siapkan tisu sebelum membacanya ya geees.. cerita mengandung bawang 😅
" kamu harus menikah dengan Rayhan. Shena" ucap ibu lirih
"Kenapa harus Shena Bu? bagaimana dengan mas Arhan yang sedang berjuang untuk Shena?" aku menyentuh lembut jemari ibuku yang mulai keriput karena usia yang tidak muda lagi.
"menikahlah Shena. setidaknya demi kita semua, karena mereka banyak jasa untuk kita. kamu bisa menjadi suster juga karena jasa mereka, tidakkah ada sedikit rasa terima kasih untuk mereka Shena?"
ibuku terlihat memohon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENDARAHAN
Terima kasih Shen. Karena kamu aku jadi semangat bekerja sehingga sekarang aku sudah memiliki rumah dan kebun dari hasil kerja kerasku yang aku kumpulkan sedikit demi sedikit” ucap Mas Arhan waktu kami masih berada di depan warung soto itu.
“Mas, aku sungguh minta maaf, aku juga terpaksa-“
“saya tahu. Karena waktu kamu menikah saya hadir di sana. Dulu saya sangat berharap bisa menikah dengan kamu. Aku berharap aku lah yang mengucap ijab qobul waktu itu. Tapi aku malah melihat kamu bersanding dengan lelaki lain. Aku marah, aku hampir gila waktu itu. Tapi, aku nggak bisa berbuat apa – apa. Aku harus menerima kamu menikah dengan pria lain”
Aku tertunduk lesu, rasanya aku ingin mengulang semuanya. Menolak pinangan keluarga Mas Rayhan, menunggu Mas Arhan yang begitu tulus dan yang pasti kami saling mencintai”
“sekarang aku sudah mulai berdamai dengan keadaan ini Shen. Aku hanya bisa mendoakan semoga kamu selalu bahagia” ucap Mas Arhan sambil tersenyum. Walaupun aku tahu masih ada luka di balik senyumnya itu.
“Aku pamit duluan ya, takut kemalaman sampai ke kota nanti” pamitnya
“Hati – hati mas”
“Assalamualaikum, Shena”
“Wa’alaikumsalam”
Aku memandang kepergian Mas Arhan yang menggunakan motor itu. Aku melihat kesuksesannya saat ini. Dia benar – benar berjuang di kota. Aku mulai mengerti bagaimana perasaan mas Rayhan yang kehilangan Naila untuk selamanya.
Aku menyalakan mesin motorku, menuju rumah mertuaku yang tidak jauh lagi. aku berharap Ibu tidak curiga dan mengintrogasiku”
Setelah kurang lebih sepuluh menit aku sampai di rumah ibu, aku langsung menuju kamar dan membersihkan tubuhku di kamar mandi yang ada di kamarku. Aku ingin menenangkan diri dulu sebelum bertemu Ibu.
Setelah bertemu mas Arhan tadi rasanya dadaku masih terasa sesak dan sakit.
Setelah selesai mandi, aku menuju ke lemari, entah kenapa begitu nyaman di kamar ini kalau nggak ada mas Rayhan.
Brak!
“Astaghfirullahaladzim!” aku terperanjat kaget melihat pintu yang di banting cukup keras.
Mas!”
Aku membulatkan mataku saat melihat mas Rayhan menatapku dengan tajam, seketika kakiku bergetar, aku melangkah mundur mencari sesuatu yang bisa menutup tubuhku yang saat ini hanya memakai handuk pendek yang aku lilitkan di dadaku.
“Shena”
“Mas bisa keluar sebentar, aku mau berganti pakaian dulu” ucapku dengan suara gemetar.
“Apa yang kamu lakukan dengan Arhan?”
“Ha?” langkahku terhenti setelah punggungku menabrak lemari.
“Kamu meninggalkanku di kafe. Karena kamu mau bertemu mantan pacar kamu itu?”
“Jangan salah paham Mas, aku Cuma kebetulan ketemu Mas Arhan di warung, bukan sengaja”
“Kamu bohong Shena” mas Rayhan mencengkeram kuat tanganku. Aku meringis menahan sakit di pergelangan tanganku “Kamu sama saja dengan Gea. Cuma Naila wanita yang tulus di dunia ini”
“Lepas mas, kamu menyakitiku” aku berusaha melepaskan genggaman mas Rayhan. Tatapan Mas Rayhan membuatku takut
“Kenapa tadi malam kamu mengaku sebagai Naila” Mas Rayhan menarik ku berusaha agar aku menatapnya “Kamu sengaja agar aku memelukmu, menciummu?” sambungnya dengan suara yang sangat membuatku ketakutan.
“Nggak mas” ucapku lirih
Brak!
Aku menahan handuk yang hampir terlepas dari tubuhku, aku hampir terjatuh karena di dorong oleh Mas Rayhan. Bersyukur ada lemari di belakangku yang bisa menahan tubuhku.
Aku terduduk di lantai sambil bersandar di lemari itu. Hatiku sakit, sakit yang tak bisa aku ungkapkan lagi bagaimana rasanya.
