Di usianya yang baru menginjak 17 tahun Laila sudah harus menjadi janda dengan dua orang anak perempuan. Salah satu dari anak perempuan itu memiliki kekurangan (Kalau kata orang kampung mah kurang se-ons).
Bagaimana hidup berat yang harus dijalani Laila dengan status janda dan anak perempuan yang kurang se-ons itu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Lukman dan Sardi yang kabur sudah lebih dari satu minggu kini sudah kembali ke rumah. Berkat kerja keras kedua orang tuanya yang terus memantau keberadaan mereka. Ditemukanlah mereka di rumah saudara jauh mereka.
Untuk diproses hukum masih belum bisa, kedua orang tuanya Lukman dan Sardi bukan tipe orang tua yang cuek terhadap masalah ini. Buktinya sudah tiga kali mendatangi Laila dan menyampaikan permohonan maaf atas putra mereka. Mereka pasrah terhadap apa yang akan dilakukan Laila.
Sekarang untuk yang keempat kalinya kedua orang tua Lukman dan Sardi mendatangi Laila. Tapi kali ini bersama Lukman dan Sardi. Kedua anak itu meminta maaf secara langsung, serius dan penuh penyesalan kepada Laila. Mereka berdua siap menerima hukuman yang akan diberikan Laila.
Jujur saja ketakutan Laila sangat ada dan beralasan dengan kembalinya kedua orang anak itu di kampung Telaga. Takut mengulangi perbuatan mereka yang sebenarnya belum bisa dimaafkan Laila sepenuhnya. Tapi Laila bisa melihat kesungguhan kedua anak itu dengan permintaan maaf mereka. Maka Laila pun memaafkan, tidak memberikan hukuman apapun kepada mereka.
Kedua orang tuanya pun sudah memiliki rencana untuk Lukman dan Sardi. Memasukkan mereka berdua ke dalam pesantren yang ada di Jawa. Di sana ada keluarga mereka yang siap membantu. Laila pun sedikit tenang mendengar itu, Lukman dan Sardi tidak akan berkeliaran di kampung di mana putrinya Salwa akan tumbuh dan berkembang.
Permasalahan diantara mereka sudah selesai dan mereka saling meminta maaf dan memaafkan.
"Terima kasih, Laila."
"Sama-sama."
Mereka bersalaman dan lalu meninggalkan rumah Laila.
"Rasanya lega" ucap Teh Linda memeluk Laila.
"Kamu sangat baik, Laila."
"Mereka semua juga sangat baik, Teh. Tidak lepas tangan terhadap perbuatan anak-anak mereka." Laila membalas pelukan itu kemudian melepaskannya.
"Saya senang mereka masuk pesantren, semoga saja mereka tumbuh menjadi anak-anak shaleh dan lebih baik lagi."
"Aamiin.
Mode sedih dan mengharu biru telah selesai, mereka telah kembali sibuk. Menyiapkan snack box sebanyak 200 yang akan diambil nanti siang.
*****
Setiap harinya pesanan yang masuk semakin banyak dan bertambah semakin banyak. Laila sudah harus menambah tenaga untuk membantunya.
"Kalau mau Teh Yati saja, Laila." Saran Teh Linda.
"Setuju! Teh Yati saja." Sahut Teh Yayuk.
"Iya, saya juga maunya Teh Yati kalau Teh Yati mau membantu saya." Laila pun maunya Teh Yati.
"Pasti mau, Laila." Serunya keduanya penuh semangat.
"Coba nanti saya ke rumah Teh Yati."
Beberapa jam kemudian.
Teh Yati sudah berada di rumah Laila, membantu mengemas kue-kue yang akan dikirim sesuai pesanan. Tidak butuh waktu lama untuk mengajari perempuan itu. Dengan cepat bisa beradaptasi.
"Pesanan tetap sampai jam lima sore ya meski sekarang sudah ada Teh Yati."
"Iya, Laila." Sahut Teh Linda dan Teh Yayuk.
Kalau tidak begitu, bisa dipastikan kalau mereka tidak akan pernah bisa istirahat karena terus mengerjakan pesanan yang selalu datang. Alhamdulillah, Laila pun tidak lupa untuk selalu bersyukur. Teh Linda dan Teh Yayuk juga. Sesibuk apapun mereka tapi tidak pernah mengabaikan apalagi lupa terhadap kewajibannya sebagai seorang muslimah sejati.
Siang telah berganti malam, Laila mengecek tas sekolah Salwa. Ternyata sudah lengkap dengan buku pelajaran untuk besok hari Senin. Perlengkapan yang menulis yang lainnya pun sudah siap.
