Vika Amalia, seorang gadis ceria, giat, tangguh dan juga paling menomor satukan uang di atas segalanya. Keadaan yang membuatnya menjadikan dia matre karena pengalaman buruk keluarganya, Namun, hidup Vika berubah setelah kejadian fatal menimpanya kesalahan yang bukan sengaja terjadi malah jadi cerita baru di hidupnya. Arya Mahesa, adalah seorang Chef terkenal dengan keahlian memasak ala dirinya yang selalu cool terlebih lagi selalu menemukan resep baru di setiap sentuhan masaknya. membuat Arya begitu digemari oleh kaum hawa. dia mencintai Chika (kekasihnya) tapi terjebak dalam kesalahan pada Vika..
cerita menarik untuk mengisi waktu luang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auzora samudra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ide Rara
Seusai bekerja, Vika meminta izin pada Arya untuk pulang lebih awal, dengan alasan ada kepentingan pribadi. Begitupun pada Rara, dia juga menjelaskan hal yang sama, Karena kalau tidak gadis itu akan terus bertanya sampai ke akarnya.
setelah itu dia langsung dijemput oleh Nathan tepat di depan restoran Mahesa.
Vika sedikit canggung karena ini pertama kalinya dosen itu mengajak dinner ke tempat romantis, yang sepanjang perjalanan hidupnya belum pernah ada Kata kencan seperti ini.
Dan ternyata Nathan memang sudah mempersiapkan semuanya lebih awal, bertempat di sebuah Cafe pinggir danau yang dihiasi kelipnya lampu seperti bintang. ini membuat hati Vika sangat tersentuh, tidak menyangka dia akan di perlakukan seistimewa ini.
Tidak membutuhkan waktu lama, pelayan datang membawakan daftar menu yang sengaja Nathan persilahkan untuk Vika memilihnya sendiri, berhubung gadis itu adalah orang yang selalu memanfaatkan setiap situasi. Maka tentu saja yang dipilih adalah makanan termahal di sana..
Tapi anehnya Nathan hanya tersenyum, dia berpikir Vika bekerja di Restoran mewah tentu saja sudah biasa dengan makanan yang fantastis seperti ini. jadi di dalam masa pendekatan tidak sama sekali di permasalahkan, asal namanya bisa setitik terukir di hatinya
Mimpi apa aku semalam, sampai makanan semewah ini bisa menelusuri kerongkonganku!! hahaha.. Vika, kamu terlahir sangat beruntung
"Ehem!!" Nathan memecahkan suasana saat Vika sedang menikmati keberuntungannya.
"Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku katakan" Tiba-tiba wajah Natan berubah serius sampai Vika sendiri menghentikan makanannya
"Tentang apa pak?" Vika menatap Nathan yang sedikit gugup, namun terlihat jelas kalau pria itu serius dengan apa yang akan dikatakan
"Tentang perasaan" jawab Nathan
"Maksudnya?" Vika pura-pura bodoh namun di dalam hatinya dia sudah mengerti dengan maksud dosennya
"I don't know where to start, and I'm also not a romantic man, but for sure this heart can't be stopped. I'm really in love with you Vika" Tanpa ragu kalimat itu akhirnya keluar juga dari dalam hati Nathan
"Hahaha.." Vika tidak menjawab selain tertawa
"Why?" Tanyanya "Apa yang lucu?"
"Bapak bercanda nih!" kemudian Vika meneguk minuman yang ada di depannya dengan sedikit canggung
"Not! I'm serious" Nathan memperlihatkan keseriusannya pada Vika
"Tapi aku murid bapak di kampus lho"
"So what?"
"Ya nggak etis aja kedengarannya, aku merasa kurang pantas. Nanti apa kata fans-fans pak Nathan di kampus" Vika tersenyum setengah mengejek. Dia sengaja mencairkan suasana agar perasannya sendiri tidak serba salah
"Aku suka sama kamu, And why think about other people"
"Tapi aku bisa dihujat sama gadis satu kampus nanti" Vika mengangkat alis, sebenarnya dalam hati sangat di sayangkan kalau harus menolak, selain Nathan dosen, kaya, juga memiliki paras yang mampu menggoda mahasiswi-mahasiswi nya. jadi dia tidak mungkin, kalau harus melewati kesempatan baik ini. Apalagi status Vika memang sendiri, baginya lumayan lah Nathan tentu saja akan sangat bermanfaat untuk dia, setidaknya mengurangi ongkos ke kampus maupun ke restoran setiap hari nantinya.
