Terpaksa Menikah Pria Beristri
"Pah, Sarla tidak mau dijodohkan dengan lelaki yang sudah beristri, papah tahukan Sarla ini, masih ingin menempuh kuliah dan ingin menjadi sarjana."
Sesekali wanita berhijab itu mengusap pelan air mata yang mengalir membasahi pipi. Hatinya rapuh, tak terima dengan perjodohan yang dilakukan sang papah
Palkkk …
Tamparan mendarat pada pipi kiri Sarla dari sang papah.
"Dasar tidak tahu diri, beraninya membangkang. Papah melakukan semua ini demi masa depan kamu."
Dada lelaki tua itu naik turun, menahan kekesalan.
"Sudahlah, turuti apa perkataan Papah kamu Sarla. Toh ini juga demi kebaikan kamu dan adik adik kamu juga, " timpal wanita tua, duduk di sebelah sang papah.
"Tapi Sarla tidak mau. Mah, apa nanti kata orang tentang Sarla," ucap Sarla merengut, melihat bertapa menyedihkan dirinya saat ini.
"Ya ampun, kamu repot sekali jadi anak Sarla, tinggal kawin saja punya anak udah, gitu amat kok repot, " balas sang mama tiri membuat Sarla kesal. Setiap kali melawan perkataan papahnya, wanita tua itu selalu ikut campur.
"Sarla kasihan papah kamu sakit sakitan seperti ini, harusnya kamu jadi anak itu tanggung jawab. Turuti perkataan papah kamu, agar kamu hidup nyaman setelah menikah. Dan papah kamu tak perlu membiayai hidup kamu dan juga biaya kuliah kamu. Apalagi kamu tahu sendirikan adik adikmu itu masih kecil kecil, " jelas mama tiri, semakin membuat Sarla membencinya.
Apa harus Sarla yang menjadi tumbal keprihatinan keluarganya akan terpuruk ekonomi, bukanya masih banyak jalan lain, selain menikah dengan pria beristri.
Sarla menahan emosi, ia tak mau larut dalam amarah akan perkataan ibunya.
"Terserah mama, pokoknya Sarla tidak mau di jodohkan," bentak Sarlah pada sang mama.
Sarla berdiri, pergi berpamitan kepada kedua orang tuanya. Gadis bercadar itu tak mempedulikan ucapan dan teriakan papahnya sendiri. Ia pergi dengan luka pada hatinya.
"Sarla."
Teriak sang papah bergeming kembali pada telinganya, Sarla mencoba tetap tegar. Agar benteng pertahanannya tidak rapuh, bersikeras tak mau goyah akan rasa kasihan.
"Sarla, durhaka kamu nak," teriak lelaki tua dengan mengeluarkan nada batuknya, tangan yang sudah terlihat mengkerut kini memegag dada menahan rasa sesak.
Sarla menoleh sebentar dan pergi lagi. Kelopak matanya mempelihatkan bentuk kemarahan pada sang ayah.
"Anak itu."
Sambil memegang dada yang terasa sakit. Lelaki tua itu kini mendudukkan tubuhnya, mengatur napas agar setabil. Di bantu oleh sang istri.
"Sudahlah pah, biarkan anak itu pergi. Nanti juga dia balik lagi ke sini." ucap wanita yang sudah tiga tahun menjadi istrinya. Terlihat wajah licik tergambar.
"kenapa Sarla. Semakin besar susah diatur ya, mah?" pertanyaan lelaki tua hanya membuat Bu Dera melontarkan perkataan baik. "Namanya anak remaja plin plan. "
"uhuk uhuk. " Suara batuk terdengar kembali, dada bergetar menahan sakit, sudah satu tahun batuk lelaki tua tak kunjung sembuh.
"Sebaiknya Bapak Istirahat dulu Jangan sampai kondisi bapak malah semakin memburuk." Perhatian sang istri tak luput membuat suaminya kagum dan senang.
Bu Dera langsung mengambil air minum untuk suaminya. Sedangkan Sarla berlari keluar rumah untuk menenangkan hatinya.
"kenapa nasib Sarla seperti ini ya."
Sosok seorang anak kecil datang, menghampiri Sarla, anak kecil yang manis berlari dan tersenyum. Memanggil nama sang kakak.
" kak Sarla."
Sarla dengan terburu buru mengusap kasar air matanya, agar tak terlihat oleh sang adik. Tak mau Lilia tahu akan kesedihanya.
