Tidak ada gadis yang mau menikah dengan lelaki beristri, apalagi dalam keterpaksaan ibu tiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Bertemu tak sengaja.
Pak Gunawan dari tadi menunggu kedatangan Sarla dan istrinya, hingga dimana ia berdiri dan mulai menyusul kedua wanita itu.
Varel hanya duduk menunggu tanda tangan dari kedua pihak.
"Papah."
Bu Dera sudah berdiri dihadapan Pak Gunawan, membuat lelaki tua itu bertanya." Kenapa kalian lama sekali, dari tadi papah dan asisten Pak Daniel menunggu."
"Ya maaf pah," balas Bu Dera sedikit menutup mulut karena malu dengan suaminya sendiri.
Sarla mendekat, melangkahkan kaki. Varel penasaran dengan gadis itu. Ia berdiri dan menatap ke arah Sarla, dimana Bu Dera menarik dan membuat Sarla berdiri dihadapan Varel.
Kedua mata membulat, menatap ke arah lelaki yang belum disebutkan namanya itu, menunjuk dan berkata. "KAMU."
Varel tak menyangka pujaan hatinya sudah menjadi milik sang atasan," Jadi papah, mau menjodohkan Sarla dengan dia?"
Pertanyaan Sarla membuat sang papah tertawa, " Kamu salah paham sayang, dia ini hanya asisten Pak Daniel, kebetulan dia ditugaskan datang ke sini membawa berkas persetujuan dari Pak Daniel untuk kita tanda tangani."
"Oh." Ada rasa malu menyelimuti Sarla, dibalik cadar yang menutupi pipinya itu, semua orang tak tahu jika Sarla hampir salah sangka. Membuat kedua pipinya memerah.
Varel menatap ke arah Sarla dari ujung kaki hingga ujung kepala, nampak pesona wanita berhijab itu membuat Varel ingin memiliki. Namun apa daya, ia pasti akan kalah saing dengan Daniel.
"Oh ya, mari duduk."
Varel mulai duduk, dimana Bu Dera dan Sarla juga ikut duduk.
"Oh ya, ini berkas kontrak yang harus di tanda tangani."
Pak Gunawan dengan berlapang dada dan wajah gembira menandatangani berkas itu, ia merasa terbebas dari kebangkrutan.
Sedangkan Sarla hanya mengerutu kesal, padahal ia sudah membuat rencaran agar pejodohan itu di tunda, dan ia bisa mencari cara agar menyelesaikan masalah kebangkrutan sang papa.
"Sarla ayo tanda tangan."
Tangan bergetar rasa kecewa saat Varel memberikan berkas bertuliskan persetujuan kawin kontrak setelah mendapatkan anak, membuat dirinya tak menyangka. Hanya karena uang gadis bernama Sarla itu mau mau saja. Pikiran negatif tentang Sarla terus mengiang pada pikiran Varel.
Tanda tangan selesai, Sarla rasanya ingin sekali menyobekan kertas itu dihadapan sang papa.
Namun apa daya, hatinya lemah. Saat Bu Dera memanggil Lani yang duduk di kursi roda.
"Lani, kamu akan sembuh, nak."
Varel mengerutkan dahi, maksud dari perkataan Bu Dera membuat ia penasaran ingin mendengar alasan yang sebenarnya dari Sarla.
"Oh ya, Pak Gunawan saya pamit. Seminggu lagi acara pernikahan akan segera di mulai, saya pastikan tidak ada pembatalan lagi."
ucap Varel menjelaskan semuanya. Pak Gunawan hanya bisa menganggukkan kepala dan tersenyum lebar. Begitu pun dengan Bu Dera.
Tapi tidak dengan Sarla, ia menutupi raut wajah kesedihannya dibalik candar. Varel bergegas keluar rumah, ia tetap menampilkan dirinya saat bekerja.
Masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin mobil. Varel pergi dengan rasa tak karuan, hatinya seakan tergores oleh pisau, perlahan demi perlahan dan terasa sangat menyakitkan.
**************
Di dalam ruangan rumah sakit, Daniel terduduk lesu di ranjang tempat tidur, ia menatap ruangan nampak sepi tanpa ada penjaga di dalamnya.
Mengigat perjalanan cinta Daniel dengan Wulan adalah sesuatu yang sangat indah, apalagi kenangan saat berpacaran.
