Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Saat diperjalanan Diana melamun, dia mengingat masa² kelamnya dahulu karena terlalu sering ketemu Zain.
"Kenapa harus satu kampus Zain ya? Satu kelas lagi? Mau menghindar atau tidak, serba salah. Nanti malah teman² curiga." batinnya. Sampai di rumah bersih² kemudian istirahat.
Keesokan harinya Diana kembali ke kampus untuk mengurus Proposalnya. Saat sampai di pascasarjana Diana bertemu Hana.
"Hana, dicari tuh!" ujar Diana saat bertemu Hana di depan Pascasarjana.
"Sama siapa?" tanya Hana heran, baru datang kok sudah ada yang mencari, pikirnya.
"Kaprodi. Siapa lagi?" ujar Diana senyum², ngeledek Hana. Diana suka sekali ganggu Hana yang polos soal laki².
"Ha? Kok bisa!" Hana melangkah menuju ruang Kaprodi Manajemen Pendidikan Islam.
"Stop! Kamu mau ke ruangannya?" tanya Diana. "Aku bercanda Hana. Maaf ya!" ucapnya memelas, menampakkan ekspresi imut jika dia hanya bercanda malah ditanggapi serius oleh Hana.
"Ish kamu ini, bikin kaget saja. Kirain ada apa aku dipanggil." ujar Hana lega, belum juga melangkah jauh sudah ada suara memanggil.
"Hana, ke ruangan saya sekarang!" tetiba pak Kaprodi memanggil.
Hana dan Diana saling pandang. "Siap pak." ucap Hana sopan. "Ini bukan Prank kan?" tatapan mata Hana seolah bertanya pada Diana lalu dijawab dengan kedikan bahu Diana.
"Hana, sana nanti lama ditunggu." ujar Diana mengagetkan. Hana melangkah menuju ruang Kaprodi yang masih betah jomblo tersebut.
"Permisi pak. Bapak memanggil saya?" tanya Hana grogi, antara yakin dan gak yakin karena masih kebayang di prank Diana. Diana mendengar ucapan Hana saat baru masuk ke ruang Kaprodi. Diana menunggu di ruang tunggu yang tidak jauh dari ruangan tersebut.
"Eh, tidak pak. Saya permisi." ucap Hana kikuk. "Kenapa jadi grogi ya? Huh." gumam Hana sambil menghela nafas berat.
"Kamu kenapa Hana?" tanya Ni'mah yang sedang menunggu pembimbing bersama Diana di ruang tunggu.
"Entahlah." jawab Hana santai padahal masih grogi.
"Diana, dia kenapa sih?" tanya Ni'mah sambil menunjuk Hana.
"Dia kesambet jomblo tuh. Kaprodi MPI siapa lagi?" ucap Diana santai.
"Buat aku saja ya!" kata Ni'mah.
"Ambil saja." jawab Diana santai. "Hana sudah ada suaminya kak Hasyim itu." lanjutnya.
***
Keesokan harinya Diana harus menjemput Hana sebelum ujian.
"Aku harus segera sampai nih, ngomel lagi nanti bu bos dosen." gumam Diana melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Setelah tiba ternyata betul Diana sudah ditunggu.
"Diana, akhirnya kamu datang juga! Aku dah tunggu² kamu tau!" ujar Hana cemas.
"Emang kenapa sih?" tanya Diana santai seolah masih bisa ditunda.
"Aku harus segera kesana, mau cek persiapan disana Diana!" geram Hana, masih saja bisa santai ini anak, pikirnya.
"Kamu gak perlu khawatir Hana, itu kan sudah tugas staf!" jelas Diana memutar motornya supaya memudahkan Hana naik diboncengannya.
"Tetap saja aku harus cek langsung." ujar Hana kekeh, dia naik di atas motor.
"Baiklah. Ayo kita jalan!" ajak Diana, akhirnya mereka menuju kampus untuk melihat persiapan ujian akhir. Beberapa menit mereka tiba di kampus, usai turun Hana langsung berlari menuju ruangan tempat ujian atau gedung E3. Setibanya di ruangan Hana bernafas lega.
"AlhamduLillah sudah beres Diana." ucap Hana lega sambil duduk di kursi peserta.
"Itu kan. Aku bilang juga apa! Ngos²an aku ikuti kamu buru² Hana." ujar Diana kesal kemudian duduk dikursi samping Hana.
"Maaf ya!" sesal Hana mengatur nafasnya yang ngos ngosan.
