Sequel dari Pesona Setelah Menjadi Janda
(Mohon untuk membaca novel sebelum nya agar kalian tidak bingung)
***
Arra yang kini berusia 18 tahun, baru saja memasuki dunia perkuliahan. Banyak hal yang berubah dalam diri gadis itu. Namun hanya satu hal yang tidak berubah, yaitu sebagai pacar dari Leo Rexander.
Meski tidak pernah di akui oleh Arra, Leo selalu kekeh mengenai hubungan mereka. Sehingga tidak sedikit orang yang mengira jika Leo hanya lah seorang pembual. Dan hal tersebut membuat beberapa laki-laki berusaha mendekati Arra.
Mau tau bagaimana keseruan Arra dan Leo menjalani kehidupan mereka? Tetap beri dukungan kalian agar author semangat untuk update setiap hari 🤗
Happy reading guys ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saras Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikejar Oleh Seseorang
Ospek hari ini berjalan dengan lancar. Semua maba sudah di perbolehkan pulang. Arra dan Gladys keluar dari auditorium bersama-sama.
Ya, mereka sejak tadi banyak mengobrol, sehingga Arra yang biasa nya tertutup bisa akrab dengan gadis berdarah sunda tersebut.
"Lo di jemput atau pulang sendiri?" tanya Gladys.
"Aku pulang sama Leo." jawab Arra sembari memperhatikan sekitarnya untuk mencari keberadaan Leo.
"Ih, seru banget sih lo bisa pulang sama pacar. Gue jadi beneran pengen punya pacar juga deh." celetuk Gladys yang membuat Arra tersenyum.
"Dia itu sebenarnya bukan pacar aku, cuma kami memang selalu sama-sama dari SMA."
"What? Serius dia bukan pacar lo? Tapi tadi kan dia ngakuin lo di depan semua orang." Gladys terlihat terkejut mendengar pengakuan Arra.
Arra mengangguk dengan yakin, "dia selalu kayak gitu dari dulu. Jadi aku udah terbiasa."
Gladys tertawa, "kalau gue yang diakuin sama Leo, udah gue sebarin ke seluruh dunia. Secara dia seganteng itu, rugi kalau nggak gue umumin."
Arra ikut tertawa, namun baru saja dia ingin membuka mulut, seseorang membuat mereka terkejut.
"Teman lo aja pintar, tapi kenapa lo nggak bisa berpikir kayak teman lo itu, hm?"
Mata Arra terbelalak saat melihat Leo sudah berdiri di samping nya, bahkan wajah laki-laki itu sangat dekat dengan nya.
Gladys menutup mulut nya karena menahan rasa gemas melihat pasangan di hadapan nya itu.
"Harusnya lo juga ngakuin gue ke semua orang sebagai pacar lo, supaya gue nggak harus capek-capek nyingkirin cowok yang berusaha ngedekatin lo." setelah mengatakan itu Leo meniup wajah Arra yang mana membuat gadis itu seketika mendapatkan kesadaran nya.
"Gue duluan ya, nggak sanggup gue lama-lama ngeliat kalian berdua, bisa mati karena baper gue. Bye Arra, ketemu besok lagi yak." seru Gladys setelahnya dia berlari meninggalkan Arra bersama Leo.
Arra gelagapan, karena belum sempat ia menjawab, Gladys sudah berlalu pergi.
"Ayo pulang." ajak Leo sembari menggenggam tangan Arra. Dia tidak memperdulikan beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka sejak tadi.
Arra yang mengikuti langkah Leo, hanya bisa menundukan wajah karena tidak jauh dari tempatnya, ia melihat Biantara menatap kearah mereka. Sudah cukup dia merasa malu hari ini karena kelakuan Leo.
Setiba nya di parkiran, Leo dan Arra langsung menuju dimana motor laki-laki itu terparkir. Karena sudah banyak yang pulang lebih dulu, parkiran terlihat cukup lengang.
Leo memakaikan helm berwarna merah muda yang selalu ia bawa itu kepada Arra lalu membantu Arra untuk naik ke motonya lebih dulu. Setelah memastikan Arra duduk dengan nyaman dan aman, barulah ia naik ke motornya. Leo langsung menyalakan mesin motornya, dan menggeber beberapa kali, lalu melajukan motor sport berwarna hitam itu dengan kecepatan sedang.
Arra tidak lagi canggung untuk melingkarkan tangan nya di perut Leo karena saking terbiasanya dia pulang bersama laki-laki itu.
Suasana jalanan cukup padat namun tidak macet, sehingga Leo bisa melajukan motornya tanpa hambatan sama sekali. Namun tiba-tiba suara klakson yang terus menerus berbunyi, mengalihkan perhatian Leo.
