Semua orang pasti memiliki pernikahan impiannya, begitu pula dengan Kaila Sasmita.
Seorang gadis cantik yang harus merelakan pernikahan impiannya yang sudah di depan mata hancur lebur berganti dengan rasa sakit yang teramat dalam. Pria yang di cintainya selama beberapa tahun belakangan ini nyatanya dengan tega bermain di belakangnya, dan lebih sialnya wanita itu tak lain adalah saudaranya sendiri. Di tengah rasa sakit hatinya, Kaila bertemu dengan seorang Brian Davis yang tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan karena juga mengalami hal yang serupa.
Ingin hubungan yang normal seperti lainnya, namun apakah semua itu bisa sedangkan hubungan mereka saja berawal dari sebuah sandiwara.
*****
Bisakah hubungan Kaila dan Brian bertahan untuk selamanya? akankah kisah mereka berakhir dengan hubungan yang sebenarnya? Ikuti kisah pernikahan penuh drama dari Kaila dan Brian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan
"I - ni maksudnya apa?" tanya Kaila saat Brian menyodorkan satu map di hadapannya.
Saat ini keduanya sudah berpindah duduk di ruang kerja Brian. Walaupun tadi tak ada orang selain mereka berdua di ruang tamu, tapi Brian tetap harus waspada dan berjaga-jaga agar rencananya tak ada orang lain yang tau.
"Kamu bisa bacakan?" kata Brian yang malah balik mengajukan sebuah pertanyaan alih-alih menjawab pertanyaan dari Kaila.
Dengan gerakan perlahan, tangan Kaila mulai terangkat untuk meraih map tersebut. Di bukannya sampul map tersebut dan membaca satu persatu kata demi kata yang tertera di dalamnya.
"I - ini maksudnya gimana?" tanya Kaila yang merasa masih belum paham.
"Seperti yang tertera di kertas itu, kamu harus menikah dengan saya dengan kontrak minimal selama satu tahun ... maka semua biaya perbaikan mobil saya yang kamu tabrak kemarin saya anggap lunas." jawab Brian. "Seperti layaknya seorang istri pada umumnya, kamu juga akan mendapatkan nafkah dari saya, kecuali nafkah batin." sambung Brian yang secara tidak langsung mulai menjelaskan isi kontrak.
"Kontak fisik? ini maksudnya gimana?" tanya Kaila kembali.
"Dalam sebuah hubungan pasti ada kontak fisik, terlebih kita akan berpura-pura menjadi sepasang kekasih dan akan berlanjut ke pernikahan." sahut Brian. "Sekedar pegangan tangan, pelukan atau bahkan ciuman bila di perlukan saat di tempat umum atau di depan banyak orang terutama di hadapan keluarga." sambungnya. "Oiya, kamu tidak boleh dekat dengan pria lain selama menjalani kontrak, karena hal tersebut bisa merusak reputasi saya." imbuhnya lagi.
"Kalau saya menolak bagaimana?" tanya Kaila.
"Gampang, kamu tinggal bayar uang perbaikan mobil saya saat ini juga." jawab Brian dengan entengnya.
"Masalah pekerjaan bagaimana? apa saya masih boleh bekerja?" tanya Kaila.
"Tidak, kamu gak boleh bekerja mengingat jam kerja kamu yang pulang hingga malam." jawab Brian. "Sebagi gantinya, saya akan memberikan kamu sebuah ruko yang bisa kamu buat menjadi sebuah kafe untuk kamu kelola dan saya yang akan memberikan modalnya." sambungnya. "So ... apa jawaban kamu?" desak Brian yang sangat membutuhkan sebuah kepastian dari jawabnya Kaila.
Kaila memejamkan matanya sambil menarik nafas sebentar, barulah dirinya mengambil keputusan. Walau bagaimanapun ini adalah pilihan yang cukup berat untuknya.
"Baiklah saya terima." jawab Kaila dengan pasrah, karena tak ada jalan lain ... mau menolak, dia tak punya uang sebanyak itu ingin ganti rugi, lagian dirinya juga tak mau jika harus mendekam di penjara nantinya.
"Good, pilihan yang bagus." sahut Brian yang kemudian menyodorkan sebuah pena pada Kaila yang akan di gunakan untuk membubuhkan tanda tangan.
Kedua pihak sudah menandatangani kontrak perjanjian, kini saatnya Kalila untuk berpamitan pulang.
"Kalau sudah tak ada lagi yang ingin di bicarakan, saya pamit undur diri." kata Kaila.
Brian melirik sebentar kearah jam yang ada di ruangan tersebut.
"Biar di antar supir, nanti motor kamu biar di bawa sama anak buah saya yang lain." sahut Brian yang tak setega itu membiarkan seorang wanita pulang sendirian di tengah malam begini.
