuah ide di kepalanya.
"Apakah anda tidak berniat mengantarkan nona Lushi pulang, tuan?" tanya Li Ying tiba-tiba, yang mengagetkan Junhan. Entah sejak kapan pemuda itu berdiri di sana.
"Tsk. Kembali bekerja." ucap Junhan kemudian berjalan pergi. Li Ying mengikuti di belakang Junhan.
"Lain kali, jangan terlalu dekat dengannya. Jaga jarak, tidak perlu banyak mengobrol. Dan jangan sering-sering jemur gigimu." imbuh junhan dengan tegas.
Mendengar rentetan kata-kata Junhan, Li Ying langsung memutar kedua bola matanya.
"Belum jadi suaminya saja sudah posesif." batin Li Ying yang tak berani di suarakan.
Kemudian dia menjawab, "Baik"
Sambil mengangguk-anggukan kepalanya, tanda memahami semuanya. Tapi nyatanya dia masih sedikit bingung.
Karena sejak mengetahui kalau Lushi lebih menyukai ketampanan Li Ying, Junhan menjadi sering tiba-tiba kesal. Tanpa alasan yang jelas, Li Ying kadang tiba-tiba mendapat hukuman darinya .
Sesampainya di rumah. Setelah menyimpan sepeda dan yang lainnya. Lushi membawa kedua kucingnya, untuk duduk di atas alas karpet.
Setelah kedua kucing itu diam. Lushi duduk bersila di depan keduanya, kemudian memulai sesi curhatnya.
"Kalian tau bapacknya Yueyue dan Zhuzhu, kan?" tanya Lushi kepada dua kucing itu.
Yang tentu saja kedua kucing itu hanya bisa mengeong, sebagai jawabannya. Mata kedua jeruk dan manggis, menatap lushi dengan tatapan polos dan bingung.
"Tsk, pria itu baru saja melamarku." kata Lushi pelan. Kemudian berbaring, seperti memikirkan sesuatu.
Kedua kucing itu sepertinya sudah terbiasa dengan kelakuan absurd Lushi.
"Ya, kenapa tidak mulai dengan kedua anaknya saja." ucap Lushi tiba-tiba. Kemudian tersenyum, seperti sudah mendapatkan ide.
"Kalau mereka datang berkunjung, aku akan menolak mereka. Tidak akan membukakan pintu untuk mereka. Benar, seperti itu."
"Seenaknya saja, tiba-tiba minta untuk jadi ibu dari anak-anaknya. Emang gue babby sister? Yang bener aja."
"Mending cari cowok tampan yang masih single. Daripada nikah, tapi cuma buat jadi pengasuh."
Setelah mengucapkan itu, Lushi seperti memikirkan sesuatu yang lain.
"Mungkin seandainya, kalau dia ngelamarnya karena cinta... Aku bakal mempertimbangkan. Karena aku juga suka dengan anak-anaknya yang penurut dan menggemaskan." ucap Lushi kemudian membayangkan tingkah lucu Yueyue.
Tapi kemudian dia sepertinya kembali tersadar akan sesuatu.
"Arghhh... Nggak tau lah. Pokoknya lihat aja dulu, usaha, tindakan dan pengorbanan tu laki. Ya kan jeruk? Ya kan manggis?" ucap Lushi kemudian memeluk kedua kucingnya.
Dirumah lain, nyonya Luo juga sedang mengomel pada putra keduanya, yang sudah siang begini baru bangun tidur.
"Dasar pemalas. Kenapa tidak bangun besok malam sekalian?"
"Bukankah ibu sudah sering mengingatkan, untuk bangun lebih pagi. Kalau kau terus seperti ini, bagaimana gadis Jian mau menikah denganmu."
"Mana usahamu, yang katanya mau mendekati gadis Jian? Sampai saat ini belum membuahkan hasil, sedikitpun."
"Apakah barang itu sudah kau berikan padanya?"
Melihat putranya tidak berniat menjawab, nyonya Luo mendengus kesal.
"Ibu sudah beberapa kali mencarikan peluang untukmu. Tapi kau selalu tidak bisa di andalkan. Huh.... Sekarang semuanya tergantung usahamu sendiri. Pokoknya bagaimanapun caranya kau harus bisa mendekati gadis Jian. Kau harus bisa memikat dia. Dan menjadikannya menantuku."
"Ohhh Astagaaa... Cepat mandi dan bersiap, sanaaa."
"Jam segini biasanya gadis Jian sudah di rumah. Cepat antarkan barang itu untuknya. Ahh..."
Nyonya Luo berteriak kesal, karena melihat putranya kembali mendengkur.
"Apa kau pikir ini di hutan? Dasar wanita desa. Sudah di bawa tinggal di kota pun, kebiasaan kampungnya tidak pernah hilang." tiba-tiba ibu mertua nyonya Luo datang. Kemudian menyela dengan sinis dan sarkastik.
Nyonya Luo mendengus, tapi langsung terdiam. Inilah salah satu alasan dia ingin putra keduanya menikah dengan Lushi. Agar bisa segera pindah rumah, dan tidak tinggal satu rumah dengan mertua yang cerewet dan menyebalkan seperti ibu mertuanya ini.
Karena suaminya tidak bisa di andalkan. Pria itu lebih memilih dan sering mendengarkan kata-kata ibunya, dari pada menuruti kata-kata istrinya.
...----------------...
perasaan baru baca bentar tau2 dah selesai aj nih chapter /Sob/
nak mau lagi /Whimper/