Gandari adalah gadis desa yang menjadi sebatangkara karena ibunya telah meninggal dunia, namun ia dinikahkan dengan Prama~ seorang anak juragan tanah didesa Waringin. padahal keduanya masih sangat muda pada saat itu..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon reni ambar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikenalkan
Gandari dan Bagja sudah sampai didesa Waringin, mereka pulang kerumah masing-masing. Waktupun sudah menunjukkan pukul 5 pagi dimana sebentar lagi matahari akan segera terbit..
Bagja merebahkan tubuhnya diranjang.. Rasanya lelah, tapi entah kenapa ia merasa senang. Ia menatap langit-langit kamarnya yang masih beratapkan bilik bambu, lalu kembali mengingat percakapannya bersama Gandari saat perjalanan menuju pulang kemari
"Hahaha.. Hahahaha.. Kenapa namamu menjadi Bentang, kang? Apa tidak ada nama lain? hahaha"
Gandari tertawa lepas menertawakan nama samaran Bagja, entah kenapa itu terasa lucu baginya sehingga membuatnya terus tertawa ketika mengingat Bagja mengatakan Bentang
Bagja hanya tersenyum melihat Gandari menertawakannya, mulut Gandari memang tertutup oleh cadar, namun Bagja bisa melihat mata indah Gandari yang nampak menertawakannya..
"Apa nyai tidak kelelahan setelah mengobati banyak orang begitu?" Tanya Bagja penasaran sembari mengalihkan pembicaraan
"Tidak. Justru aku merasa senang dan bangga pada diriku sendiri. Jika dulu ambu hanya bisa menjadi dukun beranak, maka sekarang aku ingin menjadi orang yang lebih bisa bermanfaat bagi orang banyak. Contohnya Ki Wastra, bukankah setelah aku menyembuhkan kakinya ia merasa hidup kembali? Akupun turut senang akan hal itu!!" jawab Gandari mantap
Bagja pun semakin takjub dibuatnya, nyatanya wanita lemah lembut yang ia kira lemah itu bisa sekuat ini.. Lalu ia pun baru menyadarinya beberapa waktu ini
*****
Braaaaakkkk!! Juragan Darsa memukul mejanya hingga meja itu terbalik saking kerasnya mendengar sebuah berita yang membuatnya amat terkejut
"Apa? Wanita itu muncul lagi?" tanya Juragan Darsa pada Dadang
"Iya, Juragan!! Saya baru mendapatkan beritanya tadi pagi dari salah seorang anak buah saya didesa Pucung. Katanya wanita itu muncul kembali dan menyembuhkan beberapa warga yang sakit" jawab Dadang sembari menundukkan kepalanya karena takut akan kemarahan Juragan Darsa
"Lalu kenapa anak buahmu tidak menangkapnya? Aku kan sudah memerintahkan kalian untuk membawa wanita itu kehadapanku dalam keadaan hidup ataupun mati! TAPI KENAPAAAAAAA?" Bentak Juragan Darsa tak tahan menahan emosinya
"Ampun, Juragan!! soal itu.. Katanya semalam wanita itu datang bersama seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap memakai jubah hitam beserta topeng, lalu laki-laki itupun membawa sebuah pedang.. Tentu anak buah saya yang hanya dua orang itu sudah ketakutan sebelum bertarung!!" jawab Dadang apa adanya
Juragan Darsa pun manggut-manggut merasa setuju atas jawaban Dadang, lalu ia pun menatap lurus kedepan dengan wajah yang serius
"Kalau begitu, besok carilah lagi wanita itu dengan anak buahku yang lebih banyak. tak mungkin kan laki-laki bertubuh tegap itu menang satu lawan banyak?" tanya Juragan Darsa yakin
"I-iya.. Baik, Juragan!!"
****
Sementara itu Prama kini sudah sampai didepan gapura desa beserta enam orang temannya termasuk Felicya..
Anak anak kecil yang bermain dihalaman rumahnya pun tampak kegirangan melihat Prama dan langsung berlari kerumah Juragan Darsa, lalu sebagian kerumah Gandari untuk memberitahukan kedatangan Prama..
Namun para ibu-ibu yang melihat Prama membawa rombongan temannya pun malah saling berbisik entah membicarakan apa, mereka memang tidak pernah suka pada orang asing yang datang ke desa, terutama itu adalah orang kota..
