Jihan yang polos dan baik hati perlu mengumpulkan uang dalam jumlah yang besar untuk membayar tagihan medis ibunya yang sakit parah. Terpaksa oleh situasi, dia menandatangani kontrak pernikahan dengan CEO perusahaan, Shaka. Mereka menjadi suami istri kontrak.
Menghadapi ibu mertua yang tulus dan ramah, Jihan merasa bersalah, sedangkan hubungannya dengan Shaka juga semakin asmara.
Disaat dia bingung harus bagaimana mempertahankan pernikahan palsu ini, mantan pacar yang membuat Shaka terluka tiba-tiba muncul...
Bagaimana kisah perjalanan Jihan selama menjalani pernikahan kontrak tersebut.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Di sebuah ruangan CEO perusahaan ternama Ibu Kota, seorang pria dengan tubuh tegap dan memiliki tinggi 185 cm itu sedang berdiri di depan dinding kaca yang memperlihatkan padatnya Ibu Kota dengan banyak gedung pencakar langit.
Arshaka Mahesa Samudra, atau yang kerap di panggil Shaka. Pria berusia 30 tahun itu adalah keturunan kedua dari Mahesa Samudra, pendiri sekaligus pemilik tunggal Samudra'e grup. Perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi, infrastruktur dan properti. Tidak heran jika kekayaan keluarganya mencapai ratusan triliun.
Memiliki seorang Kakak perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak, membuat Shaka ditunjuk menjadi pengganti orang tuanya untuk memimpin perusahaan sejak 3 tahun yang lalu.
Mahesa sendiri tak lagi muda, usianya sudah menginjak 58 tahun. Sudah waktunya pensiun dari dunia bisnis yang telah dia geluti sejak 33 tahun yang lalu. Itu sebabnya dia menyerahkan tanggungjawab perusahaan pada putranya.
Terlahir dari keluarga Sultan, dan dianugerahi fisik serta wajah yang sempurna, menjadikan Shaka good rekening dan good looking. Sejak dulu Shaka selalu menjadi incaran para wanita di sekolah ataupun di kampus. Para wanita pemuja pria tampan dan kaya raya. Ingin hidup enak, bergelimang harta dan memiliki pasangan tampan.
Meski selalu digilai banyak wanita di sekitarnya, hal itu tak membuat Shaka jumawa. Dia juga tidak memanfaatkan wajah tampan serta kekayaan orang tuanya untuk mendekati wanita-wanita cantik di luar sana.
Di didik sedemikian rupa oleh sang Mama, Shaka tumbuh menjadi pria baik-baik dan bertanggungjawab. Lingkungan yang buruk dan hendon, tidak membuat Shaka gelap mata untuk melanggar aturan dan ajaran orang tuanya.
Pria itu tetap patuh pada perkataan orang tuanya yang memang terbaik untuknya.
Lagipula, menjadi pria brengsek hanya akan menghancurkan diri sendiri dikemudian hari. Shaka sudah banyak melihat contoh di sekitarnya. Bahkan banyak teman-temannya yang hidupnya tidak jelas akibat pergaulan bebas. Hidup sesuka hati, tanpa ada aturan. Pada akhirnya hanya meninggalkan penyesalan di kemudian hari.
Tokk,,,
Tokk,,,
Tokk,,,
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Shaka. Ada beberapa hal yang sedang Shaka pikirkan akhir-akhir ini. Dia tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini Mamanya banyak menuntut. Padahal sejak dulu tidak pernah menuntut apapun. Efeknya, Shaka jadi sering sakit kepala setiap kali mengingat tuntutan dari Mamanya itu.
Dituntut segera menikah dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu, Shaka yang selama ini tidak punya kekasih, jelas mendadak sakit kepala saat diminta menikah oleh Mamanya. Gara-gara desas-desus yang beredar tentang dirinya seorang ga-y, kedua orang tua Shaka langsung panik dan tiba-tiba menyuruh Shaka agar menikah secepatnya.
Pintu ruangan terbuka, seorang wanita paruh baya masuk ke dalam ruangan Shaka di dampingi Diana yang mengantarnya dari lantai bawah.
Shaka menghela nafas berat melihat wanita paruh baya yang masuk ke ruangannya. Wanita yang masih terlihat cantik, mulus, tidak terlihat berkeriput di usia 54 tahun berkat perawatan dan skincare mahal.
"Kenapa wajahmu muram begitu.? Kamu nggak suka Mama datang.?" Cecar Sonia seraya berjalan ke arah sofa dan mendudukkan diri di sana.
