NovelToon NovelToon
Menjadi Pelunas Hutang Suami

Menjadi Pelunas Hutang Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Jumli

Luna terpaksa menjadi istri ke-3 dari seorang Tuan yang bernama Daru. Suami Luna sebelumnya di nyatakan telah meninggal dunia dan rupanya memiliki banyak hutang.

Mereka harus Menjadi Pelunas Hutang Suami nya yang katanya berjumlah puluhan Triliun. Luna hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri.
Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa suami yang sangat di cintai nya meninggalkan penderitaan untuk nya dan anak-anak.

Ibu dari tiga orang anak itu harus membayar semua hutang suaminya dengan menikah dan menjadi budak. Luna hanya bisa pasrah menerima namun kesedihan selalu melanda kala anak-anaknya harus ikut mendapatkan siksaan.

Mampukah mereka menjadi takdir yang mengejutkan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecurigaan

Nisa melihat sudut bibir Luna mengeluarkan darah segar, begitu kuat tamparan yang Daru berikan pada wanita ini.

Wanita yang berstatus Istri pertama tersebut mendekati suami nya, Ia memeluk pria gagah nan perkasa itu lalu mengelus pelan dada nya. Berharap agar amarah di dalam sana bisa mereda.

"Suami ku. Ada apa sebenarnya, Hmmm?" tanya nya lembut.

Luna hanya menunduk dengan pemandangan intim itu, pasangan suami istri tersebut tanpa peduli mempertemukan bibir mereka di depan Luna.

"Wanita itu tanpa tau malu datang meminta agar anaknya di beri obat."

Luna tidak asing lagi dengan perubahan itu, Daru memang akan menjadi patuh jika berhadapan dengan Istri nya tersebut. Bahkan tidak ada nada kasar saat suara itu keluar.

"Rupanya begitu," kata Nisa sambil tersenyum di depan suaminya. Mereka juga kembali bercumbu sekejap.

"Luna, kamu kembali lah ke kamar mu. Ayu akan mengantarkan obat untuk anak mu segera," tutur Nisa pada madu nya tersebut.

Entah masih pantas di sebut madu atau tidak, Daru bahkan tidak pernah mendatangi kamar Luna selama mereka menikah, dan Luna juga berharap agar Daru tidak pernah atau pun berpikir untuk mendatangi nya.

"Terimakasih," ucap Luna lalu segera berbalik untuk pergi dari sana.

Namun punggung nya seperti memiliki mata dan merasakan kalau pasutri itu kembali ber intim, tidak lama juga Luna mendengar pintu besar itu tertutup. Wanita tersebut tetap melanjutkan langkah dan tidak mau membayangkan apa yang dua orang tadi lakukan di dalam sana.

Luna segera ke kamarnya untuk menutupi luka yang saat ini ada pada wajahnya, tentu saja hal itu agar tidak di lihat oleh anak-anak.

Seperti yang Nisa katakan, tidak lama setelah Luna berada di kamar anak-anaknya, terdengar ketukan pintu. Luna segera membuka dan rupanya telah berdiri Ayu di depan pintu itu sambil menenteng wadah yang menjadi tempat obat Putri.

"Saya di tugaskan mengantarkan obat ini ke sini," jelas wanita yang mungkin hampir baya itu.

"Terimakasih."

Kepala pelayan itu langsung pergi tanpa berkata apa-apa setelah menyerahkan obat pada Luna. Ia hanya menjalankan tugas dan tidak mau memiliki kedekatan pada Istri penghianat itu.

Ayu sudah sangat lama mengabdi pada Keluarga Damar, Ia juga mengenal baik bagaimana Hendra dan sangat kecewa saat mengetahui pria itu berkhianat. Maka dari itu, Ayu juga sangat benci pada Istri dan anak Hendra.

"Ibu..., dada Putri sangat sakit," lirih putri mengeluhkan rasa sakit dengan suara tercekat.

"Iya sayang, tahan ya. Nenek Ayu sudah antarkan obat untuk Putri. Kalau sudah minum obat, pasti rasa sakitnya hilang."