"Kamu itu terlalu perfect sih!" gumam Diana pelan.
"Aku biasa saja Diana, hanya ingin yang terbaik apalagi mertuaku akan hadir." ucap Hana pelan.
"Pada patah hati dong nanti, karena suami kamu hadir!" ujar Diana sudah mulai tenang.
"Patah hati kenapa?" tanya Hana polos sambil menatap Diana serius.
"Iya kalau suami kamu datang mereka kalah telak karena mereka yang suka kamu hanya bisa mencintai dalam diam." ledek Diana sambil mengambil ponselnya dari dalam tasnya.
"Kamu ada² saja! Memang bukan jodoh mau di apa!" ujar Hana pasrah, mempersiapkan diri dan juga Tesisnya.
"Kamu tau Hana? Itu pembimbing dua kamu yang biasa dibilang dosen cakep tau! Itu yang disuka Ni'mah sama Hikma hingga mereka berseteru." jelas Diana memberikan informasi.
"Ha? Iya kah? Ku kira pak Kaprodi yang dibilang dosen cakep Diana? Salah sangka dong aku!" ujar Hana kaget lalu mendekat pada Diana.
"Iya Hana. Kamu selama ini kemana saja Hana?" bisik² mereka berdua menunggu waktu Hana ujian malah bergosip biar gak stres.
"Aku gak tau! Jadi yang dibilang Hasbi dosen suka sama aku itu pembimbingku?" tanya Hana tidak percaya.
"Betul banget! Kamu ini pintar, cerdas, cepat tanggap soal pelajaran tapi kalau beginian gak paham!" ujar Diana seraya ngeledek.
"Ish. Ngapain juga aku sibuk ngurusin gituan, aku kesini kan mau kuliah dan kalau ada yang serius ya aku ok." jujur Hana sambil membanggakan dirinya.
"Udah sana ke meja kamu Hana, mau dimulai ujiannya sebentar lagi." usir Diana secara halus. Tidak berselang lama masuklah Hasna, ibu Setia, dan Hasyim. Hana datang menjabat tangan mereka lalu kembali ke mejanya.
"Sudah siap Hana?" tanya Direktur Pascasarjana sebagai Ketua Sidang.
"Insya Allah pak Dir." ucapnya sambil mengangguk.
Ujian dimulai dan sementara berproses, Hana mampu menjawab dengan tepat! Hasil ujian pun akan diumumkan.
"Bismillah. Saya selaku Sekretaris Sidang akan membacakan hasil perolehan nilai ujian dan nilai akhir selama kuliah disini. Usai Hana ujian mereka mengucapkan selamat pada Hana, tidak lupa untuk mengabdikan momen.
"Stop! Bukan muhrim." ujar Diana cepat, tiba² Zain menjabat tangan Diana dan hendak merangkulnya.
"Kalian jodoh deh!" ujar kak Eka dan kak Sandra tiba² kompak. Semua memandang ke arah mereka sehingga jadi pusat perhatian.
"Ogah!" jawab Zain.
"Gak mungkin." jawab Diana bersamaan.
"Tuh kan jawabnya barengan!" ledek Hana, lalu diketawai semua orang.
"Kenapa jadi aku yang diperhatiin? Kan Hana yang sudah ujian. Semua gara² Zain." gerutu Diana dalam hati, dia merasa malu.
"Udah gak usah mengumpat dalam hati!" seru Hana kepada Diana.
"Kok kamu tau?" tanya Diana heran, Hana menanggapi dengan senyuman.
Usai Hana ujian, Diana diajak makan malam. Ketika pulang Hana bersama Ni'mah dan juga Zain.
***
Beberapa hari kemudian Diana dan Ni'mah mau belajar di rumah Hana.
"Berangkat deh!" gumamnya pelan lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Setibanya di rumah Hana, ternyata Ni'mah juga baru datang.
"Ayo masuk." ajak Ni'mah setelah turun dari motor. Ketika masuk rumah mereka tidak lupa mengucapkan salam, setelah disuruh masuk baru duduk.
"Bantu dulu Hana kerja ini." ucap Diana. "Hana, kamu tau gak?" tanya Diana saat berkunjung ke rumah Hana bersama dengan Ni'mah.
"Gak." jawab Hana singkat.
"Bagaimana kamu tau, aku kan belum bilang Hana!" gemas Diana. "Jadi gini, ternyata Zain sudah move on dari kamu Hana." ucap Diana antusias.