Leo melirik melalui spion nya, dia berusaha mengamati seseorang yang menggunakan motor sport hijau yang terlihat seperti mengejar nya.
Arra juga menoleh ke belakang. Keningnya mengernyit bingung saat melihat seseorang yang berusaha mengejar mereka.
"Leo, itu yang di belakang siapa? Kok kayak ngejar kita." tanya Arra pada Leo.
"Nggak, mungkin cuma kebetulan aja searah dan dia lagi ngebut. Udah nggak usah lo liatin lagi." ucap Leo seraya menambah kecepatan motornya.
Arra semakin erat melingkarkan tangan nya di perut Leo.
Saat Leo berbelok ke arah jalanan yang lebih lengang lagi, tiba-tiba seseorang menghadang mereka dan membuat Leo mengerem secara mendadak.
Arra menjerit karena terkejut. Bahkan helm nya berbenturan dengan helm Leo yang membuat kepala nya sedikit pusing.
"Lo nggak apa-apa kan?" tanya Leo tanpa menoleh ke arah Arra.
Arra mengangguk, "i-iya."
Leo merasa lega, lalu dia menatap tajam ke arah laki-laki yang baru saja turun dari motor sport berwarna hijau itu. Saat orang itu membuka helmnya, tatapan Leo semakin tajam dan menusuk.
"K-kak Renald?" lirih Arra yang juga memperhatikan orang yang menghadang mereka tadi.
"Turun lo." bentak Renald dengan wajah yang terlihat marah.
Leo tidak bergeming, dia bahkan tidak menurunkan standar motornya.
"Gue bilang turun, b*ngs*t!" teriak Renald membuat Arra terkejut.
"Leo, dia mau apa?" tanya Arra dengan suara bergetar.
Leo yang tau jika Arra ketakutan, mengeraskan rahang nya.
"Apa mau lo?" tanya Leo dengan datar, bahkan laki-laki itu tidak terpengaruh sama sekali saat melihat ekspresi marah Renald yang sudah berada sangat dekat dengan mereka.
"Gue mau balas kesongongan lo tadi di kampus. Lo pikir lo siapa, hah?" gertak Renald yang tiba-tiba maju dan mencengkram kerah kemeja Leo.
Arra menjerit dengan suara tertahan, wajah nya benar-benar panik.
"K-kak jangan kayak gini, kami minta maaf kalau udah menyinggung kakak." ucap Arra masih dengan suara bergetar. Mata nya bahkan mulai berkaca-kaca, dan itu terlihat oleh Leo melalui kaca spion.
"Maaf? Setelah cowok lo ini mempermalukan gue di depan banyak orang? Nggak semudah itu. Minimal gue bikin hidung dia patah dulu baru kalian bisa minta maaf."
"Leo..." lirih Arra yang mencengkram erat tas Leo.
Leo sudah tidak tahan melihat ketakutan Arra, dengan perlahan dia menurunkan standar motornya. Lalu dia dengan kasar menepis tangan Renald dari kemeja nya.
Leo turun dari motor, lalu dia menatap Arra. Dengan lembut Leo mengusap air mata yang menetes di wajah gadis itu.
"Lo tunggu disini, jangan turun, ok? Gue akan selesain ini dalam beberapa menit." Leo tersenyum pada Arra lalu dia berbalik dan berjalan mendekat pada Renald.
Dengan kasar Leo menarik kemeja Renald dan mendorongnya kebelakang.
"Gue sebenarnya nggak mau ngeladenin lo, tapi karena lo udah bikin pacar gue ketakutan dan nangis, gue bakalan ngeladenin mau lo. Sekarang maju, come on jangan buang waktu." ujar Leo dengan wajah datar nya namun tatapan nya sangat mengintimidasi.
Renald yang sudah terbakar amarah, langsung menerjang Leo dan berusaha memukul wajah laki-laki itu. Namun sayang, dengan mudah Leo menghindari. Bahkan kini Leo menendang punggung Renald dengan kuat sehingga Renald tersungkur ke tanah.
Renald berusaha bangun meski dia merasakan nyeri di bagian punggung nya. Dia menatap Leo dengan marah, lalu kembali berusaha untuk memukul Leo. Tapi lagi-lagi Leo berhasil menangkis nya dan berbalik memukul Renald tepat di wajah laki-laki itu.
Tanpa menggunakan tenaga, Leo menendang perut Renald dan laki-laki itu kembali tersungkur ke tanah. Ternyata kekuatan Renald tidaklah sebesar nyali nya. Sangat mengecewakan.