Dengan pelan dan penuh perhatian, Luna membantu Putri meminum obatnya. Wanita itu seperti ikut merasakan sakit saat melihat Putri menahan rasa sakit bersama wajahnya yang selalu pucat.

Putri adalah salah satu anak yang menderita Tukak Saluran Pencernaan. Kerap kali anak sekecil itu sering muntah darah saat penyakitnya sedang kumat.

Untung lah selama mereka berada di sini, hal itu tidak pernah terjadi. Namun Putri malah lebih sering mengeluhkan dada nya yang sakit. Itulah mengapa Luna tidak bisa membiarkan Putri putus dengan obat nya. Ia sangat takut terjadi apa-apa pada putri kecilnya.

"Ibu, apa Putri akan cepat meninggal?" tanya anak itu dengan pelan.

Saat ini Bayu sudah tertidur dengan pulas karena hari telah malam.

"Adek jangan bicara begitu. Kakak tidak akan membiarkan hal itu cepat terjadi."

Bukan Luna yang menjawab, tapi Rio yang dari tadi menjaga Putri yang kesakitan.

Luna mengangguk bersama air matanya yang jatuh. Jantung nya sempat terkejut saat mendengar perkataan Putri, Ia juga terharu mendengar ucapan Rio yang menenangkan adik nya.

"Putri pasti sehat terus. Tolong jangan berkata seperti tadi Nak. Ibu sangat takut...," kata Luna sambil menunduk mengecup kening Putri, Rio juga melakukan hal yang sama sambil tersenyum.

"Maaf Ibu," ucap Putri merasa bersalah karena Luna malah menangis mendengar kata-katanya tadi.

"Tidak apa-apa. Sekarang kalian tidur, ya. Kan besok Putri mau masuk sekolah, kak Rio juga harus sekolah dengan rajin."

Kedua anak itu patuh, Rio mulai memposisikan diri tidur di samping Bayu dan menempatkan anak kecil itu di tengah nya dan Putri. Luna juga segera keluar untuk beristirahat di kamarnya sendiri.

"Maaf Tuan Daru, ada hal penting yang ingin saya sampaikan."

Sang sekretaris menutup pintu dan berkata seperti itu setelah dia berada di hadapan Daru.

"Hmmm. Duduk lah."

Daru juga langsung meletakkan dokumen-dokumen yang sedang di periksa nya, dan fokus pada Sekretaris yang bernama Kenzo atau biasa di panggil Ken itu. Nampaknya Kenzo membawa berita penting sehingga menampilkan wajah seserius ini.

"Kecurigaan anda benar, Tuan. Ahli bedah menemukan ini dalam kepala Hendra," jelas Kenzo memulai sambil menyerahkan sebuah benda kecil pada Daru.

Pria pemilik mata bak elang itu meneliti benda tersebut dengan seksama.

"Apa ini masih berfungsi?" tanyanya tanpa melepaskan mata dari benda kecil mematikan itu. Hanya orang-orang IT yang bisa memiliki benda itu, dan tentu saja alat pengendali otak itu bisa saja meledak kapan saja.

"Tidak lagi Tuan. Mungkin mulai di matikan setelah Hendra bunuh diri," tebak Kenzo yang juga tidak tahu pasti.

Pria blasteran itu juga sangat terkejut benda berbahaya tersebut ada dalam kepala manusia, ia tidak bisa percaya saat mendengar penjelasan dokter yang juga seorang Ilmuan.

Tuk

Tuk

Tuk

Jemari Daru menari di atas mejanya sambil tetap menatap benda tersebut.

"Aman kan alat ini, Ken. Jangan sampai ada orang lain yang mengetahui kebenaran ini sebelum kita tahu dalang di balik nya," ujar Daru menyerah kan kembali benda tersebut pada Kenzo.

Ia sungguh terkejut dan tidak sabar untuk menangkap pelaku atau mungkin rekan Hendra yang ingin melihat mereka hancur. Tapi mengapa harus ada alat pengendali itu di dalam kepala Hendra?

"Apa yang kalian bicarakan? nampaknya serius sekali."