"Kok kamu semangat banget Diana?" tanya Ni'mah heran, dia selama ini curiga dengan sikap Zain dan Diana seperti ada yang disembunyikan.
"Ya iya dong, berarti berkurang perebut bini orang Ni'mah!" serunya.
"Kamu ya yang jadian sama kak Zain?" tanya Hana senyum² curiga.
"Ih bukanlah. Kamu ini." ucap Diana cemberut sambil mencolek Hana. "Kamu lihat ini, aku tidak sengaja lihat di instagramnya." ceritanya antusias.
"Hah?" Hana kaget saat melihat foto itu. "Itukan foto yang dikirimkan ke hp aku beberapa hari lalu?" gumamnya pelan.
"Maksud kamu apa Hana?" tanya kedua temannya, mereka heran dengan gumaman Hana tapi tidak jelas.
"Kalian lihat ini deh!" Hana antusias menunjukkan chat beserta foto yang dikirimkan dari nomor baru.
"Ini kan sama?" tanya Diana antusias, sedangkan Ni'mah hanya membekap mulutnya sendiri.
"Jangan² Zain mau buat huru hara, bikin kamu cemburu Hana. Supaya retak rumah tangga kamu terus dia mau maju." Diana menerka², apa maksud Zain? Pikir Diana.
"Bukan begitu kalau menurutku." ujar Ni'mah menanggapi foto tersebut. Hana dan Diana saling pandang lalu menatap Ni'mah penasaran apa yang akan diucapkan. "Menurutku, Zain mau buat kamu cemburu kalau dia sudah move on. Makanya dia kirimkan foto tangannya dengan cewek lain ke kamu!" ujar Ni'mah antusias.
"Ya bukanlah." sangkal Diana cepat. "Kalau dia mau bikin Hana cemburu seharusnya dia menggunakan nomor aslinya, nah ini dia gunakan nomor baru!" sangkal Diana serius.
"Iya juga ya!" setelah lama mencerna Ni'mah paham maksud Diana.
"Iya. Berarti tujuannya supaya hubungan Hana retak dengan suaminya makanya dia memfitnah." ujar Diana lagi.
"Ya sudah lah. Biarkan saja!" ujar Hana gak mau pusing yang penting suaminya mau belajar mencintainya. "Kalian kesini mau kerja Tesis atau mau gosip?" tanya Hana lagi.
"Iya bu dosen." ledek Diana pelan lalu fokus pada Tesisnya. Pasalnya Diana dan Ni'mah akan seminar hasil makanya mereka perlu belajar dengan Hana.
"Hana, ini bagaimana menjelaskannya?" tanya Ni'mah.
"Ini dijelaskan sesuai dengan penelitianmu di lapangan. Kalau misalnya disana menggunakan media konvensional bagaimana hasilnya atau menggunakan media digital bagaimana hasilnya! Ada perubahan atau tidak." jelas Hana.
"Iya ya. Begitu ya!" ucap Ni'mah paham setelah mendengar penjelasan Hana.
"Kalian datang mau belajar tapi kayak mau jualan juga. Banyaknya bawa makanan dan minuman!" ucap Hana geleng² kepala melihat tingkah kedua sahabatnya itu. "Tapi enak juga karena aku ikut kenyang." ucap Hana lagi.
"Suami kamu pulang kerja sore kan?" tanya Diana tiba². Hana hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Aman." gumam Diana pelan.
"Kenapa?" tanya Hana heran.
"Iya. Kalau ada suami kamu serba gak enak Hana." jawab Diana jujur.
"Setuju sama Diana. Kalau hanya bertiga ingat di kos. Eh, adik kamu kemana Hana?" tanya Ni'mah penasaran.
"Dia dikos, dia tinggal disana sama temannya. Dia mau mandiri!" jawab Hana sedih.
"Kasihan juga ya! Padahal kalau tinggal disini masih muat Hana." ucap Diana lagi.
"Gak apa dikos yang penting bisa jaga diri." bela Ni'mah supaya Hana tidak terlalu khawatir.
"Gak terasa sudah sore, kami pamit Hana sebelum suami kamu pulang!" ucap Diana mewakili.
"Hhmm hati² dan makasih kuenya!" ucap Hana sambil tertawa ringan. "Sering² enak akunya!" lanjutnya.
"Ok. Kapan² lagi ya!" ucap Diana antusias. "By." mereka pulang dan Hana menunggu sang suami pulang kerja.