WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!
Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.
Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.
Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Operasi Pengangkatan Rahim
Hanya berselang lima belas menit, Ben sudah sampai di rumah sakit. Ana mnyambut laki-laki itu dengan berdiri di dekat ruang tunggu instalasi gawat darurat.
"Bagaimana kondisinya?" tanya Ben khawatir.
Ana tidak memberi jawaban, gadis itu hanya menggeleng lemah dengan air mata bercucuran di pipinya. Ana sudah menunggu cukup lama namun dokter tak kunjung keluar dari ruang pemeriksaan untuk memberi kabar kondisi Rosalie yang sebenarnya.
"Tidak apa-apa, dia akan baik-baik saja," gumam Ben. Laki-laki itu menarik tubuh Ana dan memeluk gadis itu dengan erat.
Ben membelai rambut Ana, menepuk punggungnya dan terus meyakinkan gadis itu bahwa Rosalie akan baik-baik saja.
"Jangan menangis, Anastasia. Semua akan baik-baik saja." Ben menjauhkan tubuhnya, laki-laki itu melihat wajah yang kusut dengan pipi yang basah. Ben paham bagaimana kondisi Rosalie, wanita itu bahkan sudah berkali-kali mengalami hal serupa, dan hal ini sudah tidak membuat Ben ketakutan seperti sebelumnya.
"Keluarga pasien!" seru seorang perawat dari dalam ruangan.
"Aku akan kembali," bisik Ben pada Ana. Laki-laki itu mencium kening istri keduanya sebelum beranjak masuk ke ruang pemeriksaan. Ana tidak bisa melakukan apapun, gadis itu hanya bisa duduk dan berdoa.
Di dalam ruang pemeriksaan, dokter memberitahu Ben tentang kondisi Rosalie yang sebenarnya, bahwa wanita itu mengalami pendarahan dalam akibat penyakit yang bersarang di organ reproduksinya. Itulah yang menyebabkan rasa sakit luar biasa hingga Rosalie tidak sadarkan diri.
Jadwal operasi pengangkatan rahim yang seharusnya akan dilaksanakan dua hari lagi kini terpaksa harus segera dilakukan. Jika terlambat, maka Rosalie tidak hanya akan kehilangan rahimnya, nyawanya pun akan ikut melayang.
"Lakukan apa yang terbaik, Dok," ucap Ben.
Dokter meminta Ben untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan. Dan saat ini juga Rosalie akan langsung menjalani operasi pengangkatan rahim.
Tanpa banyak berpikir, Ben membubuhkan tanda tangannya di atas kertas bermaterai. Laki-laki itu tidak punya pilihan lain, operasi adalah jalan terbaik untuk kebaikan istrinya.
Setelah mendapatkan tanda tangan dari Ben. Perawat dan dokter langsung membawa Rosalie menuju ruang operasi. Sementara Rosalie sudah terurus, Ben keluar dari ruang instalasi gawat darurat untuk menemui Ana.
"Bagaimana kondisinya?" tanya Ana saat melihat Ben berjalan lemah ke arahnya.
"Dia harus menjalani operasi sekarang juga. Dia pingsan karena pendarahan dalam, rahimnya harus segera diangkat," jelas Ben.
Ana terduduk lemas di kursi tunggu, ia tidak menyangka jika penderitaan yang akan dialami oleh Rosalie akan sesakit ini. Bahkan harta yang melimpah pun tidak akan mampu menebus hilangnya satu organ paling istimewa di dalam tubuh seorang wanita.
Melihat wajah Ben yang datar tanpa ekspresi, Ana merasa iba. Gadis itu turut merasakan bagaimana sakitnya penderitaan yang harus dirasakan oleh mereka.
"Kau harus ikhlas, yang terpenting adalah dia masih bersama kita," gumam Ana dengan lirih. Gadis itu langsung melingkarkan kedua tangannya di tubuh Ben, mengusap punggung dan menguatkan laki-laki itu.
Tidak ada reaksi dari laki-laki itu. Ia tidak menunjukkan rasa sakitnya meskipun Ana yakin jika Ben amat berat mengambil keputusan ini.
Setelah keduanya cukup tenang, mereka menyusul Rosalie dan menunggu wanita itu di depan ruang operasi. Ana terus duduk di samping Ben sambil menggenggam tangan suaminya, ia paham rasa sakit itu tanpa Ben perlu mengungkapkannya.
"Perlukah kita menghubungi orang tua Kak Rose?" tanya Ana. "Mereka pasti khawatir," lanjutnya.
"Tidak, tidak boleh ada yang tahu semua kebenaran ini. Rosalie tidak ingin siapapun tahu," jawab Ben. Ana terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa.
Kini Ana hanya bisa melamun, pikirannya kosong. Ana baru paham jika harta saja tidak akan cukup untuk membuat seseorang bahagia. Seperti halnya Rosalie, bahkan emas segunung pun tidak akan bisa memberinya kesempatan untuk membuatnya bisa mengandung dan melahirkan.
Hampir dua jam menunggu, operasi tak kunjung selesai. Ana dan Ben tidak melakukan apapun, mereka berdua hanya diam dan bersabar.
"Kau lapar?" tanya Ben tiba-tiba. Ana hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Jangan terlalu dipikirkan, hanya ini jalan satu-satunya, dan aku tidak akan menyesalinya," ujar Ben lagi.
Ana menatap laki-laki itu dan tersenyum. Mungkin jika Ana yang mengalaminya, gadis itu belum tentu sanggup berada di posisi Rosalie.
"Aku lapar, bagaimana denganmu?" tanya Ben lagi.
"Aku akan makan jika kau membeli satu untukku," jawab Ana. Ben tersenyum, mengusap pucuk rambut Ana lalu merangkul bahunya.
Saat ini, Ana adalah obat bagi rasa sakit yang Ben derita. Ana lah pelipur lara, penghibur hati yang sedang duka. Ben merasa beruntung, Ana hadir di dalam kehidupannya meski gadis itu terlambat menjadi miliknya.
"Aku akan memesan makanan untuk kita. Apa yang kau suka?" tanya Ben.
"Aku suka apa saja."
"Bagaimana jika ayam bakar, kau mau?"
"Hmm, boleh." Ana mengangguk setuju. Gadis itu memperhatikan Ben, ia yakin jika laki-laki itu hanya mencari cara untuk mengalihkan pikirannya.
Sembari menunggu makanan yang dipesan secara online datang, Ben dan Ana tetap duduk di tempat semula.
"Bagaimana kau bisa sampai di rumah? Apa Rosalie meneleponmu?" tanya Ben. Karena terlalu khawatir pada Rosalie, ia bahkan lupa bertanya tentang istri keduanya.
"Dia datang beberapa menit setelah kau pergi dari rumah. Kita hampir ketahuan," jawab Ana sambil tersenyum kecil.
Ben hampir tertawa, laki-laki itu kini merasa menjadi suami jahat yang tega berselingkuh di belakang istrinya yang sedang sakit keras.
🖤🖤🖤
karena tidak semua hal di dunia ini terwujud sesuai keinginan mu