Bumi ~
Sampai matipun aku tak akan pernah menyentuh wanita sepertimu karena tempatmu bukan berada di sisiku tapi berada di kakiku .
Air ~
Tak apa jika kau tak akan pernah melihatku , akan kunikmati setiap sakit yang kau torehkan karena aku adalah istrimu .
Hubungan yang terjalin karena adanya paksaan . Dendamnya pada wanita yang telah menjadi istrinya membuatnya buta untuk melihat kebenaran . Akankah Air mampu bertahan ? Akankah Bumi mampu melepasnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Bumi mengernyitkan dahinya ketika didepannya ada seorang wanita parubaya yang sedang menggendong bayi berumur sekitar empat bulan .
Air yang mengerti keterkejutan Bumi berkata pelan .
" ltu ibu dan putraku mas namanya Janu , Mas Reynand yang memberinya nama itu "
Dan Bumi hanya diam tidak menanggapi kata katanya , Air yang memang sudah mempersiapkan mentalnya untuk hal ini hanya menghela nafas panjang . Sebelumnya ia sudah menduga kecanggungan ini pasti bakal terjadi antara dia dan suaminya .
Dewa mengusap punggung kakaknya seakan memberi kekuatan untuk sang kakak agar bisa menghadapi ini semua . Dewa juga sudah mengira hal ini pasti akan terjadi di awal pernikahan kakaknya .
Dua orang menikah bahkan ketika mereka sama sekali belum pernah bertemu atau mengenal . Jika Dewa berada di posisi Bumi mungkin ia juga akan bersikap seperti itu , begitu pikir Dewa .
" Ibu ... "
Bumi menghampiri mertuanya yang sudah berdiri menyambutnya , Sri memeluk menantunya dengan hangat . Bumi mencium punggung tangan mertuanya dengan takzim .
" Ini putra kakakmu Reynand , tapi sekarang sudah menjadi putramu . Ibu titip putri dan cucu ibu padamu nak Bumi , jaga dan sayangi mereka seperti kami menyayanginya "
" Bumi akan berusaha bu ... " jawab Bumi
Air dan Dewa sedikit lega ketika Bumi bersikap lebih hangat pada ibunya . Setidaknya wanita yang sudah melahirkannya itu tidak merasa khawatir dengan kecanggungan yang ia alami saat ini . Air juga lega mendengar janji Bumi yang akan menjaga Janu dan dirinya .
Setelah berbasa basi sebentar tak lama Dewa dan ibunya pamit meninggalkan rumah mewah keluarga Adipraja . Hanya tinggal Bumi dan Air yang sedang menggendong Janu di ruang tamu .
Tanpa berkata apapun Bumi beranjak dan melangkah menuju lantai atas dimana kamarnya berada . Air yang masih bingung karena belum pernah sama sekali mengenal rumah itu hanya memandang bingung .
Air lega ketika Bumi berbalik dan kembali melangkah ke arahnya .
" Jangan kau pikir kau akan diratukan disini , kau hanya sampah yang papa dan mamaku pungut dari jalanan . Dan jangan kau pikir aku bisa kau tipu dengan menggunakan anakmu itu untuk menjeratku seperti kau telah menjerat kakakku "
DEGGHH ... DEGGHHH
Air tertegun mendengar semua kata kata Bumi yang bagai mengiris hatinya , ia tahu Bumi pria yang dingin tapi ia tak mengira akan mendengar hal menyakitkan seperti ini . Tapi ia tetap mencoba bersabar karena ini adalah hari pertama ia menjadi seorang istri dari Bumi Attala Adipraja .
Mungkin karena mereka belum saling mengenal maka Bumi bisa berkata kata seperti itu . Di hapusnya air mata yang sudah tergenang di sudut matanya . la tak boleh lemah , bahkan dia dulu pernah mendapat ujian yang lebih berat dari hal ini . Tiga tahun pernikahan yang tak pernah diakui keluarga Adipraja !
" Kita akan ke apartemen , kau tak pantas berada disini ! Pak.Kiman !!! Bawa koper wanita itu ke mobilku " teriak Bumi pada salah satu tukang kebunnya .
Wanita itu ... suaminya menyebut dirinya seolah dia adalah wanita asing . Bumi sama sekali tak menganggapnya sebagai seorang istri . Dan sekali lagi Air menghela nafasnya . sekali lagi mencoba berpikiran positif . Mungkin Allah akan menaikkan derajatnya hingga ia di beri ujian seperti saat ini .
Turun dari mobil Air harus setengah berlari mengikuti langkah lebar Bumi . Pria itu bahkan membiarkannya. kerepotan menggendong Janu dan menyeret kopernya sendirian .
Sampai di dalam lift Air menata nafasnya yang terengah , mencoba membuai agar putranya tidak terbangun . Bumi sama sekali tidak meliriknya , pria itu sepertinya jijik jika melihatnya ataupun putranya .
Air sedikit tertegun ketika memasuki apartemen milik Bumi . Apartemen yang sangat mewah dengan penataan yang sempurna . Warna putih dan hitam sangat mendominasi membuat suasana di dalamnya sangat manly .
Air mengikuti langkah Bumi hingga sampai ia di depan sebuah pintu yang tidak jauh dari ruang dapur .
" lni kamarmu ... jangan pernah mencoba untuk naik ke atas ataupun ke kamarku . Jangan pernah menyentuh barang barang pribadiku dengan tangan kotormu . Dan jangan sampai aku mendengar ia menangis , jika tidak maka aku sendiri yang akan menyeret kalian keluar dari rumah ini "
Setelah berkata seperti itu Bumi pergi meninggalkannya seorang diri di apartemen itu . Perlahan Air membuka pintu di depannya .
" Uhuk ...uhuk .. "
Air sampai terbatuk karena bau ruangan yang lembab itu . Ruangan sebesar 2 x 3 meter itu tampak lebih seperti sebuah gudang . Banyak sekali barang disana , walau sudah tertata rapi tetap saja sedikit berdebu .
" Janu sayang bobok di sofa sebentar ya , mama mau bersihin kamar kita dulu biar nanti malam Janu bisa bobok anteng disini "
Setelah meletakkan Janu di sofa Air mulai membersihkan kamar itu dengan alat seadanya . Air menata ulang barang barang agar ia dan Janu punya cukup ruang untuk berbaring nanti .
Ketika semuanya selesai Air mengambil Janu dari sofa untuk menyusuinya .
" Janu sayang ... kuatin mama ya , doain mama biar bisa jadi mama yang kuat buat Janu . Seperti papa Reynand "
Janu tersenyum padanya seakan akan anak itu tahu mamanya sedang butuh di hibur saat ini . Saking lelahnya tanpa terasa Air tertidur dikamar barunya bersama Janu .
~Jempol dan votenya selalu ditunggu ya ~