Bagaimana rasanya jika kau mencintai saudara sepupumu sendiri? Jawabannya kenapa tidak! Jika sepupu mu itu adalah pria yang sangat tampan, baik, walaupun sifat dan sikapnya sangat dingin sedingin kutub Utara.
Itulah yang dialami seorang Baby Arbeto, gadis cantik berusia delapan belas tahun yang sangat mencintai Agam Mateo kakak sepupunya sendiri. Seorang pria yang terkenal sangat dingin, kaku, dan tidak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun.
Tapi sayangnya Agam Mateo tidak merasakan hal yang sama, pria itu sejak dulu selalu menganggap Baby seperti adiknya sendiri. Dan mana mungkin seorang kakak mencintai adiknya.
"Mencintaimu adalah sebuah anugerah bagi ku." Baby Arbeto.
"Dicintaimu adalah sebuah musibah untuk ku." Agam Mateo.
Bagaimanakah perjalanan kisah cinta ke-duanya? Apakah pernikahan antar sepupu akan terjadi? Yuk ikuti kisah cinta mereka yang lucu dan menggemaskan 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Terlalu kesal sampai lupa
Perusahaan Dimitri. Corp.
"Bagaimana persiapan meeting hari ini?" Agam bertanya pada asisten pribadinya yang bernama Jonathan.
"Semua sudah siap Tuan, mereka sudah menunggu kita." Jawab Jonathan.
"Bagus kita pergi sekarang!" Agam berdiri dari tempat duduknya, merapihkan dan mengancingkan jas nya lalu berjalan keluar dari ruang kerjanya menuju lift.
Hari ini Agam akan pergi ke salah satu hotel bintang lima yang ada di Jakarta untuk meeting bersama calon kliennya, dan di saat pintu lift terbuka Agam begitu terkejut saat melihat sosok yang sangat ingin ia hindari justru berada di dalam sana.
"Hai A..." Baby menarik tangan Agam untuk masuk ke dalam lift. "Sekarang kita akan pergi kemana?" tanpa malu Baby merangkul lengan sepupunya.
Ehem.
Agam berdeham sembari melepaskan rangkulan tangan Baby, ia menghela napasnya dengan kasar karena lagi-lagi Baby datang ke perusahaannya tanpa permisi. Entah mengapa setiap gadis itu ada di Jakarta pasti setiap hari datang ke kantornya dengan beribu alasan, entah itu karena sedang patah hati, entah itu karena kekasihnya meninggal dunia dan banyak alasan lainnya yang tidak masuk di akal.
Dulu Agam tidak pernah mempermasalahkan semua itu, tapi sekarang sudah berbeda karena gadis itu sudah beranjak dewasa dan ia sangat risih di saat Baby bergelayut pada tangannya atau memeluknya dari belakang dengan tiba-tiba.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya Agam dengan raut wajah yang datar sembari memijat pangkal hidungnya.
"Tentu saja ingin bertemu denganmu, masa bertemu dengan Jo?" Seloroh Baby sembari menatap asisten pribadi sepupunya.
"Jo...!" Agam menatap tajam pada asistennya yang sedang tersenyum.
"Maaf Tuan." Jo menundukkan kepalanya sembari menahan rasa ingin tertawanya, karena baru kali ini ia melihat tuan Agam dibuat tidak berkutik oleh seorang wanita. Dan wanita itu adalah sepupunya sendiri.
"Baby bukankah sudah aku katakan jangan menggangguku, karena hari ini ada meeting penting yang harus aku datangi." Agam berkata dengan penuh penekanan.
"Aku tidak ingin mengganggumu, aku hanya ingin ikut bersamamu." Baby tersenyum dengan lebar hingga memperlihatkan lesung di kedua pipinya.
Agam menatap Baby dengan tajam lalu mengambil ponselnya setelah mereka keluar dari lift, ia menekan nomer ponsel Boy untuk meminta sepupunya itu menjemput Baby.
"B di mana kau?" tanya Agam setelah sambungan teleponnya terhubung.
"Tentu saja di mansion, memangnya kenapa?"
"Tolong kau suruh orang mu untuk menjemput Baby? Dia ada di sini dan sangat menggangguku." Agam menghentikan langkahnya lalu menatap Baby yang berdiri di sampingnya. Gadis itu bukannya ketakutan karena dirinya menghubungi Boy Arbeto, dia justru tersenyum dengan wajah polos tanpa dosa.
"Aku sibuk dan semua orang ku sibuk." Boy memutuskan sambungan teleponnya.
"B halo?" Agam menatap layar ponselnya yang telah mati. "Sial! Kakak adik semuanya sama saja, sama-sama menyusahkan." Umpat Agam dalam hati, matanya menatap tajam pada kedua mata Baby.
"Sekarang kita jadi berangkat atau tidak?" tanya Baby setelah melihat Agam menaruh ponselnya.
"Dengar Baby! Kau boleh ikut tapi tutup mulutmu dan jangan pernah berbicara sebelum aku menyuruhnya!" perintah Agam, karena ia tidak mau diganggu dengan suara berisik Baby.
"Oke aku akan tutup mulutku ini." Tangan Baby bergerak seolah mengunci bibirnya.
"Good," Agam kembali berjalan menuju mobilnya.
"Tapi A..."
"Aku sudah bilang tutup mulutmu!' Agam membalik tubuhnya dengan wajah yang kesal karena gadis itu melanggar kesepakatan mereka.
"Tapi aku hanya ingin bilang mobilmu ada di sebelah sana." Baby menunjuk mobil milik sepupunya.
Agam menoleh kearah yang ditunjuk oleh Baby dimana mobilnya terparkir, sedangkan dirinya justru berjalan berlawanan arah dari mobil tersebut.
"****!" umpat Agam dalam hati lalu berjalan ke tempat dimana mobilnya berada.