Terpaksa Menikah Pria Beristri

Terpaksa Menikah Pria Beristri

Bab 1 Tak mau di jodohkan

"Pah, Sarla tidak mau dijodohkan dengan lelaki yang sudah beristri, papah tahukan Sarla ini, masih ingin menempuh kuliah dan ingin menjadi sarjana."

Sesekali wanita berhijab itu mengusap pelan air mata yang mengalir membasahi pipi. Hatinya rapuh, tak terima dengan perjodohan yang dilakukan sang papah

Palkkk … 

Tamparan mendarat pada pipi kiri Sarla dari sang papah.

"Dasar tidak tahu diri, beraninya membangkang. Papah melakukan semua ini demi masa depan kamu."

Dada lelaki tua itu naik turun, menahan kekesalan.

"Sudahlah, turuti apa perkataan Papah kamu Sarla. Toh ini juga demi kebaikan kamu dan adik adik kamu juga, " timpal wanita tua, duduk di sebelah sang papah.

"Tapi Sarla tidak mau. Mah, apa nanti kata orang tentang Sarla," ucap Sarla merengut, melihat bertapa menyedihkan dirinya saat ini.

"Ya ampun, kamu repot sekali jadi anak Sarla, tinggal kawin saja punya anak udah, gitu amat kok repot, " balas sang mama tiri membuat Sarla kesal. Setiap kali melawan perkataan papahnya, wanita tua itu selalu ikut campur.

"Sarla kasihan papah kamu sakit sakitan seperti ini, harusnya kamu jadi anak itu tanggung jawab. Turuti perkataan papah kamu, agar kamu hidup nyaman setelah menikah. Dan papah kamu tak perlu membiayai hidup kamu dan juga biaya kuliah kamu. Apalagi kamu tahu sendirikan adik adikmu itu masih kecil kecil, " jelas mama tiri, semakin membuat Sarla membencinya.

Apa harus Sarla yang menjadi tumbal keprihatinan keluarganya akan terpuruk ekonomi, bukanya masih banyak jalan lain, selain menikah dengan pria beristri.

Sarla menahan emosi, ia tak mau larut dalam amarah akan perkataan ibunya.

"Terserah mama, pokoknya Sarla tidak mau di jodohkan," bentak Sarlah pada sang mama.

Sarla berdiri, pergi berpamitan kepada kedua orang tuanya. Gadis bercadar itu tak mempedulikan ucapan dan teriakan papahnya sendiri. Ia pergi dengan luka pada hatinya.

"Sarla."

Teriak sang papah bergeming kembali pada telinganya, Sarla mencoba tetap tegar. Agar benteng pertahanannya tidak rapuh, bersikeras tak mau goyah akan rasa kasihan.

"Sarla, durhaka kamu nak," teriak lelaki tua dengan mengeluarkan nada batuknya, tangan yang sudah terlihat mengkerut kini memegag dada menahan rasa sesak.

Sarla menoleh sebentar dan pergi lagi. Kelopak matanya mempelihatkan bentuk kemarahan pada sang ayah.

"Anak itu."

Sambil memegang dada yang terasa sakit. Lelaki tua itu kini mendudukkan tubuhnya, mengatur napas agar setabil. Di bantu oleh sang istri.

"Sudahlah pah, biarkan anak itu pergi. Nanti juga dia balik lagi ke sini." ucap wanita yang sudah tiga tahun menjadi istrinya. Terlihat wajah licik tergambar.

"kenapa Sarla. Semakin besar susah diatur ya, mah?" pertanyaan lelaki tua hanya membuat Bu Dera melontarkan perkataan baik. "Namanya anak remaja plin plan. "

"uhuk uhuk. " Suara batuk terdengar kembali, dada bergetar menahan sakit, sudah satu tahun batuk lelaki tua tak kunjung sembuh.

"Sebaiknya Bapak Istirahat dulu Jangan sampai kondisi bapak malah  semakin memburuk." Perhatian sang istri tak luput membuat suaminya kagum dan senang.

Bu Dera langsung mengambil air minum untuk suaminya. Sedangkan Sarla berlari keluar rumah untuk menenangkan hatinya. 

"kenapa nasib Sarla seperti ini ya."

Sosok   seorang anak kecil  datang, menghampiri Sarla, anak kecil yang manis berlari dan tersenyum. Memanggil nama sang kakak.

" kak Sarla."

Sarla dengan terburu buru mengusap kasar air matanya, agar tak terlihat oleh sang adik.  Tak mau Lilia tahu akan kesedihanya.

Anak itu berdiri di sapa ramah oleh Sarla "Lilia sayang ada apa?"

Dengan menutupi kesedihan sarla menyuruh adiknya untuk duduk di dekatnya. 