"Mungkin aku butuh sedikit waktu untuk menjawabnya" Vika sedikit ragu. sebenarnya dia sudah yakin akan menerima Nathan tapi tidak mau terlihat bar-bar. Nathan juga mengerti dan dia sama sekali tidak mempermasalahkan itu, toh memang menjadi hak Vika mempertimbangkan pilihannya
Keesokan paginya
Matahari pagi begitu cerah, membuat aktivitas seluruh manusia di bumi ini jadi bersemangat. Awalnya Vika selalu bangun lebih dulu dari matahari tersebut, tapi untuk kali ini, sepertinya hanya ingin bermalas-malasan di tempat tidur saja. Sampai-sampai ponselnya berdering dengan alarm yang menunjukkan kalau sudah saatnya pergi ke kampus. Namun tak lama kemudian ponselnya berdering kembali, tapi untuk kali ini panggilan dari sahabatnya yaitu Rara.
"Halo beb!!" Suara centil terdengar dari sebrang sambungan teleponnya
"Iya kenapa Ra?" Tanya Vika sedikit malas
"Hari ini nggak ada kelas loh"
"Seriusan?"
"Hmm"
"Syukurlah, badan aku memang agak lemes, akhirnya ada juga kabar baik dan nggak perlu ke kampus" Vika sangat senang dengan berita yang dibawa Rara. Saat tubuhnya tidak bersemangat keberuntungan juga menghampiri begitu saja
"Kamu sakit?" tanya Rara khawatir
"Enggak kok, aku cuma lelah aja semalam habis diajak makan sama pak Nathan" jawab Vika Keceplosan
"What!!!, Vika..!! kenapa nggak bilang aku sih"
"Hahaha, sengaja lah, biar kamu nggak ganggu,"
"Aish Vika!!!. Terus, semalam pak Nathan ngapain aja?, dia enggak macam-macam kan sama kamu?" Rara mulai lagi menunjukkan posesifnya
"Hahaha, ya nggaklah. Kita cuman makan aja kok."
"Hmm baguslah, awas aja kalau dia berani deket-deket calon kakak ipar aku"
"Rara apa sih kamu. Udah deh, jangan ngomong kayak gitu terus. Nggak enak tahu kalau tiba-tiba chef Arya denger di sana"
"biarin aja, bagus dong dia denger"
"Janganlah. Hubungan Chef Arya dan Chika sekarang kan lagi membaik, awas ya kamu ganggu"
"Lah emang aku mau ganggu. Nih dengerin ya, nenek itu udah gak suka sama kak Chika."
"Tapi kan kakak kamu cinta banget sama dia,"
"Itu karena kak Arya belum pernah periksa mata"
Selama apapun berdebat dengan Rara, tidak akan ada yang pernah bisa menang. Karena, selain dia pandai bicara. Rara juga sedikit keras kepala.
"Udah ah percuma ngomong sama kamu juga nggak akan ada habisnya"
"Terus kita sekarang gimana dong?"
"Gimana apanya?"
"Kita jalan kek, ke mana kek?"
"Aku kan udah bilang lagi lemes, hari ini mau males-malesan aja di rumah"
"Vika enggak seru nih. Gimana kalau kita cari ayah kamu, kan udah lama juga tuh."
Vika berpikir sejenak sebenarnya hari ini dia malas kemana-mana, tapi saat Rara mengatakan mencari ayahnya.
Seketika itu, rasa lelah hilang tanpa sebab dan langsung bersemangat
"Ide bagus, hmm tumben otak kamu ada isinya"
"Ahh Vika!!" Rara merengek manja
"Haha! nggak kok cuma bercanda, ya udah aku siap-siap dulu ya, kamu jemput jam sembilan"
"Siap kakak ipar tersayang"
"Dih dasar"
Kemudian sambungan telepon itu terputus, dan Vika pun melompat dari tempat tidurnya dengan perasaan yang sangat senang, walaupun nanti hasil pencarian nya nihil, setidaknya waktu yang dia miliki tidak terbuang sia-sia dan sedikit lebih bermanfaat. Diapun segera membawa handuk lalu masuk ke kamar mandi kemudian setelahnya siap-siap
Tepat jam sembilan, Rara sudah memarkirkan mobilnya di depan kosan Vika. Memang waktu yang dimiliki hanya setengah hari, karena selepas itu seperti biasa harus bekerja kembali ke Restoran Mahesa, walau begitu Vika sangat senang perhatian Rara pada dirinya memang seperti saudara sendiri, apalagi yang akan dia cari adalah keluarga satu-satunya, penuh dengan harapan yang besar. Kalau beliau masih ada.
"Kita cari ayah kamu dari mana dulu nih" Rara mulai melajukan kendaraannya
Semangattttt Sehatttt
ya ampun.... kpanlah si vika itu bahagia ... kok deritanya seakan tak pernah berakhir
entar kena karma buruk loh 🙂
lha si vika dpt arya ya sobek parah... udah bekasannya si chika...