"Lo udah puas? Atau masih mau lanjut? Pacar gue kepanasan, gue nggak mau dia pingsan karena buang-buang waktu nyaksiin cowok lemah kayak lo ini."
"Leo udah, kasian kak Renald." teriak Arra. Apalagi beberapa kendaraan berhenti menyaksikan mereka. Dia takut ini akan terjadi kesalahpahaman yang besar.
"Jangan lagi cari masalah sama gue. Ini yang pertama dan yang terakhir." setelah mengatakan itu Leo berbalik dan berjalan kembali menuju motornya.
Leo langsung pergi meninggalkan Renald yang sedang menatap marah kearahnya.
"Sialan, gue bakalan balas lo nanti." teriak Renald.
***
Arra turun dari motor di bantu oleh Leo. Mereka sudah sampai di rumah Arra. Kedua nya langsung masuk kerumah karena pintu sedang terbuka.
Dari luar Arra dan Leo bisa mendengar kehebohan dari dalam.
"Mom." panggil Arra saat melihat mommy nya berdiri sambil berkacak pinggang di ruang keluarga.
"Eh, kakak." Alyssa baru menyadari kedatangan Arra saat putri sulungnya itu memanggil nya.
"Kenapa mom?" tanya Arra seraya meletakan tas nya di sofa. Dia bisa melihat kekacauan di hadapan nya sekarang.
"Zayn, dia main tepung." jawab Alyssa dengan nada lelah.
"Zayn!" teriak Leo dengan suara lantang.
tak berapa lama sepasang kaki kecil terlihat keluar dari belakang buffet. Disusul tubuh gempal yang sangat meggemaskan.
"Zayn kesini." ucap Leo saat batita berusia hampir 2 tahun itu sudah berdiri dengan wajah yang sangat terlihat lucu.
Dengan langkah kecil nya, Zayn berjalan mendekat kepada Leo.
"Apa yang Zayn lakukan, hm?" tanya Leo seraya berjongkok di depan Zayn.
"Maap yoyo, jain nakal." ucap Zayn dengan suara cadelnya.
"Terus kalau nakal harus apa?" tanya Leo lagi.
Alyssa memang merasa frustasi dengan keaktifan anak ketiga nya itu, tapi jika sudah melihat wajahnya yang sangat menggemaskan maka ia akan luluh dan berakhir tidak jadi marah.
"Halus tanggung jawab." jawab Zayn, mata nya yang bulat berkedip beberapa kali sehingga membuat Arra dan Alyssa menjadi gemas, namun itu tidak berlaku bagi Leo.
"Apa dengan bersembunyi Zayn sudah bertanggung jawab?"
Zayn mengangguk, "beyum yoyo."
Arra hampir tertawa saat melihat apa yang dikatakan dengan gerakan kepala sang adik yang berbanding terbalik.
Leo tersenyum tipis, "minta maaf sama mommy dan janji untuk nggak ngulangin lagi." pinta Leo dengan lembut.
Zayn beralih menatap Alyssa, lalu berlari dengan kaki kecil nya. Alyssa langsung berjongkok dan merentangkan tangan nya, siap membawa putra kecilnya itu kedalam pelukan.
"Momi, jain minta maap." kata Zayn yang sudah masuk ke dalam pelukan sang ibu.
"Iya sayang, tapi lain kali jangan main sesuatu yang seharusnya tidak menjadi mainan Zayn. Ok? Apalagi makanan itu tidak boleh dijadikan mainan. Zayn mengerti?" tanya Alyssa dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang.
Zayn mengangguk, "iya momi." jawab Zayn dengan suara cempreng nya namun terdengar sangat lucu.
Alyssa langsung mengecupi seluruh wajah Zayn, terutama pipi gembul nya itu. Zayn tertawa karena merasa geli.
"Kamu mau minum?" tawar Arra pada Leo.
Leo menggeleng, "nggak. Gue langsung pulang aja. Besok pagi gue jemput."
Arra mengangguk.
"Mom, aku pulang dulu ya." kata Leo pada Alyssa yang sudah berhenti mencium Zayn.
Alyssa menggendong Zayn lalu menatap Leo.
"Nggak makan dulu, kak?" tanya Alyssa.
"Nggak mom, lain kali. Kalau gitu aku langsung pergi. Bye Zayn."
Leo melambaikan tangan nya pada Zayn yang di balas oleh batita itu dengan gerakan yang lucu.
"Tata yoyo...."
Leo tersenyum, lalu ia mengusap lembut kepala Arra sebelum akhirnya dia beranjak pergi.
Arra pun yang merasa kelelahan, pamit untuk masuk ke kamarnya.