Hampir satu jam, Kaila barulah sampai di rumahnya. Sebelum masuk tak lupa dirinya mengucapakan terimakasih pada kedua orang suruhan Brian tersebut.
"Ya Tuhan, apa pilihan aku ini sudah benar." kata Kaila begitu merebahkan tubuhnya di kasur.
Dirinya sudah membersihkan diri dan bersiap untuk istirahat supaya besok tak kesiangan yang berakibat telat masuk kerja.
"Ah masa bodoh ... jalani aja, makin di pikirin makin bikin aku pusing." keluh Kaila yang langsung memilih untuk memejamkan kedua matanya.
❤️
Ting
"Saya mau mulai mengurus surat pengunduran diri."
Pagi-pagi sekali, bahkan Kaila baru saja membuka kedua matanya ... tapi dirinya sudah mendapatkan pesan dari nomor yang tidak di kenal.
"Wah orang iseng nih." gumam Kaila.
Ting
"Balas pesan saya."
"Siapa sih ini." gerutu Kaila yang kemudian memilih untuk membalas pesan tersebut.
"Ini siapa?" tanya Kaila.
Ting
"Brian, simpan nomor saya."
"Hah si diktator." kata Kaila. "Eh tapi ngomong-ngomong dia punya nomor aku dari mana." monolognya. "Tanya aja deh dari pada penasaran." sambungnya lagi.
"Maaf tuan punya nomor saya dari mana?" tanya Kaila.
Ting
"Tidak penting saya tau dari mana." jawab Brian di balasan pesannya yang membuat Kaila mendengus kesal.
Merasa tak akan ada pesan lagi dari Brian, Kaila memutuskan untuk memulai aktivitasnya karena waktu terus saja berjalan.
Setelah mencuci wajah dan menggosok gigi, Kaila mulai membersihkan rumahnya ... untung ruang peninggalan orangtuanya tidak terlalu besar, jadi tak membutuhkan waktu lama untuk beberes. Baru setalah itu gadis itu menuju ke dapur guna menyiapkan sarapan, cukup membuat nasi goreng simpel aja ... toh hanya untuk dirinya sendiri.
❤️
Seusai makan siang, Kaila memutuskan untuk menemui pemilik restoran guna menyampaikan pengunduran dirinya.
"Jadi kamu mau bicara apa Kaila?" tanya sang owner.
"Ah begini bu, rencananya saya ingin mengajukan pengunduran diri." jawab Kaila memberi tahu tujuannya.
"Hah, kok mendadak gini? kamu ada masalah atau ada yang membuatmu tak nyaman kerja di sini?" tanya sang owner yang tentu saja kaget mendengar perkataan Kaila barusan. Kaila sudah cukup lama berkerja di sana dan bisa di bilang pekerjaan Kaila cukup baik dan memuaskan.
"Saya, em saya ada sesuatu yang tak bisa di bicarakan dengan orang lain Bu, maaf." cicit Kaila.
"Heum baiklah, tapi kamu gak bisa keluar begitu saja ... paling tidak harus menunggu dua hingga tiga hari sampai saya mendapatkan pengganti kamu." kata owner.
"Baik Bu, tidak masalah dan terimakasih sudah mengizinkan saya untuk resign." ucap Kaila. "Saya permisi." pamitnya yang di angguki oleh Bu Maryam sang owner.
Kaila langsung keluar dan hendak kembali ke dapur di mana dirinya bekerja.
"Kai." panggil Yuma yang hendak kembali ke meja kasir, karena jam istirahat hampir berakhir.
"Hem." sahut Kaila.
"Kamu kenapa dari ruangan Bu bos?" tanya Yuma penasaran.
"Aku mau resign." jawab Kaila.
"Hah, sumpah demi apa?" tanya Yuma kaget. "Kamu kenapa mau resign? Mau kerja apa Kai?" tanyanya lagi.
"Ada deh, nanti kamu juga tau." sahut Kaila penuh teka teki. "Aku balik ke dapur dulu." pamitnya.
Yuma hanya bisa memandang punggung Kaila yang berlalu dari sana dengan rasa penasaran yang begitu tinggi.
❤️
"Sam, nanti setelah meeting dengan perusahan Wijaya, kita mampir dulu ke ruko yang kemarin aku beli ya." kata Brian kala Samuel selesai membacakan agendanya hari ini.
"Mau ngapain?" tanya Samuel.
"Cuma mau lihat-lihat, rencananya tempat itu mau aku pakek buat bikin kafe." jawab Brian. "Gimana menurut kamu?" tanyanya.
"Bagus sih menurut aku, tempat itukan strategis banget ... apalagi dekat dengan kampus dan sekolah menengah atas, jadi pasti bisa di gunain untuk tempat nongkrong." jawab Samuel yang di angguki oleh Brian.