"kak Sarla kenapa? Bertengkar lagi dengan papah?" tanya anak mungil bernama Lilia itu, ia mempelihatkan kedua pipi cambbynya.

Kedua mata Sarla terlihat sayu, hampir saja mempelihatkan kesedihan dan tekanan akan kedua orang tuanya, menampilkan senyuman lebar.

"Mm, nggak juga. Siapa yang bertengkar?" Sarla malah bertanya balik, berusaha menutupi masalah.

" Lilia tahu pasti Kak Sarla di suruh menikah dengan papah kan!" Anak kecil berumur 9 tahun itu seakan mengerti perasaan kakaknya. 

" Ini semua pasti gara-gara Lani." Hardik Lilia di depan sang kakak, menyalahkan anak dari mama tirinya.

"Huss de, kamu Jangan menyalahkan Lani semua ini tidak ada urusannya dengan dia, " Sarla mencoba menenangkan sang adik, agar tidak main menyalahkan orang takut jatuhnya fitnah.

" Lilia kesal sama Kakak bisa-bisanya Kakak masih membela Lani anak penyakitan itu." Pekik Lilia semakin berutal menyalahkan Lani atas masalah yang terjadi.

Lilia memajukan kedua bibirnya, tak suka akan pembelaan kakaknya itu.

"Loh, Lilia kok ngomongnya kayak gitu. " Jari lembut memegang bibir Lilia, Sarla mencoba mengusap pelan kepala adiknya dengan perlahan, memperlihatkan rasa kasih sayang pada Lilia

" Ya habisnya Kakak itu selalu berkorban untuk Lani anaknya Bu Dera, padahal apa untungnya sih mereka tinggal di sini, cuma numpang hidup saja. " Gerutu Lilia, menampilkan raut wajah memerah memperlihatkan dirinya sedang marah.

Sedangkan dengan Sarla dia hanya bisa diam, memang semenjak kedatangan ibu tiri, gadis bercadar itu seakan menjadi korban oleh Ibu tirinya yang sok berkuasa

******

Di tengah percakapan kedua adik kakak itu sosok anak kecil berumur 8 tahun menghampiri sarla dan juga Lilia. 

"kak Sarla. Lilia." senyum terlukis, membuat Lilia yang melihatnya menatap penuh kebencian.

Lilia turun dari tempat duduknya, berkacak pinggang di depan Lani." Ngapain kamu datang ke sini, mau menyuruh kakakku memenuhi keinginan kamu dan juga mama kamu."

Perkataan Lilia membuat Lani menundukkan pandangan, ia tak tahu masalah apa yang sedang menimpa di rumah.

"Lilia."

Sarla. Mencoba menenangkan adiknya

Lilia aku hanya ingin … "

Lilia menarik tangan kakaknya untuk menyingkir dari hadapan Lani, "Ayo Kak, sebaiknya kita pergi dari sini."

Menoleh sebentar ke arah Lani, Sarla mencoba berhenti," Tapi Lilia, Lani?"

"Ayo kak." Menarik tangan sang kakak, berusaha menyingkir. Dengan terpaksa Sarla mengikuti kemauan sang adik.

Terlihat raut wajah malaikat kecil bernama Lani merasa sedih melihat Lilia dan Sarah pergi.

"Ini semua pasti karena mama. "

Mengusap kasar air mata mencoba menghampiri sang mama. Lani terlihat murka pada sang mama karena kedua saudara tirinya menaruh rasa benci.

"Mam."

"Mamaaa."

Teriak Lani. Tak ada tanda Bu Dera datang menghampiri anak semata wayangnya itu, " Mama. "

Lani terus berteriak, berharap jika Bu Dera langsung datang dan menghampirinya.

"Ada apa sih sayang, pake acara teriak teriak segala. Mama juga dengar kok dari kejauhan, kamu kenapa?"

Raut wajah Lani nampak benci sekali melihat mamanya sendiri. "Apa yang sudah mama lakukan terhadap Kak Sarla dan Lilia, kenapa mereka membenciku, mam. Jawab." ucap anak mungil berumur delapan tahun itu.

Akankah Bu Dera menjawab apa yang sebenarnya terjadi.