Kemudian Laila beralih pada tumpukan uang yang telah dirapikannya berdasarkan nominalnya. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, itu menjadi semangat Laila dalam menjalankan usahanya. Seberapa besar uang yang dihasilkannya setiap hari asalkan bisa menggunakannya dengan baik. Insya Allah bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan sudah lebih daripada cukup setelah mengeluarkannya untuk tenaga yang telah membantunya dengan sungguh-sungguh.
Ada terbersit untuk membeli motor bekas namun yang masih sehat dan surat lengkap untuk kebutuhannya dan anak-anaknya. Mungkin saja ada yang mau jual motor karena butuh uang. Tidak banyak yang budgetkan Laila, tidak lebih dari 5 jt.
Seperti doa yang langsung dikabulkan Sang Ilahi, Teh Yayuk datang pagi-pagi dengan membawa kabar baik. Pak RT mau menjual motornya karena untuk menutupi hutangnya pada bank keliling. Alhamdulillah benar-benar diangka 5 jt.
Kini motor sudah ada di rumah setelah deal, dicek kondisi motor pun masih mulus dan surat-surat tidak ada masalah atas batuan Teh Linda. Sekarang Laila harus belajar cepat untuk bisa mengendarai motor.
"Jadi kita sudah tidak jalan kaki lagi ya, Bu?."
"Iya, Halwa. Tapi Ibu harus belajar dulu."
"Aku ajari, Mau?." Tawar Teh Yayuk kemudian Teh Linda juga menawarkan diri.
"Mau" sahut Laila cepat.
"Hore....naik motor sama Ibu."
Waktu berjalan sangat cepat karena mereka sudah dengan pekerjaan yang terus menerus ada. Kini Laila membuat kreasi baru, brownies original. Semakin ingin banyak menjual kebiasaan setelah mengikuti pelatihan beberapa waktu.
Baru saja brownies matang keluar dari open dan kukusan, langsung saja Teh Linda dan Teh Yayuk mempostingnya. Arman pun gerak cepat mempromosikan brownies Laila pada media sosial yang khusus dibuatnya untuk membantu promosi kue-kue Laila.
Dalam hitungan menit saja brownies-brownies yang dibuat Laila sudah habis. Kerja keras Laila pun terbayar sudah dengan pundi-pundi rupiah yang didapatnya.
Laila yang belum sempat memegang handphonenya sejak pagi langsung mengambilnya saat Arman meneleponnya.
"Sudah habis ya browniesnya?."
"Alhamdulillah, iya."
"Ya sudah." Arman lesu di ujung teleponnya.
Laila tertawa pelan.
"Saya menyisakan dua loyang kecil untuk kamu, mau dikirim ke pabrik atau mau diambil ke sini?."
"Tentu saja aku ambil ke rumah kamu."
"Baik, saya tunggu."
Arman seperti terbang melayang ke angkasa. Menari indah bersama ribuan kupu-kupu cantik. Ternyata Laila begitu perhatian terhadapnya, walau dari hal sangat kecil seperti ini. Rasanya sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Laila. Menatap wajah cantik, bersahaja nanum penuh semangat dan gairah dalam menjalani harinya.
Arman menatap layar handphonenya yang entah sejak kapan dipenuhi wajah Laila. Perempuan cantik dengan sejuta derita dan keajaibannya.
"Laila" gumamnya lirih.
Pesanan yang masuk ke handphonenya tidak terbendung, laki-laki itu pun harus menjadwalkannya untuk mereka yang telah memesan brownies Laila.
Arman memiliki dua handphone, yang satu memang khusus untuk orang-orang yang sangat dekat dengannya. Dan satunya lagi untuk kepentingan promosi kue-kue buatan warung Laila.
Arman segera keluar pabrik mengendarai motornya setelah jam pulang tiba. Hatinya dipenuhi bunga-bunga bermekaran. Senyum pun menghasilkan wajah tampannya sepanjang perjalanan menuju ke rumah Laila.
Sampai tiba di sana senyum Arman semakin lebar, ketika wajah Laila yang langsung dilihatnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Aku sudah tidak sabar mau mencicipi browniesnya."
Laila segera mengeluarkan dua loyang brownies lalu menyerahkannya pada Arman.
"Ini pasti sangat enak, sudah tercium dari wanginya saja." Puji Arman sangat tulus setulus perasaannya kepada Laila.
Bersambung.....
jangan lupa dateng aku di karya ku judul nya istri kecil tuan mafia
jangan lupa mampir di beberapa karyaku ya😉