Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melepas Rindu
Athala benar-benar merealisasikan keinginan istrinya yang ingin bertemu dengan ibunya. Dia juga menambah cutinya 1 minggu lagi. Athala menghubungi papihnya dulu, Papih Al tak masalah, justru papih Al senang akhirnya Zena bisa berdamai dengan masa lalu.
-
-
-
"Zal, makan dulu nak, bukannya ada meeting?" Ucap bu Kamila dari lantai bawah sembari menyiapkan sarapan pagi. Sementara Zalindra masih di kamar atas bersiap-siap.
"Iya mah sebentar lagi." Teriak Zalindra.
Tak berselang lama ketika Zalindra sudah turun ke bawah, dan mamahnya masih bergelut di dapur, tiba-tiba bel rumah mereka bunyi. Zalindra yang sedang makan pun menoleh jam tangannya.
TING TONG
"Siapa sih pagi-pagi gini? Mungkin pak RT kali yah, hmm mamah jangan-jangan lupa bayar iuran nih." Zalindra segera ke depan membuka pintu.
CEKLEK
Betapa terkejutnya Zalindra melihat siapa yang datang. Zenata dan Athala. Dia hanya diam membeku "Zal, ada siapa? Pak RT bukan? Mamah kemarin lupa bayar iuran!" Teriak bu Kamila sambil menghampiri Zalindra.
Bu Kamila juga sama kagetnya "Ze-Zena..ka-kalian kok kesini?" Ucap bu Kamila dengan gugup.
Zena mendekatkan diri dan memeluk bu Kamila dengan berlinang air mata. Zalindra bengong melihatnya, kenapa Zena tiba-tiba menangis?
"Ibu...Zena rindu sama ibu. Kenapa ibu buang Zena dipanti asuhan bu?" Jawab Zena ia tak kuasa lagi menahan kepedihannya. Bu Kamila tak salah dengar, iya Zena memanggilnya Ibu dan membahas panti asuhan. Bu Kamila membalas pelukan anaknya itu.
"Zena kamu_"
"Aku tahu semua bu. Kakak enggak mau peluk aku? Kakak enggak rindu sama aku?" Tanya Zena yang melihat Zalindra diam saja, sebetulnya Zalindra kaget tak menyangka kalau Zena tahu semua ini. Ketiganya berpelukan dengan hangat.
Dasar Athala cemburuan dia menarik Zena "Sayang bukan muhrim." Athala menepuk-nepuk baju istrinya, dan itu membuat Zena tertawa kecil.
Bu Kamila dan Zalindra tersenyum, mereka tahu jika suami Zena ini sangat posesive sekali. Bu Kamila mengajak mereka masuk kedalam. Supaya lebih leluasa untuk ngobrol.
-
-
-
"Kita makan dulu ya nak, pasti kamu capek kasihan dedek utunnya." Bu Kamila menuangkan nasi dan lauk pauk untuk Zena, dia masih tak percaya jika Zena sekarang ada di hadapannya. Bu Kamila masih menangis. Zena menghapus air mata ibunya dengan lembut.
"Jangan nangis bu, Zena kan ada di sini. Ibu kenapa enggak nemuin Zena lagi? Ibu enggak rindu ya sama Zena?"
"Ibu takut nak, maafin ibu nak...ibu bukan ibu yang baik untuk kamu, dosa ibu terlalu besar nak. Ibu rindu sekali, setiap detik ibu rindu sama kamu nak, tapi ibu enggak punya kekuatan untuk ketemu kamu" Zena memeluk ibunya dengan erat. Athala duduk dipinggir Zena dan mengelus punggung istrinya.
"Kamu makan dulu, aku suapin. Tadi kan di pesawat enggak mau makan." Ucap Athala yang mengalihkan perhatian. "Iya mas, ibu juga makan yah, kakak juga."
Zalindra tersenyum hangat mendengar Zenata menyebutnya kakak. Seperti mimpi di siang bolong tapi masalahnya ini pagi-pagi. "Jangan ngelamun! Nanti dipatok ayam!" Celetuk Athala yang melempar serbet ke Zalindra.
"Ma-maaf pak, saya masih kaget_"
"Saya bukan bapak kamu! Ini dirumah bukan dikantor." Ucap Athala yang membuat Zena dan ibunya tertawa kecil. Zena bahagia sekali hari ini. Bisa bertemu ibu kandung dan kakaknya.