Terpopuler

Comments

aku sdh mampir kak fitri

2023-01-18

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Tak mau di jodohkan
2 Bab 2 Penjelasan.
3 Bab 3 Kata setuju yang dipaksakan.
4 Bab 4 Pasrah walau terluka
5 Bab 5 Asisten Daniel.
6 Bab 6 Dilarikan ke rumah sakit
7 Bab 7 Kemunafikan Natasya
8 Bab 8 memerintah Varel
9 Bab 9 Varel datang.
10 Bab 10 Bertemu tak sengaja.
11 Bab 11 Tak tertarik.
12 Bab 12 Perdebatan semakin memanas.
13 Bab 13 Tanggal pernikahan.
14 Bab 14 Iri hati. Lani.
15 Bab 15 Masalah baju
16 Bab 16 Obrolan Rafa dan Natasya.
17 Bab 17 Tertipunya Wulan
18 Bab 18 Sebuah surat
19 Bab 19 Di percepat hari pernikahan.
20 Bab 20 Ijab kobul
21 Bab 21 Wulan tak menyangka.
22 Bab 22 Pelaminan.
23 Bab 23 Kejar kejaran.
24 Bab 24 Wulan Mengamuk
25 Bab 25 Debat Alenta
26 Bab 26 Menanyakan
27 Bab 27 Belum siap.
28 Bab 28 Rumah baru.
29 Bab 29 Meminta keinginan.
30 Bab 30. Menghina.
31 Bab 31 Sebuah peraturan.
32 Bab 32 Daniel curiga.
33 Bab 33 Angga mengancam.
34 Bab 34 Kesakitan
35 Bab 35 Menyadarkan Daniel.
36 Bab 36 Perubahan Daniel
37 Bab 37 Mencurigakannya Wulan.
38 Bab 38 Rasa takut Wulan
39 Bab 39 Bertanya.
40 Bab 40 Gosip menyebar
41 Bab 41 Wanita bernama Tasya.
42 Bab 42 Terbongkar
43 Bab 43
44 Bab 44 datang
45 Bab 45 kekecewaan.
46 Bba 46 Berusaha tenang
47 Bab 47
48 Bab 48 Mencari sebuah kejujuran
49 Bab 49 Di tarik.
50 Bab 50 Bukan paksaan.
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53 Menegangkan
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61 membuka cadar.
62 Bab 62
63 Bab 63 Di Restoran.
64 Bab 64 sengajanya Daniel
65 Bab 65
66 Bab 66 Di ikat
67 Bab 67 Memberontak.
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70 kelaparan
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73 Jambakan rambut.
74 Bab 74 egoisnya Natasha
75 Bab 75 Kasarnya Daniel.
76 Bab 76 Berubahnya Sarla.
77 Bab 77
78 Bab 78 Ketakutannya Dera
79 Ban 79
80 Bab 80 Lani berubah
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83 Heran dengan Sarla
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Kejadian di masa lalu
87 Bab 87
88 Bab 88 Hampir saja
89 Bab 89 Datang
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109 Debat Sarla dengan Daniel.
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bba 117
118 Bab 118
119 119
120 Bab 120
121 Bab 121 karena alat make-up
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bba 145
146 Bab 146
147 Bab 148
148 Bab 149
149 Rasa sesal Ita
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
161 Bab 161
162 Bab 162
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bab 166
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bab 170 Mengakui.
171 Bab 171
172 Bab 172
173 Bab 173
174 Bab 174
175 Bab 175
176 Bab 176
177 Bab 177
178 Bab 178
179 Bab 179
180 Bab 180
181 Bab 181
182 Bab 182
183 Bab 183
184 Bab 184
185 Bab 185
186 Bab 186
187 Bab 187
188 Bab 188
189 Bab 189
190 Bab 190
191 Bab 191
192 Bab 192
193 Bab 193
194 Bab 194
195 195
196 196
197 197
198 Bab 198
199 Bab 199
200 Bab 200
201 Bab 201
202 Bab 202
203 Bab 203
204 Bab 204
205 Bab 205
206 Bab 206
207 Bab 207
208 Bab 208
209 Bab 209
210 210
211 211
212 Bab 212
213 Bab 213
214 Bab 214
215 Bab 215
216 Bab 216
217 Bab 217
218 Bab 218
219 Bab 219
220 Bab 230
221 Bab 231
222 Bab 232
223 Bab 233
224 Bab 234
225 Bab 225
226 Bab 226
227 Bab 227
228 Bab 228
229 Bab 229
230 Bab 230
231 Bab 231
232 Bab 232
233 Bab 233
234 Bab234
235 Bab 235
236 Bab 236
237 Bab 237
238 Bab 238
239 Bab 239
240 Bab 240
241 Bab 241
242 Bab 242
243 Bab 243
244 Bab 244
245 Bab 245
246 Bab 246
247 Ban 247
248 Bab 248
249 Bab 249
250 Bab 250
Episodes

