NovelToon NovelToon
The Story Of Jian An

The Story Of Jian An

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:514
Nilai: 5
Nama Author: NinLugas

Pada abad ke-19, seorang saudagar China yang kaya raya membawa serta istri dan anaknya menetap di Indonesia. Salah satu anak mereka, Jian An, tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan berwibawa. Ketika ia dewasa, orang tuanya menjodohkannya dengan seorang bangsawan Jawa bernama Banyu Janitra.

Pada malam pertama mereka sebagai suami istri, Banyu Janitra ditemukan tewas secara misterius. Banyak yang menduga bahwa Jian Anlah yang membunuhnya, meskipun dia bersikeras tidak bersalah.

Namun, nasib buruk menghampirinya. Jian An tertangkap oleh orang tidak dikenal dan dimasukkan ke dalam sumur tua. berenang di permukaan air sumur yang kini tidak lagi berada di abad ke-19. Ia telah dipindahkan ke kota S, tahun 2024. Dalam kebingungannya, Jian An harus menghadapi dunia yang jauh berbeda dari yang ia kenal, berusaha menemukan jawaban atas misteri kematian suaminya dan mencari cara untuk kembali ke masa lalu yang penuh dengan penyesalan dan rahasia yang belum terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05

Dengan hati-hati, Banyu mulai melepaskan kain yang menyelimuti tubuh Jian An, tangannya bergerak lembut, seolah takut mengganggu ketenangan malam itu. Kain sutra yang menutupi tubuh Jian An jatuh perlahan, memperlihatkan gaun tidur yang menambah pesona wanita itu. Rambut Jian An yang tergerai panjang semakin mempertegas keanggunan dirinya, berkilau di bawah cahaya bulan yang lembut, seperti aliran air yang tenang. Setiap helai rambut yang jatuh dengan indah mengingatkan Banyu akan kecantikan yang begitu alami, meskipun ia tahu bahwa di balik kecantikan itu ada keraguan dan ketegangan yang terpendam.

Banyu menatap Jian An sejenak, merasa cemas akan setiap tindakannya. Tatapannya penuh dengan kebingungan, tidak ingin melangkah lebih jauh jika itu membuat Jian An merasa tidak nyaman. Ia tahu, meskipun perasaan yang berkembang di hatinya adalah keinginan yang tulus, ia harus sangat hati-hati. Setiap gerakan yang ia buat adalah langkah menuju pemahaman bersama, bukan hanya sekadar fisik semata.

Jian An, di sisi lain, merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Meski ia telah siap, perasaan canggung dan tak pasti masih mengendap di dalam hatinya. Rambutnya yang tergerai, melayang lembut mengikuti gerakan angin, menambah rasa asing di sekitarnya. Ia merasa terjaga oleh perhatian Banyu, tetapi hatinya masih terjebak dalam kenangan dan ketidakpastian akan perjodohan ini.

Banyu berhenti sejenak, menatap wajah Jian An yang tampak tenang namun dalam hatinya ia tahu ada kebingungan yang tersembunyi. Ia menggenggam tangan Jian An, mencoba memberi kekuatan dan ketenangan, walaupun dirinya juga merasa rapuh di hadapan wanita yang baru saja ia nikahi. "Aku hanya ingin kau merasa nyaman," ucap Banyu dengan suara pelan, penuh pengertian.

Jian An mengangguk perlahan, mencoba meresapi kata-kata itu. Meski hati dan pikirannya bertentangan, ia tahu bahwa malam ini adalah sebuah awal yang tidak bisa dihindari. Namun, ia ingin memastikan bahwa keputusannya untuk melangkah maju dalam pernikahan ini adalah pilihan yang tidak hanya diambil dengan rasa terpaksa, tetapi dengan kepercayaan dan pemahaman yang lebih mendalam.

Banyu dengan perlahan melanjutkan gerakannya, dan meskipun segala sesuatunya terasa canggung, ada rasa hormat dan kehati-hatian yang mengiringi setiap langkahnya. Malam itu, keduanya terjebak dalam lingkaran waktu yang penuh ketidakpastian, namun mereka tahu bahwa ini adalah sebuah perjalanan yang harus mereka jalani bersama, beriringan dalam setiap langkah yang diambil.

Saat suasana semakin hening dan waktu seakan berjalan lebih lambat, Banyu mendekatkan wajahnya ke wajah Jian An, setiap gerakan terasa begitu penuh pertimbangan. Ia bisa merasakan detak jantungnya yang semakin cepat, penuh kecemasan dan keinginan yang saling bertabrakan. Tatapan mereka saling bertemu dalam keheningan yang memekakkan, dan dalam sekejap, semua kata-kata yang belum terucap menggantung di udara.

Dengan lembut, Banyu mulai mencium bibir Jian An yang merah muda, sentuhan pertamanya terasa ringan, seolah mencari izin, menunggu respon dari wanita yang berada di hadapannya. Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang penuh keragu-raguan, meskipun ada perasaan yang lebih dalam yang tersirat di baliknya. Banyu bisa merasakan ketegangan dalam tubuh Jian An, tetapi juga ada rasa yang perlahan mereda, membiarkan dirinya mengalir dalam momen yang masih penuh ketidakpastian.