Mereka berdua di kejutkan dengan Nisa yang tiba-tiba bersuara dan rupanya sudah berada dalam ruangan Daru.

Kenzo dengan pelan menyembunyikan benda tadi di dalam kepalan tangan nya, karena Daru mengatakan untuk jangan mengatakan pada siapa pun sebelum semuanya terbongkar.

Wanita anggun itu berjalan mendekati suami nya sambil memegang beberapa map di tangan nya. Mungkin Nisa ingin menyerahkan hal tersebut pada Daru.

"Tuan Daru, Bu Nisa. Saya izin keluar."

Nisa mengangguk dan tersenyum mempersilahkan Kenzo keluar, ia lalu beralih duduk di kursi yang tadi Kenzo duduki.

"Sayang, ada apa? Wajah kalian sangat tegang saat aku masuk tadi," tanya Nisa penasaran.

Saat ini dia tidak menyebut Daru, Tuan atau Pak seperti biasa saat di tempat kerja, karena wanita itu benar-benar penasaran.

"Bukan apa-apa, hanya masalah pekerjaan yang Kenzo tangani di luar kota," jelas Daru. Sangat terlihat pria itu menatap wanita yang kini ada di depannya penuh cinta. Ia tidak mau memberitahu Nisa karena takut sang Istri kepikiran masalah yang tidak penting ini.

"Oh, rupanya begitu," ujar Nisa sambil tersenyum. Sebenarnya dia tahu jika Daru terlihat menyembunyikan sesuatu, tapi Nisa tidak bisa memaksa Daru untuk mengatakan nya. Wanita itu percaya semua yang Daru lakukan adalah yang terbaik.

"Pak, saya mengantar laporan ini untuk anda periksa."

Nisa lalu menyodorkan benda yang di bawanya di depan Daru. Pria itu hanya terkekeh dengan panggilan Nisa yang sudah berganti. Itu artinya, sekarang Nisa dalam mode serius kerja.

.

.

.

Jangan lupa kembali malam nanti untuk membaca kelanjutannya. Langsung ikuti cerita ini agar tidak ketinggalan jam Update 🤗

Jika cerita di atas menarik minat kalian, semoga berkenan meninggalkan jejak berupa Like👍

Jika berkenan Author juga meminta agar teman-teman bersedia membagikan cerita ini pada yang lain agar semakin banyak yang membaca dan membuat cerita ini berkembang dengan baik.

Maaf bila merepotkan dan Terimakasih atas bantuannya 🙏

1
Ripah Ajha
semangat ya thor
Jumli: siap👍

oh iya, Monika udah update, tapi belum lulus review. entah kapan. semoga tidak bosan dalam menunggu 😁
total 1 replies
Ripah Ajha
semangat ya Thor, I like karyamu🥰
Ripah Ajha: entahlah Thor dua2nya keren🥰🥰🥰
Jumli: Terimakasih 🙏
minta nilainya kak.
menurut kakak lebih enak baca cerita Monika, atau cerita Luna?
total 2 replies
Kura Ganjar
penasaran
Jumli: terimakasih atas dukungannya 🙏
total 1 replies
Ripah Ajha
lanjut Thor🥰
Jumli: siapppp
total 1 replies
Ripah Ajha
sama2 Thor, karyamu keren, semangat lanjut ya🥰
Jumli: iya, ini masih semangat 💪
doain lolos bab terbaik 😭😌
total 1 replies
Ripah Ajha
semangat ya Thor, makin keren cerita nya👍
Jumli: makasih banyak untuk dukungan nya kak.
minta Doanya supaya cerita ini tidak mengecewakan 🙏😁
total 1 replies
Jumli
makasih banyak untuk 5 bintang nya🙏🙏😭
Ripah Ajha
keren👍
Jumli: makasih banyak untuk 5 bintang nya 🙏😭
total 1 replies
Ripah Ajha
hayoo siapakah Luna sebenarnya?
Jumli: masih rahasia. author juga masih mikir mau jadiin Luna kayak gimana😅

besok baru update cerita Monika ya. jangan lupa mampir di sana
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!