“Aarghhh! Teriak Mas rayhan frustasi
Aku menutupi telingaku dengan kedua tanganku, sampai aku lihat Mas Rayhan keluar dari kamar kami. Aku menangis histeris di dalam kamar aku nggak peduli dengan keadaan di rumah ini.
“Rayhan!’
Aku mendengar suara Ibu berteriak dengan kencang memanggil Mas Rayhan, dengan cepat aku mengenakan pakaian meski kakiku masih gemetar. Aku berusaha dengan keras walaupun rasanya badanku lemas dan hampir pingsan.
“Shena”
Terdengar suara pintu kamar di ketuk berulang kali. Aku melangkah menuju pintu dan memegang kenop pintu kamarku. Seketika aku merasakan perih di perutku.
“YA Allah sakit sekali, aku tak tahan lagi”
Aku berjongkok menahan sakit di perutku. Ada yang mendorong pintu kamarku sehingga terbuka
“Ya Allah, Shena” Ibu berlari mengejar ku “Kamu kenapa Shena?” tanyanya lagi.
Aku terkejut melihat ibu berlari tanpa menggunakan kursi roda sambil memegangi perutku
“Perut Shena sakit Bu” ucapku lirih
“Rayhan memang keterlaluan!” pekiknya dengan nada suara penuh amarah. “Rayhan” teriaknya lagi.
Aku memandang ibu yang berlari keluar dari kamarku. Aku bahagia melihat Ibu bisa berjalan lagi.
“Rayhan, bawa Shena ke rumah sakit” ucap ibu sambil menarik mas Rayhan. “Rayhan, cepat” teriak Ibu.
Aku melihat Mas rayhan yang kebingungan menatapku. Dia menggendongku, ingin rasanya aku menolak. Dia berlari membawaku ke dalam mobil yang diikuti oleh Ibu.
“Cepat Rayhan!”
Mas Rayhan melajukan mobilnya, aku meringis menahan sakit sambil di peluk oleh Ibu mertuaku itu. Belum pernah aku merasakan sakit seperti saat ini. Aku takut terjadi sesuatu pada calon bayiku. Aku menyayanginya aku takut kehilangan bayiku.
“Shena bertahanlah” ucap ibu sambil mengelus kepalaku dengan lembut. Ada ketakutan terdengar dari suara mertuaku itu. “Kalau sampai terjadi sesuatu dengan Shena, ibu tidak akan memaafkan mu, Rayhan!” ucap ibu penuh amarah.
Aku mengabaikan kemarahan Ibu kepada mas Rayhan. Mungkin Ibu mendengar pertengkaran ku dengan Mas Rayhan tadi.
Sesampai di rumah sakit Mas Rayhan kembali menggendongku lagi dan membawaku ke dalam rumah sakit. Aku pasrah sampai dokter memeriksa keadaanku.
Beberapa menit berlalu, dokter memeriksa keadaanku dengan serius. Terutama memeriksa kandunganku, karena aku mengeluarkan darah.
Dokter memasang selang infus di tanganku. Berulang kali aku menghapus air mataku. Sete;ah aku selesai di periksa Ibu dan mas Rayhan masuk dan menemui ku.
“Shen. Bagaimana keadaan kamu?” tanya Ibu dengan tatapan khawatir.
“Shena baik – baik saja Bu” jawabku lirih
Rasanya kepalaku masih sangat pusing, aku pejamkan mataku sejenak. Aku merasakan Ibu menyentuh jemariku dan mengelusnya dengan lembut.
“Maafkan Ibu, Shena. Ibu gagal mendidik putra Ibu” ucap Ibu dengan mata berkaca – kaca
Aku terdiam tidak menjawab. Aku masih memejamkan mataku
“Tak bisakah kamu bersikap baik dengan Shena, dia mengandung anak kamu” ucap ibu yang tidak mendapat balasan dari mas Rayhan
“Ibu berusaha membantumu Rayhan. Agar kamu bisa lepas dari keterpurukan mu yang tiada akhir itu. Belajar lah menjadi pria dewasa. Seumur hidup ayahmu tidak pernah berkata kasar atau membentak Ibu Rayhan” ucap ibu dengan suara bergetar menahan tangis.
“Naila sudah tiada dan tidak akan pernah kembali, kamu harus sadar itu, Rayhan! Sekarang kamu punya Shena yang harus kamu sayangi dan kamu jaga. Jangan menjadi pria brengsek, Nak. Shena perempuan yang baik”
Aku mendengar ibu menangis, tapi aku memilih tetap memejamkan mataku. Aku tidak mau mengganggu Ibu dan anak itu. Aku masih merasakan sakit di perutku.
paling yaah jealous 2 dikit laaah
manusiawi kok...
biar si Rayhan 'lupa' pd naila..
kini dia hrs menjaga shena, masa depan nya
apa aj itu isinya????
wkwkwk
stlh shena sembuh,
gugat cerai ajalah si Rayhan...
Kdrt pun...
hahhh.
walaupun cerai itu boleh tp ttp dibenci.Alloh....
dan shena masa depanmu..
Ray...
bisakah kamu membedakannya?
bukan berarti kamu hrs melupakan Naila...
pria bermuka dua