The Queen Is Doctor Transmigration

Bab.10

Safire hanya ingin membela si pemilik tubuh, meskipun cara Esmera sangat licik saat mendapatkan Pangeran Alexander dengan cara menjebak Alexander dengan fitnahan jika sang Pangeran sudah melecehkannya. Namun setidaknya, cinta Esmera memang murni pada Alexander tidak seperti Putri Abigail yang bersama Alexander hanya karena status tinggi Alexander di Istana. Mungkin saja Esmera menjadi sosok yang jahat dan angkuh pada para pelayan, itu disebabkan karena Pangeran Alexander tak pernah memperdulikannya setelah menikah dan hanya perduli pada mantan kekasihnya Putri Abigail.

Pangeran Alexander tak bisa berkata - kata mendengar ucapan istrinya yang berapi - api bahkan menatap benci padanya.

"Ekhmm... turuti saja istrimu, Alex. Jangan membangkang ku." Akhirnya Kaisar melerai.

"Pangeran Otis, kamu harus menjaga Esmera dengan nyawamu. Paham?" ujar Kaisar.

"Ya, Ayah." Pangeran Otis mengangguk.

Wajah Pangeran Alexander menggelap, sepertinya benar dugaannya Esmera sudah memakai sihir pada Kakeknya.

"Kenapa kau masih disini, Alex? Cepat pergi!" Kaisar menatap tajam cucunya.

"Apa aku tidak diperbolehkan disini? Pengawal Kakek diluar bahkan mengatakan Esmera lah yang tidak mengijinkan, apa sekarang pikiran Kakek dikendalikan olehnya? Apa Kakek terkena sihir Esmera?!" Pangeran tak terima dia dibentak kakeknya hanya karena Esmera.

"Ha... ha... ha... Kau benar! Aku sudah terkena sihir Esmera sampai tubuhku kembali segar seperti sebelum aku sakit. Aku bahkan terkena sihir dongeng - dongengnya sampai aku tertawa hanya dengan kebawelan nya. Dan ya! Kau tidak diterima disini, karena Esmera tidak menginginkan nya. Puas?! Sekarang pergi atau Jaquel akan mengusirmu," Kaisar menertawakan Pangeran Alexander dengan pikiran-pikiran konyol cucunya tentang sihir.

"Kakek!" kesalnya, tapi Pangeran Alexander akhirnya mengalah dan dengan berat hati pergi keluar dari kamar Kaisar.

"Sejak kapan Alex selalu kasar padamu?" tanya Pangeran Otis.

Safire mengangkat bahu tak ingin membicarakan nya, ia adalah orang yang selalu percaya karma. Dia percaya setiap perbuatan baik dan buruk akan mendapatkan balasan.

"Hhh, baiklah. Aku harus pergi untuk melihat keadaan Pangeran Yaron, batuknya semakin parah," ujar Pangeran Otis sembari bangun dari duduknya.

"Tunggu! Batuk parah?" tanya Safire.

"Ya, Pangeran Yaron sudah sakit bertahun-tahun tapi sudah beberapa bulan ini batuknya tak berhenti, sangat parah. Bahkan ada beberapa pelayan yang mengurus Yaron juga ikut batuk berdahak."

"Aku akan ikut, aku akan memeriksanya. Kakek Kaisar, boleh?" pinta Safire.

"Apa kamu ingin mengobati Yaron juga?" tanya Kaisar.

"Jika aku bisa mengobatinya, ya. Aku akan memeriksa dulu penyakitnya, tapi jika dugaanku benar itu adalah penyakit menular. Penularan nya memang lambat dan sejak sakit sampai meninggal itu dalam jangka waktu yang lama. Namun, bisa dipastikan jika tidak diobati dengan penanganan tepat dan cepat itu akan sangat terlambat."

"Kalau begitu, cepat pergilah!"

"Kakek baik-baik saja aku tinggalkan?"

"Tentu, nyawa cucuku juga sangat beharga."

"Baik, aku pergi."

Pangeran Otis membawa Safire melewati lorong mewah, sebenarnya Pangeran Yaron adalah putra pertama Raja dari Ratu, dan seharusnya menjadi Putra Mahkota tapi karena sudah bertahun - tahun tubuh Yaron lemah bahkan beberapa bulan ini sakitnya semakin parah. Akhirnya, Posisi Putra Mahkota kosong dan diperebutkan Pangeran - Pangeran lain termasuk Pangeran Alexander yang paling kuat menduduki posisi itu sebelum akhirnya 3 bulan lalu insiden terjadi membuat posisinya melemah.

"Pangeran Yaron, aku Pangeran Otis datang menjenguk mu."

Pintu kamar terbuka, suara batuk parah terdengar. Saat Pangeran Otis akan masuk, Safire melarangnya. "Tunggu, kita harus memakai masker. Daya tahan tubuh seseorang berbeda, penularan akan cepat menular pada tubuh yang rentan. Kita harus berjaga-jaga."

Safire melirik ke sekitar takut ada orang yang melihat kotak ajaib nya, setelah merasa aman ia mengeluarkan kotak obat nya dari bawah lengan bajunya.

Ting! Kotak membesar di depan mata Pangeran Otis.

Itu pertama kalinya Pangeran Otis melihatnya, meskipun Kaisar sudah menceritakan tentang kotak ajaib dia masih tidak mempercainya hingga kini melihat dengan matanya sendiri.

"Ya Tuhan!" serunya terkejut.

"Sstttt!" Safire menutup mulut Pangeran Otis dengan refleks, mata keduanya saling bersitatap dalam. Safire tersadar dengan posisi ambigu mereka berdua yang hampir menempel, ia melepaskan bekapan di mulut Pangeran Otis lalu mengambil dua masker dari dalam kotak obat, kemudian kotak obat mengecil kembali.

"I-ini masker untuk mu," gagap Safire, salah tingkah.

Lebih parah lagi Pangeran Otis, bahkan dia menahan nafasnya. Tubuhnya kaku, ia masih tak bisa menggerakkan tubuhnya.

Safire merasa aneh tak ada tanggapan dari Pangeran Otis, ia menatap wajah lelaki itu. "Pangeran, kamu baik-baik saja? Wajahmu pucat, Pangeran!"

"Hhhhhhhhhh....." Pangeran Otis melepaskan nafas yang tertahan, seketika mengap - mengap menghirup udara karena kehabisan nafas.

Astaga Otis! Kau gila! Esmera adalah istri dari keponakanmu! Sial! Jantungku! Rutuk Pangeran Otis pada dirinya sendiri karena jantungnya berdebar tak karuan.