Yaya pikir mereka benar sebatas sahabat. Yaya pikir kebaikan suaminya selama ini pada wanita itu karena dia janda anak satu yang bernasib malang. Yaya pikir kebaikan suaminya pada wanita itu murni hanya sekedar peduli. Tak lebih. Tapi nyatanya, ia tertipu mentah-mentah.
Mereka ... sepasang kekasih.
"Untuk apa kau menikahi ku kalau kau mencintainya?" lirih Yaya saat mengetahui fakta hubungan suaminya dengan wanita yang selama ini diakui suaminya sebagai sahabat itu.
(Please yg nggak suka cerita ini, nggak perlu kasih rating jelek ya! Nggak suka, silahkan tinggalkan! Jgn hancurkan mood penulis! Dan please, jgn buka bab kalo nggak mau baca krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertiannya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengadilan agama
Dengan wajah yang babak belur, Andrian lantas memilih pulang ke rumah Marissa. Marissa yang hari itu memang tidak bekerja terkejut bukan main saat melihat wajah Andrian yang babak belur. Bahkan darah di hidung dan bibir masih tercetak jelas membuat Tania yang juga melihatnya menangis kencang.
"Tania sama mbak dulu ya! Mama mau obatin luka papa."
Tania mengangguk. Ia pun digendong baby sitter-nya ke dalam kamar.
"Kamu kok bisa luka-luka gini sih, Ian? Kamu berkelahi?" tanya Marissa sambil membawa kotak obat di tangannya.
"Nggak."
"Lah, terus kalau nggak, kenapa bisa babak belur kayak gini? Jangan bilang kamu jatuh karena aku nggak sebodoh itu."
"Aku nggak bilang aku jatuh, Cha. Aku cuma bilang aku enggak berkelahi. Karena emang faktanya kayak gitu. Sebaliknya aku kayak gini karena dihajar adiknya Yaya. Nggak tau kenapa tiba-tiba dia datang terus mukul aku sampai kayak gini," ujar Andrian. Ia kembali merasa kesal saat mengingat Djiwa yang memukulnya sangat keras. Entah dapat tenaga dari mana karena memang pukulan Djiwa benar-benar terasa menyakitkan. Padahal Djiwa hanya memukul wajahnya tiga kali lalu perutnya, tapi kok rasa sakitnya luar biasa.
"Apa? Kenapa dia tiba-tiba pukul kamu? Jangan-jangan dia disuruh kakaknya. Dia 'kan masih SMA, masih labil. Mudah dipengaruhi. Pasti ini kerjaan Yaya. Keterlaluan banget sih. Kamu harus laporin dia ke polisi, Ian, biar dia nggak bisa bertindak sesukanya lagi," kesal Marissa. Bahkan karena terlalu kesal, Marissa tanpa sadar menekan luka di wajah Andrian hingga laki-laki itu menjerit kesakitan.
"Aaaa ... Apa-apaan kamu, Icha? Sakit tau," sentak Andrian membuat Marissa sampai tersentak kaget.
"Ma-maaf. Aku nggak sengaja, Sayang. Aku ... "
"Sayang? Apa maksudnya ini?" ucap seorang tiba-tiba membuat Andrian dan Marissa terlonjak kaget.
Mata Andrian dan Marissa sontak membola saat melihat kedatangan Nurlela dan Ellena.
"Ma-Mama, Mbak Ellen, kenapa kalian ada di sini?" tanya Andrian gugup.
"Memangnya kenapa kalau kami mau kemari? Nggak boleh?" ketus Ellena.
"Yan, ada apa dengan mukamu? Dan jelaskan pada kami, apa maksud semua ini? Kenapa kau ada di sini, bukannya bekerja? Dan kenapa Marissa manggilmu sayang, jelaskan sama Mama tanpa ada yang ditutupi!" tegas Nurlela yang sudah masuk ke dalam rumah diikuti Ellena. Riko tidak ikut serta karena ia pergi ke rumah orang tua Hasta.
"Mama tenang dulu, kami bisa menjelaskan semuanya," ujar Andrian mencoba bersikap tenang.
"Apa yang Ian katakan benar, Ma. Bagaimana kalau kalian duduk dulu. Nanti Rissa buatkan minuman dulu? Oh ya, tadi Rissa ada beli pizza, Mama dan Mbak Ellen mau?"
Keduanya tampak memicing tajam. "Kalau mau dihidangkan, dihidangkan aja. Nggak perlu pake basa-basi busuk lagi," jawab Ellena ketus sok gengsi. Padahal dalam hati ia berseru mau, mau, mau.
Marissa kicep. Ia pun segera beranjak menuju dapur. Tak lama kemudian, Marissa membawa nampan berisi jus jeruk. Kemudian ia masuk lagi lalu kembali sambil membawa sekotak besar pizza. Padahal ia membeli pizza itu untuk Tania. Tapi demi merebut hati orang tua Andrian, Marissa pun menghidangkan pizza itu untuk keduanya.
Marissa kini sudah duduk di samping Andrian. Mereka berdua sudah seperti tersangka di persidangan.
"Jadi ... sudah bisa kalian menjelaskan semuanya?"
