Jessica Adams harus mengalami hukuman selama enam tahun lamanya di dalam penjara karena dianggap lalai dalam mengemudi mobil, hingga menyebabkan seorang model bernama Natasha Linzky meninggal dunia.
Kekasih Natasha, Axel Ray Smith, menaruh dendam luar biasa hingga memaksakan sebuah pernikahan dengannya yang saat itu dalam keadaan lumpuh. Siksaan tubuh dan jiwa menyebabkan Jessica akhirnya mengalami trauma dan depresi, bahkan Axel menceraikannya dan membuangnya begitu saja tanpa mempedulikannya.
Namun yang tidak diketahui oleh Axel adalah bahwa ia telah menitipkan benihnya pada seorang wanita yang ia anggap sebagai musuhnya. Apakah masih ada benang merah yang mengikat keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATAPAN TAJAM
Byurrrr
Seember air kembali disiram ke arah tubuh Jessica yang tengah meringkuk di atas tempat tidur yang kasurnya telah lapuk. Dengan kaget ia terbangun dan langsung terduduk sambil mengusap wajahnya yang terkena air.
“Bangun! Kamu kira kamu di sini majikan? Bangun seenakmu saja!” Ingin sekali rasanya Jessica menulikan telinganya. Ia berharap bahwa yang ia dengar hanya sebuah angin lalu. Namun tiba-tiba kembali seember besar air diarahkan padanya, bahkan ember tersebut diletakkan hingga menutupi wajahnya.
Pakkk
Telinga Jessica terasa berdengung ketika ia merasakan ember tersebut dipukul. Ia segera mengangkat ember tersebut dari kepalanya dan kini di hadapannya tampak sosok Axel dengan kursi rodanya. Di sebelahnya ada seorang pelayan yang telah siap dengan ember lain yang berisi penuh dengan air.
Tak ada jam dinding di dalam kamar tersebut, tapi Jessica yakin bahwa matahari belum terbit karena suasana masih begitu gelap.
“Bersihkan kolam renang karena aku akan menggunakannya siang nanti! Kuras airnya dengan ember ini dan isi kembali dengan ember yang sama,” kata Axel sambil menunjuk ember yang tadi menutupi wajah Jessica.
Menguras kolam renang dengan ember? Yang benar saja! Apa kolam renang di rumahnya ini tidak memiliki sistem filter otomatis? Atau dia memang sengaja ingin mengerjaiku. - batin Jessica.
Tak ada bantahan yang keluar dari bibir Jessica. Ia hanya bisa mengumpat di dalam hatinya karena tak ingin mendengar suara Axel dan menatap wajahnya yang menyebalkan.
Jessica mengenakan pakaian pelayan yang diberikan padanya. Ia langsung mengambil ember dan berjalan ke arah kolam renang, tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Lagipula ia akan kotor dan basah lagi, jadi lanjut saja, demikian pikir Jessica.
Axel menatap Jessica dengan tajam hingga wanita itu keluar dari kamar tidur yang sebelumnya adalah kamar kosong dari pemilik sebelumnya. Ya, Axel memang membeli rumah itu dari pemilik sebelumnya yang pergi keluar negeri dan menjual semua aset serta harta bendanya di Kota London.
Berjalan tanpa semangat ke arah taman belakang rumah, Jessica menenteng sebuah ember. Kini ia telah berdiri di samping kolam renang yang ternyata cukup besar. Ia menoleh dan melihat bahwa Axel berada di teras belakang dan mengawasinya.
Aku sangat membencimu! - batin Jessica.
Seember demi seember ia ambil air dari kolam renang dan membuangnya ke bagian tepi di mana ada saluran air. Namun sudah hampir setengah jam ia melakukannya, tapi volume air di kolam renang tersebut rasanya tidak berkurang sama sekali.
Ahhh! Bodohnya dirimu, Jess! Seharusnya kamu matikan dulu filternya. Kalau kamu terus membuangnya ke selikan tepi, ia akan masuk lagi ke kolam renang setelah dibersihkan! - batin Jessica.
Akhirnya ia berjalan ke arah pinggir kolam dekat pepohonan. Di sana terdapat sebuah ruangan khusus yang ia yakini mengatur semua sistem air di kolam renang. Setelah mematikannya, ia mulai kembali menyendokkan air tersebut keluar dari kolam menggunakan ember.
Lelah, itulah yang saat ini dirasakan oleh Jessica. Kedua tangan dan kakinya seperti remuk redam. Ingin sekali rasanya ia melawan tapi pria itu selalu mengancam akan menghancurkan perusahaan milik Dad Jordy.
Meskipun Dad Jordy sudah tak menganggapnya sebagai putrinya, tapi bagi Jessica, Dad Jordy adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Tak mungkin rasanya ia menghancurkan keluarganya sendiri.
Matahari sudah meninggi dan Jessica yakin sebentar lagi Axel akan tiba di kolam renang seperti perkataannya tadi yang ingin menggunakan kolam renang. Namun, sampai lewat dua jam, tak nampak batang hidungnya.
Hingga akhirnya pukul empat sore, saat Jessica sedang mencabuti rumput di halaman belakang, Axel datang bersama asisten pribadinya Jimmy dan juga beberapa orang pria yang menggunakan pakaian seperti teknisi.
“Aku ingin kolam renangku dibersihkan dan disterilkan! Aku tidak akan turun ke sana sebelum semua kuman dan virus di sana mati, apalagi ada makhluk menjijikkan yang tadi masuk ke dalam sana!” perintah Axel.
Degggg
Jessica bisa mendengar semua perkataan Axel karena pria itu berteriak. Mungkin juga Axel sengaja berteriak agar Jessica bisa mendengar hal itu.
Jessica mengepalkan tangannya di mana masih terkumpul rerumputan di sana. Ia merasa telah mengerjakan pekerjaan yang sia-sia. Dirinya bahkan dianggap sebagai makhluk menjijikkan oleh Axel.
Apa sebaiknya aku bunuh saja dia? Bukankah dia telah menganggapku sebagai pembunuh, jadi sekalian saja. Bahkan lebih nyaman berada di dalam penjara daripada di sini. - batin Jessica.
**
Malam ini, Jessica tak bisa tidur dengan tenang. Tubuhnya yang terasa sangat lelah justru membuatnya kesulitan untuk tidur.
Selain itu, kilatan kejadian saat kecelakaan terjadi dan kejadian sebelumnya kembali menghampiri ingatannya, membuat dirinya ketakutan.
Aku membencimu! Sangat membencimu! - Jessica kembali terbangun dengan peluh yang mengalir di dahinya. Wajah Natasha yang terlihat begitu membencinya terus terpatri dalam pikirannya dan selalu menghantui setiap malamnya.
“Apa aku harus terus membayar kesalahan yang sebenarnya tak kulakukan? Aku memang mengemudi dengan kecepatan tinggi, tapi itu bukan keinginanku,” gumam Jessica sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.
Akhirnya Jessica keluar dari dalam kamar tidurnya dan pergi ke dapur. Ia ingin setidaknya minum air putih untuk membuat perasaan gelisahnya mereda. Namun, belum jauh ia melangkah dari kamar tidurnya, tatapan tajam seorang Axel Ray Smith membuatnya menghentikan langkah kakinya.
🌹🌹🌹
terimakasih ya kak, 👍👍👍👍👍😍😍😍😍
kalo mau nggak enak. mending skip wae... terus ngorok atw ngrumpi...
kasian othor, nggak gampang lho🤭