Wildan harus bekerja serabutan demi bisa terus mencukupi kebutuhan ibu dan dua adiknya, mengingat dirinya merupakan tulang punggung keluarga. Semuanya berubah saat Wildan mendapatkan job tak terduga dari seorang selebriti terkenal. Dia bahkan dibayar dengan mahal hanya untuk pekerjaan itu. Namun siapa yang menyangka? Wildan tergoda untuk terus melakukannya. Kira-kira job apa yang dilakukan Wildan? Karena pekerjaan itu pula dirinya banyak bertemu wanita cantik. Wildan bahkan bertemu dengan supermodel idolanya!
Inilah cerita tentang sisi gelap seorang fotografer, serta kehidupannya yang penuh lika-liku dan pengalaman unik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8 - Masalah Keuangan Yang Semakin Pelik
Wildan telah tiba di rumah sakit. Dia langsung menerima kabar bahwa sang ibu terserang struk. Itu karena gagal ginjal yang diderita Nia menyebabkan komplikasi. Nia diharuskan melakukan rawat inap selama beberapa hari di rumah sakit.
Hati Wildan rasanya hancur. Apalagi saat menyaksikan separuh badan ibunya tak bisa berfungsi. Nia bahkan tak bisa berbicara dengan jelas lagi. Anak mana yang tidak sedih saat melihat keadaan orang tuanya begitu.
"Ibu..." Wildan terisak di samping ibunya.
Melihat anak lelakinya menangis, Nia jadi ikut terisak. Dengan nada bicara tidak jelas, dia angkat suara. "Ibu harap, Ibu mati saja. Ibu nggak mau terus ngerepotin kamu begini," ucapnya.
"Ibu! Kenapa bicara begitu? Aku justru sangat bersyukur Ibu masih bisa bertahan. Terima kasih sudah bertahan, Bu. Aku mohon, jangan berucap begitu lagi. Aku, Tini, dan Arman nggak mau Ibu pergi," kata Wildan.
"Benar, Bu. Hidup kami hampa kalau nggak ada Ibu." Tini yang sejak tadi juga menangis, segera menghampiri Nia. Dia berdiri di sebelah Wildan.
"Pokoknya Ibu harus kuat. Kalau Ibu nggak ada, siapa yang bakalan ngomelin aku?" Arman juga ikut bergabung. Suasana haru itu terjadi cukup lama, dan harus berakhir saat perawat datang.
Setelah mengurus ibunya, Wildan pergi untuk membereskan perihal biaya rumah sakit. Dia sendiri tahu kalau biaya perawatan ibunya mahal. Jadi dia ingin menanyakan biaya perawatan Nia pada pihak administrasi. Agar nantinya Wildan bisa menyiapkan uangnya saat sang ibu diperbolehkan keluar dari rumah sakit.
"Untuk sekarang, biaya perawatan Bu Nia sebesar empat juta rupiah ya, Mas. Itu sudah termasuk biaya rawat inap dan obat-obatannya. Nanti akan terus bertambah sampai Bu Nia diperbolehkan keluar dari rumah sakit," terang pihak administrasi rumah sakit.
"Apa? Sudah empat juta?" Wildan kaget sekali. Dia tak menyangka biaya perawatan sang ibu akan semahal itu. Dirinya tak bisa membayangkan seberapa banyak uang yang akan dia bayar sampai Nia keluar dari rumah sakit.
Dulu sebenarnya Nia memiliki asuransi kesehatan. Namun asuransi itu tidak bisa digunakan lagi karena tak ada pembayaran rutin yang dilakukan setiap bulan. Tentu saja tidak dibayar, mau makan tiga kali sehari saja susah bagi Nia dan ketiga anaknya.
Wildan semakin dibuat kalut saat mengingat uang ditabungannya hanya berjumlah tiga ratus ribu rupiah. Sebagian besar sudah dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, spp kedua adiknya, dan lain-lain.
Kini Wildan duduk termenung di kursi panjang lobi rumah sakit. Arman kemudian duduk ke sebelahnya.
"Bang! Aku dan Tini akan pulang sebentar. Mau beres-beres rumah," kata Arman.
Lamunan Wildan seketika terhenti. Dengan dahi berkerut, dia tatap Arman. "Beres-beres? Kenapa?" tanyanya.
Arman tak langsung menjawab. Dia menunjukkan raut wajah lesunya terlebih dahulu. Sambil mendengus kasar, dirinya melemahkan pundak.
"Sebenarnya alasan Ibu terserang struk karena amukan Bang Jali sama anak buahnya, Bang..." ungkap Arman.
Mata Wildan membulat. Dia tentu tahu sosok yang disebut Bang Jali. Lelaki yang setahu Wildan memiliki nama lengkap Rojali itu, tidak lain adalah seorang lintah darat alias rentenir.
Wildan mendengus kasar. Dia mengusap wajahnya berulang kali. Setelah dibebani dengan biaya rumah sakit yang mahal, dirinya juga harus memikirkan hutang yang belum dibayar.
"Bang... Aku sebaiknya berhenti sekolah aja. Biar bisa kerja juga kayak Abang," cetus Arman.
Wildan seketika melotot. Keresahan batinnya seketika sirna saat mendengar ucapan itu dari sang adik.
"Kau sudah gila ya?! Masa depanmu akan tambah suram kalau putus sekolah tahu nggak!" omel Wildan.
"Maaf, Bang... Aku cuman kasihan sama Abang..." Arman tertunduk sedih.
Wildan terdiam menatap sang adik. Namun saat itulah dia teringat dengan tawaran Dirga. Tanpa pikir panjang, dia mengambil ponsel, lalu menghubungi Dirga.
kira-kira glenda tau nggak ya... secara dia kan punya kenalan makhluk halus ...
bakal perang nggak ya....
ke cililitan lewat dewi sartika
Natasha memang cantik jelita
tapi wildan lebih cints sama Glenda
ke cililitan lewat dewi sartika
Nathasya memang wanita jelita
tapi sayang wildan suka sama GLENDA
awas Dan jgn macem macem ,mata mata Glenda tak terlihat olehmu ,lebih cepat pula 🤣🤣🤣