Prama berjalan didepan layaknya pemandu jalan dan diikuti oleh David, Rico, Danu, Zega, Angel, dan Felicya yang juga ikut saking antusiasnya ingin bertemu orang tua Prama
"Kayak wisata ke zaman dulu ya, guys!!" celetuk David melihat sekelilingnya.. Dimana rumah masih beratapkan jerami, jalanan yang tidak ber-aspal, orang orang yang hilir mudik ke ladang, para wanita yang masih memakai kebaya mengais boboko dipinggangnya, lalu para laki-laki yang masih memakai pangsi dan ikat kepala batik membawa sebuah karung dipunggungnya. benar-benar seperti orang zaman dulu pada umumnya.. Bahkan para gadis yang mengepang rambutnya kini sedang menapi beras didepan rumahnya..
para anak kota itu benar-benar takjub dengan suasana asri didesa itu
"Pram.. serius deh, emang desa lu tertinggal banget yak? Perasaan kita udah di era milenial tuh dari tahun dua ribuan deh.. Kok ini kayak tahun 90han perasaan!!" celetuk Rico yang merasa heran, yang lain pun saling mengangguk setuju dengan pertanyaan Rico
Prama pun menghela nafas panjang, lalu menatap mereka semua
"Bukan tertinggal.. Lebih tepatnya mereka sendiri yang mau hidup seperti ini. Cinta budaya katanya, dari dulu pemerintah udah ngasih listrik gratis buat mereka semua.. Tapi mereka nya yang gak mau. Bahkan sinyal hp aja gak ada.. Mereka beneran sangat cinta budaya dan menolak perkembangan zaman" jelas Prama apa adanya
"So-sorry, Pram!! Lalu agama mereka?" tanya Angel penasaran
"Masih percaya pada leluhur sih!!" jawab Prama
"ahhh.. Primitif banget yaaa.. Lalu gimana lu bisa punya pikiran maju sendiri, Pram?" tanya Danu penasaran
"Panjang ceritanya.. Dulu juga ada orang kota yang datang kesini dan berniat mengenalkan teknologi, tapi mereka ya acuh aja.. Cuma gw yang tertarik. Alhasil gw diajarin lah sama orang itu sampe gw mau sekolah dan nerusin kuliah.. Buktinya gw bisa sampe kek gini, ya karna gw nekat pergi dari desa!"
mereka pun manggut-manggut mendengar cerita Prama, lalu Lastri datang menghampiri Prama yang sedang mengobrol dengan teman-temannya setelah mendengar kabar bahwa Prama datang
"Pramaaaa!!" teriak Lastri berkacak pinggang dengan tatapan sendu
Prama pun menoleh pada asal suara itu
"Ambuuuuu" teriak Prama yang langsung menghampiri Lastri dan langsung memeluknya
"Dasar bedegong! Timana manehteh, jang? Meuni sombong pisan teu balik-balik.. Geus ngarasa aing sukses manehteh, hah? (Dasar nakal!! Darimana kamu? Sombong sekali gak pulang-pulang.. Sudah merasa paling sukses kamu, hah?)" gerutu Lastri kesal sekaligus terharu
Prama hanya bisa nyengir kuda dihadapan Lastri sembari menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal
"Maaf atuh, ambu!! Aku kan sibuk disana.. Jangan ngambek ya.. ambu kan cantik! Aku bawa oleh-oleh banyak loh buat ambu!" bujuk Prama merayu Lastri agar tidak marah padanya
Akhirnya Lastri pun luluh dan hanya bisa bernafas lega, lalu ia pun salah fokus pada teman-teman Prama dibelakangnya
"Eh.. Ini siapa?
"Hallo, tante.. Kami teman-temannya Prama dikota!!" sapa Danu
Mereka pun saling mengenalkan satu sama lain dan disambut baik oleh Lastri. Terutama Felicya yang bersikap agak caper pada Lastri..
Tiba tiba Gandari datang memakai kebaya berwarna merah maroon yang sangat cocok dengan kulitnya yang putih. Bahkan Gandari menggerai rambut agak keriting berwarna coklat agak pirangnya, membuat wanita itu semakin cantik dengan pesonanya sendiri
"Akang.." lirih Gandari dengan suaranya yang lembut
Deg.. Sontak semua orang tertuju pada Gandari yang tiba tiba datang menghampiri mereka
Prama yang melihat istrinya itupun langsung salah tingkah dibuatnya, ia melihat Gandari semakin cantik dan berbeda dari biasanya. Namun ia lebih bingung bagaimana menjelaskannya pada teman-temannya tentang siapa Gandari, terutama pada Felicya..
"Neng?" seru Prama tak berkutik menatap Gandari
"Dia siapa, Pram?" tanya Angel mewakili pertanyaan yang ada didalam pikiran Felicya
Lastripun tersenyum dan merangkul Gandari agar lebih dekat kearah mereka
"Dia menantu kesayangan saya, Istrinya Prama!!" ucap Lastri yang langsung membuat mereka saling memandang satu sama lain saking kagetnya
Deg!!