Updated 250 Episodes

1
Bab 1 Tak mau di jodohkan
2
Bab 2 Penjelasan.
3
Bab 3 Kata setuju yang dipaksakan.
4
Bab 4 Pasrah walau terluka
5
Bab 5 Asisten Daniel.
6
Bab 6 Dilarikan ke rumah sakit
7
Bab 7 Kemunafikan Natasya
8
Bab 8 memerintah Varel
9
Bab 9 Varel datang.
10
Bab 10 Bertemu tak sengaja.
11
Bab 11 Tak tertarik.
12
Bab 12 Perdebatan semakin memanas.
13
Bab 13 Tanggal pernikahan.
14
Bab 14 Iri hati. Lani.
15
Bab 15 Masalah baju
16
Bab 16 Obrolan Rafa dan Natasya.
17
Bab 17 Tertipunya Wulan
18
Bab 18 Sebuah surat
19
Bab 19 Di percepat hari pernikahan.
20
Bab 20 Ijab kobul
21
Bab 21 Wulan tak menyangka.
22
Bab 22 Pelaminan.
23
Bab 23 Kejar kejaran.
24
Bab 24 Wulan Mengamuk
25
Bab 25 Debat Alenta
26
Bab 26 Menanyakan
27
Bab 27 Belum siap.
28
Bab 28 Rumah baru.
29
Bab 29 Meminta keinginan.
30
Bab 30. Menghina.
31
Bab 31 Sebuah peraturan.
32
Bab 32 Daniel curiga.
33
Bab 33 Angga mengancam.
34
Bab 34 Kesakitan
35
Bab 35 Menyadarkan Daniel.
36
Bab 36 Perubahan Daniel
37
Bab 37 Mencurigakannya Wulan.
38
Bab 38 Rasa takut Wulan
39
Bab 39 Bertanya.
40
Bab 40 Gosip menyebar
41
Bab 41 Wanita bernama Tasya.
42
Bab 42 Terbongkar
43
Bab 43
44
Bab 44 datang
45
Bab 45 kekecewaan.
46
Bba 46 Berusaha tenang
47
Bab 47
48
Bab 48 Mencari sebuah kejujuran
49
Bab 49 Di tarik.
50
Bab 50 Bukan paksaan.
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53 Menegangkan
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61 membuka cadar.
62
Bab 62
63
Bab 63 Di Restoran.
64
Bab 64 sengajanya Daniel
65
Bab 65
66
Bab 66 Di ikat
67
Bab 67 Memberontak.
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70 kelaparan
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73 Jambakan rambut.
74
Bab 74 egoisnya Natasha
75
Bab 75 Kasarnya Daniel.
76
Bab 76 Berubahnya Sarla.
77
Bab 77
78
Bab 78 Ketakutannya Dera
79
Ban 79
80
Bab 80 Lani berubah
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83 Heran dengan Sarla
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Kejadian di masa lalu
87
Bab 87
88
Bab 88 Hampir saja
89
Bab 89 Datang
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109 Debat Sarla dengan Daniel.
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bba 117
118
Bab 118
119
119
120
Bab 120
121
Bab 121 karena alat make-up
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bba 145
146
Bab 146
147
Bab 148
148
Bab 149
149
Rasa sesal Ita
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160
161
Bab 161
162
Bab 162
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bab 166
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bab 170 Mengakui.
171
Bab 171
172
Bab 172
173
Bab 173
174
Bab 174
175
Bab 175
176
Bab 176
177
Bab 177
178
Bab 178
179
Bab 179
180
Bab 180
181
Bab 181
182
Bab 182
183
Bab 183
184
Bab 184
185
Bab 185
186
Bab 186
187
Bab 187
188
Bab 188
189
Bab 189
190
Bab 190
191
Bab 191
192
Bab 192
193
Bab 193
194
Bab 194
195
195
196
196
197
197
198
Bab 198
199
Bab 199
200
Bab 200
201
Bab 201
202
Bab 202
203
Bab 203
204
Bab 204
205
Bab 205
206
Bab 206
207
Bab 207
208
Bab 208
209
Bab 209
210
210
211
211
212
Bab 212
213
Bab 213
214
Bab 214
215
Bab 215
216
Bab 216
217
Bab 217
218
Bab 218
219
Bab 219
220
Bab 230
221
Bab 231
222
Bab 232
223
Bab 233
224
Bab 234
225
Bab 225
226
Bab 226
227
Bab 227
228
Bab 228
229
Bab 229
230
Bab 230
231
Bab 231
232
Bab 232
233
Bab 233
234
Bab234
235
Bab 235
236
Bab 236
237
Bab 237
238
Bab 238
239
Bab 239
240
Bab 240
241
Bab 241
242
Bab 242
243
Bab 243
244
Bab 244
245
Bab 245
246
Bab 246
247
Ban 247
248
Bab 248
249
Bab 249
250
Bab 250

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!