Jian An terkejut sejenak, perasaannya campur aduk. Ciuman itu, meskipun lembut, terasa seperti sebuah perintah yang harus diikuti, lebih karena tak ada lagi jalan mundur. Meskipun begitu, ada semacam ketulusan dalam sentuhan Banyu, yang berusaha memberi kenyamanan meski dirinya sendiri masih penuh dengan kebingungan. Perlahan, Jian An mulai membiarkan dirinya menerima ciuman itu, merasakan hangatnya, meskipun hatinya masih berdebar tak menentu.

Ciuman itu bertahan sejenak, kemudian perlahan terlepas, meninggalkan ruang hening di antara mereka. Banyu menatap Jian An dengan mata yang penuh perhatian, menunggu reaksi darinya, mencoba membaca apa yang ada di dalam hati wanita itu. Namun, ada rasa kecewa yang samar di dalam dirinya, karena ia tahu betapa sulitnya bagi Jian An untuk menerima semua ini. Malam itu, meskipun perasaan mereka saling berhubungan, masih ada jarak yang belum bisa dihapuskan.

Jian An menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Ia merasa bingung, tidak tahu apa yang sebenarnya ia inginkan. Tetapi, ada sesuatu dalam ciuman itu yang membuat hatinya sedikit tenang. Perlahan, ia menatap Banyu dengan tatapan yang lebih lembut, meskipun masih ada banyak hal yang belum ia pahami.

“Banyu...” Jian An akhirnya berbisik, suaranya penuh ketegangan, “Aku tidak tahu bagaimana perasaan ini...”

Banyu mengangguk pelan, tidak mengatakan apa-apa, karena ia tahu, malam ini bukan tentang kata-kata, melainkan tentang bagaimana mereka bisa saling memahami, sedikit demi sedikit.

Banyu menggenggam tangan Jian An dengan lembut, tetapi dalam genggamannya ada kekuatan yang tak terlihat, sebuah usaha untuk memberi rasa aman di tengah kebingungannya. Perlahan, ia kembali mendekat, mencium bibir Jian An dengan lebih dalam, kali ini sedikit lebih percaya diri. Setiap kecupan yang ia berikan terasa penuh perasaan, tidak terburu-buru, namun juga tidak terlepas dari kerinduan yang perlahan tumbuh di dalam dirinya.

Jian An merasa tubuhnya merespons dengan cara yang tak terduga. Kecupan pertama terasa seperti sebuah permulaan yang ragu-ragu, namun setiap kecupan berikutnya membawa gelombang perasaan yang semakin kuat. Ia mendesah pelan, tak bisa menahan reaksi tubuhnya, meskipun pikirannya masih berusaha bertahan untuk menjaga jarak. Desahan itu keluar tanpa sadar, seolah mengalir begitu saja, menandakan bahwa hatinya mulai merespons meskipun tidak sepenuhnya yakin.

Banyu, yang merasakan desahan itu, tidak segera berhenti. Ia menggenggam tangan Jian An lebih erat, mencoba memberi kepastian bahwa ia tidak akan memaksakan apa pun. Setiap gerakan tubuh Jian An ia perhatikan, setiap tarikan napasnya, dan ia tahu bahwa meskipun Jian An belum sepenuhnya siap, ada suatu daya tarik yang tak bisa dihindari, sesuatu yang lebih dari sekadar perjodohan.

Ketika ciuman itu terhenti sejenak, Banyu menatap Jian An dengan mata yang lembut, berharap bisa melihat ke dalam dirinya. "Jian An, jika kau merasa ragu, kita bisa berhenti kapan saja. Aku tidak ingin membuatmu merasa tertekan," ucap Banyu dengan suara yang bergetar, namun penuh perhatian.

Jian An menatapnya, hatinya berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Ada banyak perasaan yang bergemuruh dalam dirinya—perasaan yang tak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata. Perlahan, ia mengangguk, merasakan kehangatan yang datang dari sentuhan Banyu. Meski dirinya masih ragu, ciuman dan perhatian Banyu perlahan meruntuhkan tembok yang dibangunnya. Namun, rasa takut dan kebingungannya masih ada, meskipun ia mencoba membiarkannya terlepas sedikit demi sedikit.

"Terima kasih," bisiknya pelan, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ada sedikit kenyamanan yang mulai tumbuh di dalam dirinya. Malam itu, meskipun penuh dengan keraguan, juga menjadi awal bagi mereka berdua untuk belajar tentang satu sama lain, mencari tahu apa yang benar-benar mereka inginkan, dan bagaimana mereka bisa saling menerima.

1
yanah~
Mampir kak, tulisannya rapi, enak dibaca 🤗
¶•~″♪♪♪″~•¶
semangat kk/Determined//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!