"Kalau mau bahas masalah pernikahan, sebaiknya di rumah saja Mah. Shaka lagi sibuk, banyak kerjaan." Ujarnya malas. Bukannya tidak mau menuruti permintaan Mamanya, semua orang juga ingin menikah, termasuk Shaka. Hanya saja kondisinya belum memungkinkan. Shaka belum punya calon yang sesuai kriteria untuk di jadikan teman hidup sampai maut memisahkan.
Bibir Sonia mencebik. Putranya ini tidak bisa memahami kekhawatirannya sebagai orang tuanya. Apalagi sudah ada gosip tidak enak yang beredar di luar sana. Ibu mana yang tidak syok saat putra satu-satunya di gosipkan ga-y. Penyuka sesama jenis. Jelas saja Sonia memaksa Shaka supaya cepat menikah. Usia Shaka juga sudah matang untuk menikah.
"Kamu nggak takut gosip di luar semakin panas.? Mama nggak terima anak Mama yang tampan ini digosipin buruk seperti itu. Mama tau kamu itu normal, itu sebabnya Mama nyuruh kamu menikah." Tutur Sonia.
Wanita itu kemudian menoleh pada Diana, sekretaris putranya.
"Diana, ayo duduk. Saya mau minta tolong sama kamu."
Diana tersenyum kikuk, bukan karna sungkan pada Orang tua Bosnya yang kelewat baik dan ramah. Melainkan takut pada Shaka, takut mendapat masalah kalau berada di kubu Sonia.
Diana lantas duduk di seberang Sonia, di susul oleh Shaka yang menempati satu sofa dengan sang Mama, tapi membuat jarak lumayan jauh. Keduanya sama-sama duduk di ujung sofa.
"Diana, selama kamu bekerja jadi sekretaris Shaka. Apa ada wanita yang datang ke kantor hanya untuk menemui putra saya.?" Tanya Sonia dengan nada menginterogasi.
Diana sontak menelan ludah dengan susah payah, lalu melirik Bosnya yang berwajah datar tanpa ekspresi.
"Jawab saja, jangan takut sama Shaka. Kalau nanti dia berani mengancam atau pecat kamu, biar kamu saya angkat jadi pengganti Shaka.!" Tegas Sonia seraya melirik putranya. Wanita paruh baya itu hanya main-main dengan ancamannya, hanya untuk menyindir putranya saja.
Diana tersenyum kaku sebelum akhirnya menjawab dengan sejujurnya.
"Ada sekitar 5 wanita yang sering datang mencari Pak Shaka, tapi Pak Shaka menolak bertemu mereka."
"Salah satu di antaranya sudah di blacklist karna terlalu sering mendatangi kantor." Tutur Diana dengan tatapan yang tak lepas dari Shaka. Takut tiba-tiba Shaka marah. Tapi sampai Diana selesai bicara, Shaka hanya diam saja. Pria itu tidak memberikan komentar apapun.
"Tolong kamu hubungi 5 wanita itu, atur jadwal untuk bertemu dengan saya. Karna Shaka mengaku belum punya calon, jadi saya yang akan pilihkan istri buat Shaka."
"Kelima 5 wanita itu pasti sangat mencintai putra saya, salah satu dari mereka mungkin cocok menjadi menantu di keluarga Samudra." Ucap Sonia enteng. Detik itu juga Shaka langsung melotot. Dia tidak akan sudi menikah dengan salah satu wanita-wanita itu.
"Mama ini apa-apaan.? Shaka nggak setuju.!" Tentang Shaka tegas. Dia sudah mengenal luar dalam wanita-wanita yang pantang menyerah mengejarnya. Wanita-wanita seperti itu hanya gila pada harga. Walaupun cantik dan memiliki body sempurna, tapi attitudenya nol besar. Pergaulannya juga terlampau bebas.
"Tapi kamu harus menikah 2 minggu lagi Shaka."
"Jangan bikin Mama pusing karna harus denger kabar menjijikkan itu lagi."
"Begini saja. Mama kasih kamu pilihan, kalau dalam waktu 1 minggu kamu belum dapat calon istri, kamu harus mau menikah dengan wanita pilihan Mama."
"Nggak ada penolakan, Mama juga nggak mau denger bantahan.!" Tegas Sonia kemudian beranjak dari duduknya.
"Mama pulang dulu. Ingat ya Shaka, cari calon istri yang baik, yang sayang juga sama keluarga.!" Pesan Sonia sebelum keluar dari ruangan putranya.
Shaka membuang nafas berat seraya mengusap kasar wajahnya. Mendadak kepalanya berdenyut nyeri. Shaka stres sendiri menghadapi permintaan Mamanya.
Sementara itu, Diana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia jadi ikut pusing dan bingung setelah mendengar perdebatan ibu dan anak tadi.