Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang perempuan setelah berpisah dari orang yang dicintainya. Namun, takdir berkata lain karena ada kisah lain yang muncul setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 6
Hazel barus saja tiba di rumah. Dia melihat mobil Kakeknya terparkir di halaman rumah. Dengan segera dia melangkah memasuki rumah.
"Halo Kek" Sapa Hazel saat melihat Kakeknya.
"Halo cucu Kakek, kamu sudah pulang? " Sambut Kakeknya yang bernama Roger itu.
Roger Dermawan Galasky. Pemilik, sekaligus founder Galasaky Corp. Beliau sangat dihormati dan disegani oleh para penguasa karena kekayaan yang dimilikinya. Dia disapa Presdir Galasky. Presdir sangat menyukai Hazel. Walaupun bukan cucu kandungnya, beliau sangat tulus menyayanginya.
Hazel sadar akan hal itu dan sebisa mungkin, dia selalu berperilaku yang baik agar tidak mengecewakan Presdir.
Presdir memiliki 2 orang anak kandung yang kini tinggal di luar negeri dan 1 orang anak angkat yakni Elena. Sebuah kisah dan takdir mempertemukan mereka dan hingga saat ini Elena menjadi anak serta salah seorang ahli waris dari Galasky Corp.
"Iya Kek" Hazel memeluk Presdir erat.
"Ayo temani Kakek, kita makan siang bareng. Mama kamu masih di kantor. Kakek sengaja datang karena ingin bertemu kamu" Ajak Presdir.
"Baiklah. Hazel ganti baju dulu"
"Ya. Cepatlah. Kakek tunggu di mobil"
Setelah berganti pakaian, Hazel segera menyusul Kakeknya ke mobil.
Mobil kemudian melaju ke sebuah tempat makan yang telah disiapkan untuk mereka.
"Bagaimana Sekolah kamu Hazel?" Tanya Presdir ketika mereka sedang menunggu makanan disajikan.
"Baik Kek. Hazel senang menjalaninya"
"Syukurlah. Kakek harap kamu bisa belajar dengan baik. Kakek sangat berharap kamu bisa memegang kendali Perusahaan suatu hari nanti"
"Baik Kek. Hazel akan ingat pesan Kakek."
"Yaahhh. Kakek percaya kamu tidak akan mengecewakan Kakek."
Hazel terseyum. Bagaimanapun, dia tidak akan melawan atau mengecewakan orang yang telah menyelamatkan dia dan Mamanya.
Beberapa saat kemudian, makanan mereka disajikan dan mereka kemudian menghabiskan waktu sambil makan bersama dan sesekali bercerita.
.
.
Dari tempat lain, Elena yang sedang memimpin rapat penting, mendapat sebuah pesan dari seseorang. Dibukanya pesan tersebut. Seketika jantungnya berdegup kencang tidak karuan.
"Kenapa Papa menemui Hazel?" Geramnya sambil meremas ponselnya.
Dia yang sementara memimpin rapat, kemudian membatalkan rapat dan segera berlari keluar ruangan.
Dengan gemetar, dia menghubungi orang yang baru saja mengirim pesan padanya. Namun panggilan itu tidak diangkat.
Dia kembali teringat saat pertama kali dia bertemu Presdir yang menolongnya ketika dia hampir sekarat dan mati dalam keadaan sedang mengandung Hazel.
"Aahhh bagaimana ini? Apa yang mereka bicarakan? Apa Papa berniat mengatakan semuanya pada Hazel sekarang? Tidak tidak tidak ! Kesepakatannya bukan seperti ini. Ini masih jauh dari waktu yang telah kami sepakati" Gumamnya sendiri sambil berlari kecil menuju ke parkiran mobil.
Rupanya, di masa lalu, terjadi sebuah kesepakatan yang terpaksa dia setujui demi menyelamatkan dirinya dan Hazel. Dan hal tersebut juga yang selalu mengganggunya sampai hari ini. Hal tersebut masih menjadi rahasia yang belum dia ungkapkan pada Hazel.
.
.
Hazel baru saja tiba di rumah. Dia melihat bahwa Mama Elena sudah tiba di rumah.
"Mama? " Panggil Hazel.
"Hazel.... Hazel" Elena panik dan memeluk putranya.
"Mama kenapa? Katanya Mama lagi di kantor. Kok udah ada di sini? "
"Ka.. Kamu ketemu Presdir? A.. Apa yang kalian bicarakan? " Tanya Elena terbata.
"Mama tahu dari siapa kalo aku ketemu Kakek?" Hazel balik bertanya. Dia heran dengan sikap mamanya saat ini.
"Eemmmmm Ituu. Tadi Presdir yang bilang langsung kalo Beliau mau ketemu sama kamu. " Elena sadar atas kecurigaan Hazel dan kembali berpura-pura tenang.
"Ohh. Kami hanya makan siang bareng Ma. Ngga ada hal lain. Setelah itu juga aku langsung diantar pulang sama Om Hendra (Asisten Pribadi Presdir) " sambil menunjuk ke arah Hendra.
Elena melihat ke arah Hendra dan mengangguk. Pertanda Hendra bisa pergi meninggalkan mereka.