-
-
"Ehm...boss ini koper mau disimpan dimana?" Juna tiba-tiba muncul dengan membawa 2 koper majikannya dan koper miliknya. "Astaga aku lupa! Kirain kamu udah pulang hahaha!" Ledek Athala. Bu Kamila menyuruh Zalindra mengantar Juna ke kamar tamu.
"Oh iya pak Juna, di sini kamar cuma ada 3, pak Juna tidur dikamar saya enggak apa-apa kan?" Ucap Zalindra.
Dasar Juna otak me sum belum apa-apa otaknya sudah traveling. "Astaghfirullah...mas Zalindra, saya normal. Masih suci." Juna langsung menutupi asetnya. Zalindra menepuk jidatnya dengan tingkah Juna.
PLAK
Athala datang dan menggeplak Juna "Aaawww sakit boss kejam amat!" Juna mengusap-ngusap tangannya.
"Lagian...Zalindra cowok tampan dan normal. Mana mau sama kembang pete kayak kamu! Malu-maluin banget sih, heran papih mungut kamu dimana sih, ampun deh!" Athala pergi ke kamar sebelahnya, dia ingin istirahat setelah perjalanan panjang.
Zalindra hanya bisa geleng-geleng kepala melihat keabsurdan boss dan asistennya ini. "Pak Juna nanti tidur di atas, saya ada kasur tambahan kok tenang aja." Zalindra menepuk pundak Juna dan tertawa kecil lalu memasukan koper Juna.
"Lah...si boss gimana? Kan jaga-jaga gitu. Kalau tiba-tiba aku di gerayangin gimana? Ouch...kesucianku...tidak." Juna bergidik ngeri sendiri sembari membayangkan, dan celetukan Juna masih bisa di dengar Zalindra.
Ketika Juna membalikan badannya Athala sudah bersedekap dada "Kamu mau tidur di kuburan apa di sini hah?" Geram Athala "Di-disini boss! Hehehe!"
"Didepan ada minimarket, sanah! Beli cemilan yang banyak buat stok di kamar, CEPAT!" Teriak Athala pada asistennya itu. "Iya iya bos...kapan warasnya ya Allah boss saya?"
Juna cepat cepat kabur sebelum sepatu bossnya melayang. Zalindra menertawakan mereka "Lucu sekali kalian."
"Kayaknya aku harus cari pengganti deh! Si Juna kelamaan jomblo makanya otaknya miring dia!" Athala balik lagi kekamar dan merebahkan dirinya.
BRAK
Serasa dirumah sendiri Athala seenak jidat membanting pintu kamar itu. Zalindra sampai shock dengan kelakuan adik iparnya itu. Dia mengusap-ngusap dadanya yang naik turun. "Astaga Zena...kamu nemu dimana suami kayak begitu? Bisa jantungan aku lama-lama."
-
-
Sementara Zenata dan bu Kamila mengobrol dibawah. Zalindra juga ijin tidak bekerja untuk hari ini. Ketiganya sekarang saling melepas rindu. "Sayang sukanya makan apa? Nanti ibu masakin yah, mau makan apa? Jangan dulu pulang yah, ibu masih rindu nak!" Ucap bu Kamila.
"Apa aja bu, yang penting jangan seafood Zena alergi. Zena enggak langsung pulang kok bu, mas Athala cuti seminggu. Boleh kan bu, kami di sini?"
"Boleh sayang. Sama donk kayak Zalindra. Kalian adik kakak kompak banget alerginya hehehe! Alhamdulillah kalau kalian lama disini, ibu bisa kangen-kangenan sama kamu, nak!"
Ketiganya mengobrol santai sembari bercanda. Seperti sudah tak ada beban diantara mereka. Bu Kamila juga menceritakan kejadian yang sebenarnya tanpa ada yang terlewat. Dia tak ingin Zena salah paham.
Zenata juga menceritakan kisah hidupnya selama dipanti, namun untuk kisah dia dan Athala, dia tak bilang. Dia tak ingin suaminya di nilai buruk oleh ibunya. Cukuplah Zena dan keluarga suaminya yang tahu. Bu Kamila dan kakaknya tidak perlu tahu.