Anak itu berdiri di sapa ramah oleh Sarla "Lilia sayang ada apa?"
Dengan menutupi kesedihan sarla menyuruh adiknya untuk duduk di dekatnya.
"kak Sarla kenapa? Bertengkar lagi dengan papah?" tanya anak mungil bernama Lilia itu, ia mempelihatkan kedua pipi cambbynya.
Kedua mata Sarla terlihat sayu, hampir saja mempelihatkan kesedihan dan tekanan akan kedua orang tuanya, menampilkan senyuman lebar.
"Mm, nggak juga. Siapa yang bertengkar?" Sarla malah bertanya balik, berusaha menutupi masalah.
" Lilia tahu pasti Kak Sarla di suruh menikah dengan papah kan!" Anak kecil berumur 9 tahun itu seakan mengerti perasaan kakaknya.
" Ini semua pasti gara-gara Lani." Hardik Lilia di depan sang kakak, menyalahkan anak dari mama tirinya.
"Huss de, kamu Jangan menyalahkan Lani semua ini tidak ada urusannya dengan dia, " Sarla mencoba menenangkan sang adik, agar tidak main menyalahkan orang takut jatuhnya fitnah.
" Lilia kesal sama Kakak bisa-bisanya Kakak masih membela Lani anak penyakitan itu." Pekik Lilia semakin berutal menyalahkan Lani atas masalah yang terjadi.
Lilia memajukan kedua bibirnya, tak suka akan pembelaan kakaknya itu.
"Loh, Lilia kok ngomongnya kayak gitu. " Jari lembut memegang bibir Lilia, Sarla mencoba mengusap pelan kepala adiknya dengan perlahan, memperlihatkan rasa kasih sayang pada Lilia
" Ya habisnya Kakak itu selalu berkorban untuk Lani anaknya Bu Dera, padahal apa untungnya sih mereka tinggal di sini, cuma numpang hidup saja. " Gerutu Lilia, menampilkan raut wajah memerah memperlihatkan dirinya sedang marah.
Sedangkan dengan Sarla dia hanya bisa diam, memang semenjak kedatangan ibu tiri, gadis bercadar itu seakan menjadi korban oleh Ibu tirinya yang sok berkuasa
******
Di tengah percakapan kedua adik kakak itu sosok anak kecil berumur 8 tahun menghampiri sarla dan juga Lilia.
"kak Sarla. Lilia." senyum terlukis, membuat Lilia yang melihatnya menatap penuh kebencian.
Lilia turun dari tempat duduknya, berkacak pinggang di depan Lani." Ngapain kamu datang ke sini, mau menyuruh kakakku memenuhi keinginan kamu dan juga mama kamu."
Perkataan Lilia membuat Lani menundukkan pandangan, ia tak tahu masalah apa yang sedang menimpa di rumah.
"Lilia."
Sarla. Mencoba menenangkan adiknya
Lilia aku hanya ingin … "
Lilia menarik tangan kakaknya untuk menyingkir dari hadapan Lani, "Ayo Kak, sebaiknya kita pergi dari sini."
Menoleh sebentar ke arah Lani, Sarla mencoba berhenti," Tapi Lilia, Lani?"
"Ayo kak." Menarik tangan sang kakak, berusaha menyingkir. Dengan terpaksa Sarla mengikuti kemauan sang adik.
Terlihat raut wajah malaikat kecil bernama Lani merasa sedih melihat Lilia dan Sarah pergi.
"Ini semua pasti karena mama. "
Mengusap kasar air mata mencoba menghampiri sang mama. Lani terlihat murka pada sang mama karena kedua saudara tirinya menaruh rasa benci.
"Mam."
"Mamaaa."
Teriak Lani. Tak ada tanda Bu Dera datang menghampiri anak semata wayangnya itu, " Mama. "
Lani terus berteriak, berharap jika Bu Dera langsung datang dan menghampirinya.
"Ada apa sih sayang, pake acara teriak teriak segala. Mama juga dengar kok dari kejauhan, kamu kenapa?"
Raut wajah Lani nampak benci sekali melihat mamanya sendiri. "Apa yang sudah mama lakukan terhadap Kak Sarla dan Lilia, kenapa mereka membenciku, mam. Jawab." ucap anak mungil berumur delapan tahun itu.
Akankah Bu Dera menjawab apa yang sebenarnya terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 250 Episodes
Comments
aku sdh mampir kak fitri
2023-01-18
1