"Syukurlah kalo gitu Hazel. Ma.. Mama hanya sedikit terkejut. Tidak biasanya Presdir mengajak kamu makan siang"
"Ngga apa-apa Ma. Hazel juga sudah lama ngga ketemu Kakek kan."
Elena hanya terdiam. Dari raut wajah Hazel, benar bahwa mereka mungkin hanya makan saja. Dengan begitu, dia sedikit tenang.
"Aku harus bertanya langsung ke Presdir. Kenapa dia mau bertemu Hazel" Gumamnya dalam hati.
"Ya. Sudah. Kalo gitu Mama kembali ke kantor lagi ya." Ucap Elena sembari mencium pipi anaknya dan berlalu.
Hazel menatap kepergian Mamanya yang terlihat aneh di matanya.
.
.
Keesokan paginya, seperti biasa Senja mengayuh sepedanya yang kemarin sudah diperbaiki menuju ke sekolah.
Di tengah jalan, tiba-tiba dia kembali bertemu dengan Angga.
"Heii.. " Angga menyapa tepat di samping Senja.
Senja kemudian menghentikan sepedanya karena kaget.
"Rumah kamu di sekitar sini ya? " Lanjutnya bertanya.
"I.. Ia kak"
"Sampai ketemu di sekolah ya. Bye" Ucap Angga kemudian melanjutkan perjalanannya meninggalkan Senja yang bengong.
Senja hanya bisa menggelengkan kepala dan kembali mengayuh sepedanya.
Begitu sampai di Sekolah, ternyata Angga masih berada di parkiran.
"Kamu sudah sampai?" Tanya Angga tiba-tiba.
"E.. Ehh. I.. Ia kak" Jawab Senja sedikit terkejut.
"Kamu kenapa sih. Btw, aku belum tahu nama kamu. Nama kamu siapa?" Tanya Angga sambil menyodorkan tangan.
Senja masih gugup menerima tangan itu sambil melihat sekitarnya. Ada beberapa murid sekolah yang juga memperhatikan mereka.
"Na.. Nama saya Senja" Menerima uluran tangan Angga.
"Oke Senja. Selamat belajar." Angga kemudian bergegas menuju ke kelas.
Tanpa sengaja, Hazel yang baru tiba melihat itu dan Senja menyadarinya. Hazel hendak berlalu tapi Senja memanggilnya.
"Ha.. Hazel" Berlari ke arah Hazel yang berhenti dengan sedikit takut.
"Apa?!" Jawab Hazel ketus.
"Jaketmu mau aku kembalikan. Sudah aku cuci sampai bersih" Ucap Senja dengan menunduk.
"Temui aku di rooftop pas pulang sekolah nanti. Kembalikan di sana." Hazel langsung pergi.
Senja hanya terdiam mendengar ucapan itu.
"Rooftop? Kira-kira aku bakalan aman tidak ya? Atau jangan-jangan ini jebakan? Tapi kalau aku tidak ke sana, aku akan dianggap tidak tahu berterimakasih. Bagaimanapun, Hazel tidak pernah memperlakukan aku dengan buruk" Batin Senja gelisah.
.
.
Sekolah hari ini selesai dan seperti biasa, Senja masih selalu mendapat gangguan serta bulian dari teman-temannya. Namun, Senja masih bertahan dan tidak memberi perlawanan.
Seperti saat ini, saat jam terakhir sekolah.
Dengan sengaja, Virgin menumpahkan minuman jusnya ke baju seragam Senja dengan sengaja. Hal tersebut membuat Senja hanya bisa terdiam sembari menutup bagian bajunya yang tersiram jus dengan kedua tangannya.
Anak-anak lain yang melihat itu hanya bisa tertawa. Hazel tanpa berkata apapun segera berjalan keluar kelas. Senja ditinggal sendiri di dalam kelas, dia belum ingin keluar karena malu dengan anak-anak sekolah yang lain.
Hampir 1 jam lamanya dia menunggu, akhirnya dia memberanikan diri untuk keluar kelas. Sudah tidak ada lagi murid yang berkeliaran. Namun, saat hendak menuruni tangga, dia teringat akan ucapan Hazel yang menyuruhnya untuk mengembalikan jaket miliknya di rooftop.
"Apa aku harus pergi menemuinya? Tapi bagaimana kalau dia hanya menjebakku dan ingin melakukan hal lain untuk mengerjaiku? Tapi, bagaimana kalau dia sudah menunggu di sana?" Senja bingung.
Dia diam sebentar dan kembali berpikir.
"Ahh setidaknya aku harus memastikan dia ada di sana atau tidak. Kalau tidak kan aku bisa langsung pulang. Ya.. Sebagai ucapan terimakasih juga. Setidaknya aku harus menunjukan rasa terimakasihku" Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rooftop.
Setelah menaiki tangga paling atas, dia sampai di ujung tangga yang terhubung dengan pintu menunu ke atap sekolah. Dengan perlahan sambil menarik napas, dia segera membuka pintu itu.
Dan......
.
.
BERSAMBUNG.
Semangat berkarya yaa... 💕
dikasih space kak