Marissa dan Andrian pun mengangguk.
"Ma, kami sudah berencana sebentar lagi akan menikah. Kami harap mama dapat merestui kami?" ucap Andrian.
"Apa? Menikah?" Nurlela dan Ellena memasang wajah syok, padahal dalam hati mereka tertawa girang.
Marissa menunduk, sementara Andrian mengangguk.
"Memangnya kau sudah meminta izin dengan istrimu?"
Terdengar helaan nafas panjang dari bibir Andrian. Baru saja ia ingin menjelaskan, Marissa sudah lebih dulu berbicara.
"Kami tidak memerlukan izin dari Yaya lagi Ma, Mbak, sebab Ian dan Yaya akan segera melakukan pembatalan pernikahan," ucap Marissa tanpa ragu membuat Nurlela dan Ellena membelalakkan mata mereka.
"Membatalkan pernikahan? Jadi kalian ... "
"Ma, sebenarnya Ian mencintai aku. Maaf kalau kehadiranku sudah merusak rumah tangga Ian dan Yaya. Tapi mau bagaimana lagi, cinta kami tulis. Terlebih ... Ian dan aku sudah memiliki anak. Tania. Tania sebenarnya anakku dan Ian. Maaf kalau Marissa baru mengatakannya sekarang," imbuh Marissa yang semakin membuat Nurlela syok. Bahkan ia sampai memegang dadanya.
"A---apa? Bagaimana bisa kalian memiliki anak di luar nikah, hah? Dan kau Marissa, seharusnya sejak awal kau mengatakan kalau kau hamil anak Ian. Gara-gara kalian status Tania jadi anak haram," sentak Nurlela kesal.
Andrian dan Marissa menunduk. Mereka takut Nurlela semakin marah.
"Maafkan kami, Ma. Kami menyesal. Karena itu aku akan mempertanggungjawabkan perbuatanku dengan menikahi Marissa secepatnya."
"Harus itu. Apalagi kalian sudah memiliki anak." Nurlela berdecak. Ia sebenarnya kesal. Ia menghina Yaya anak haram, eh ternyata ia pun memiliki cucu yang lahir di luar pernikahan. Tapi mau bagaimana lagi, mungkin ini jalannya agar Andrian dan Marissa bisa menikah. Nurlela pun akhirnya tersenyum dalam hati. 'Ternyata tidak perlu bersusah payah menjodohkan mereka, sebab jalannya justru sudah muncul lebih dulu. Sebenarnya sayang untuk melepaskan Yaya sebagai menantu soalnya orang-orang taunya dia anak dokter Danang. Tapi salah dia sendiri jadi anak haram jadi dia nggak mungkin akan mewarisi harta dokter Danang. Mana dia cuma pekerja di restoran pula. Kalau Marissa 'kan jelas, dia pemilik butik. Dengan begitu aku bisa bebas minta apa saja ke dia. Belum jadi menantu aja dia sudah royal, apalagi kalau jadi menantu.'
Nurlela tertawa dalam hati. Ia tidak memikirkan nasib dan perasaan Yaya sama sekali.
Akhirnya, setelah melalui kesepakatan, Andrian dan Marissa diminta Nurlela menikah sesegera mungkin. Namun Nurlela meminta Andrian menikah siri saja sebab status Andrian saat ini masih suami Yaya. Selain itu, mereka pasti akan malu saat orang-orang mengetahui pernikahan kedua Andrian padahal ia belum lama menikah dengan Yaya. Tentu itu bisa merusak reputasi Andrian dan keluarganya. Selain itu, di perusahaan ada peraturan dilarang melakukan poligami. Meskipun poligami tidak dilarang, tapi perusahaan justru melarang tegas. Peraturan itu sudah ada dari perusahaan pusat-Angkasa Grup.
Sementara itu, Yaya baru saja keluar dari pengadilan agama. Ia baru saja selesai mendaftarkan gugatan pembatalan pernikahan. Saat pihak pengadilan meminta keterangan alasan mengapa Yaya mengajukan pembatalan pernikahan, Yaya pun tanpa ragu menjelaskan kalau pembatalan pernikahan dilakukan karena pihak suami sudah melakukan penipuan terhadapnya. Penipuan yang dimaksud adalah karena ternyata sang suami sudah memiliki anak di luar nikah dengan perempuan lain. Yaya pun memberikan flashdisk yang berisi rekaman saat di rumah Marissa sebagai bukti penguat.
Yaya menghirup dalam-dalam udara dari sekitarnya lalu menghembuskannya seraya tersenyum. Ia merasa lega. Amat sangat lega. Akhirnya tak lama lagi, statusnya akan kembali menjadi lajang. Meskipun mungkin sebagian orang akan mengiranya janda karena sebelumnya sudah menikah, Yaya tak masalah. Toh kenyataannya memang ia sudah menikah. Namun hanya pernikahan sementara.
Saat dalam perjalanan pulang, Yaya melewati sebuah showroom mobil. Entah dapat dorongan dari mana, Yaya tiba-tiba saja membelokkan mobilnya ke area parkir showroom tersebut.
...***...
...Happy reading 🥰 🥰 🥰 ...