Wulan gadis paling cantik, banyak sekali lelaki memperebutkannya, namun hanya Daniellah yang bisa menaklukkan hatinya, hingga menikahi gadis pujaan para lelaki.
Walau ada rasa kecewa sedikit, dalam hati. Karena ternyata Wulan sudah bukan perawan lagi, tak membuat rasa cintanya sirna dalam benak Daniel, ia begitu sangat mencintai Wulan sampai apapun yang wulan inginkan selalu terpenuhi.
Namun sekarang Wulan benar benar berubah, semenjak ia ingin mejadi seorang model, karena cita citanya belum tercapai. Membuat Wulan wanita mandiri dan seksi itu selalu membangkang, apalagi ketika membahas seorang anak.
Wulan sering sekali berdebat dengan sang ibu mertua, karena ketidak setujuan mengejar cita citanya, hingga mengabaikan seorang kewajiban sebagai seorang istri.
"Wulan, apa cita citamu begitu berharga dari pada aku suamimu."
Bergumam dalam hati, sebagai pewaris harta sang ayah satu satunya, Daniel lemah saat dihadapi akan cinta dan seorang wanita.
Keputusannya untuk menikah kontrak, hanya ingin menyenangkan sang ibunda, mempunyai garis keturunan untuk kedepannya.
Maraih ponsel pada meja dekat ranjang tempat tidur, Daniel mulai membaca isi pesan dari Wulan.
(Kamu seharusnya menyadari kesalahanmu. Daniel, asal kamu tahu, aku tidak akan pulang setelah kamu bersujud di kakiku dan memohon kata maaf.)
Wulan tak segan segan mengatakan hal itu, ia tahu jika Daniel begitu cinta kepadanya. Sampai tak akan tega meninggalkan Wulan begitu saja.
Daniel seakan malas membalas pesan tak menyenangkan dari istrinya, ia menutup pesan itu dan kembali mematikan ponsel.
Varel kini sudah sampai di rumah sakit, dimana kakinya begitu lemas untuk berjalan, ia tak menerima kenyataan yang sudah terjadi. Hingga memaksakan diri melangkah menemui sang atasan.
Berkas sudah ditanda tangani sang pemilik hati Varel, dimana ia hanya bisa menelan air mata. Jika pernikahan itu terjadi.
Melihat sang atasan, Daniel ternyata tengah tertidur, Varel berjalan perlahan hanya untuk menaruh berkas perjanjian itu di atas meja. Tugasnya sudah selesai.
Perlahan menaruh berkas itu, kedua mata Daniel ternyata terbuka lebar, sontak membuat Varel terkejut, " Varel kamu sudah pulang?" Petanyaan Deniel membuat Varel menganggukkan kepala, tersenyum lebar dan berkata." Iya, pak. Oh iya, ini surat perjanjian sudah ditanda tangani oleh pihak kedua."
Daniel kini mengambil berkas itu, ia melihat tanda tangan Sarla, " Saya penasaran dengan wanita itu?"
Perkataan sang atasan tentunya membuat Varel terkejut," jadi Pak Daniel belum pernah melihat gadis bernama Sarla itu?"
"Tidak, Varel. Pak Gunawan yang menawarkan anaknya kepada saya, karena kerja sama perusahaan!"
Deg ....
Pantas saja Varel melihat kedua mata Sarla penuh tekanan. Ia terlihat kesal saat melihat Varel.
"Maaf dalam surat itu anda akan menikah kontrak dengan gadis itu?"
"Ya, saya akan menikahinya hanya untuk membuat garis keturunan, setelah itu saya akan ceraikan dia, memangnya kenapa!?"
Varel terlihat gugup saat atasannya bertanya balik, entah kenapa tiba tiba ia sedikit membela Sarla." Apa tidak dipikirkan baik baik sebelum mengambil keputusan untuk menikahi seorang gadis, bukanya bapak sudah mempunyai istri. "
"Justru itu saya sudah memikirkan semuanya dengan matang matang, karena itu saya menyuruh kamu untuk tutup mulut."
Mendengar hal itu Varel mulai terdiam, ia tak bisa berbuat apa apa, hanya tunduk dibawah kuasa sang CEO.
Dengan isengnya, Daniel bertanya pada sang asisten, " Apa dia cantik, seksi. Menarik, seperti istriku atau lebih dari istriku?"
Pertanyaan Daniel tentu saja membuat Varel bingung menjelaskannya.