Pernikahan yang sejatinya diinginkan seumur hidup sekali akhirnya kandas juga oleh sebuah pengkhianatan.
Di hari ia ingin memberikan sebuah kejutan anniversary yang ke 2 dan memberikan kabar tentang kehamilannya, Sita melihat sang suami Dani tengah mengerang nikmat di atas seorang perempuan yang tidak lain adalah sekretarisnya.
Hancur hatinya, namun ia memilih tegar. Meminta perceraian walau tidak mudah.
Hidup sebagai single mom membuat Arsita Ayuningrum tidak lagi percaya cinta dan fokus ke putra semata wayang nya Kai.
6 tahun berlalu, dan di saat tak terduga ia bertemu kembali dengan Dani Atmaja, sang mantan suami. Dani meminta Sita kembali, akankah Sita mau menerima mantan suami yang telah menghianatinya kembali? Akankah Kai Bhumi Abinawa mau menerima daddy nya?
Disaat bersamaan ada seorang pria single yang begitu tulus tengah berusaha mengambil hati Sita dan Kai. Pria itu bernama Raden Rama Hadyan Joyodiningrat.
Akankah Sita kembali kepada Dani, atau malah menerima Rama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Tak Seindah Cinta Yang Lalu
"Nyonya… nyonya Sita."
Suara Anton menggema di telinga Sita. Namun Sita tidak dapat membuka matanya. Rasanya sangat lelah.
Anton membawa Sita ke RS Mitra Harapan dan langsung ditangani oleh dokter Anton menatap nyonya itu dengan iba. "Sungguh kasihan nyonya Sita, Tuan Dani benar-benar tidak peduli. Pasti itu gara-gara pelakor Mauren, huh dasar." Ucap Anton pelan.
Tadi setelah sampai rumah sakit Anton langsung menghubungi Dani, dan betapa terkejutnya Anton saat Dani benar-benar tidak peduli dengan keadaan Sita dan bayi yang dikandungnya. Sebenarnya Anton sangat geram tapi di tidak bisa berbuat apa-apa.
"Mulai sekarang apapun yang terjadi dengan Sita aku tidak mau tahu. Jadi kau tidak usah lapor apa-apa mengenai Sita. Selesaikan administrasi rumah sakit dan antar pulang ke rumah barunya. Jangan ke rumah utama." Sungguh Dani tidak peduli lagi.
Flashback on
Saat itu Sita masih duduk di bangku kuliah. Sesuai dengan namanya Arsita Ayuningrum, Sita mempunyai paras yang cantik. Hidungnya kecil dengan pipi yang sedikit chubby, bulu mata yang lentik, mata berwarna hazel dan rambut ikal membuatnya begitu menarik perhatian. Banyak mahasiswa yang menyukai nya. Namun hati Sita sudah dimenangkan Dani kakak kelas satu tahun di atasnya. Dani menembak Sita di tengah lapangan kampus.
Dengan membawa seikat bunga mawar putih Dani mengutarakan hatinya. Sita yang memang memiliki perasaan terhadap Dani pun langsung menerima. Bak gayung bersambut mereka pun jadi sepasang kekasih.
Dani dan Sita menjadi pasangan yang paling serasi di kampus. Banyak yang iri dengan mereka namun banyak juga yang mendukung dengan mereka. Hingga puncaknya saat Dani lulus. Ketika wisuda usai didepan kedua orang tuanya Dani melamar Sita. Dengan seikat bunga dan sebuah cincin bertahtakan berlian Dani mengungkapkan maksudnya mempersunting Sita.
" Will you marry me?" Ucap Dani.
" ya ... aku mau" Jawab Sita terharu.
Dani pun menyematkan cincin di jari manis Sita.kedua orang tua Dani juga memeluk Sita dengan sayang. Mereka tidak mempermasalahkan status sita yang hanya anak yatim piatu. Tak lama mereka pun menikah. Walaupun belum selesai kuliah Dani tidak mempermasalahkannya. Dani pun membiarkan Sita kuliah sampai selesai. Namun Dani menginginkan Sita di rumah saja ketika nanti sudah lulus. Sita menyetujui, ia juga sudah berencana jika sudah menikah ia akan mencurahkan kasih sayang nya untuk suami dan anak-anaknya kelak. Terlebih dia besar di panti asuhan, dia ingin anak-anaknya nanti tidak kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sita tidak merasa menyesal walaupun dia harus menjadi ibu rumah tangga setelah menyandang gelar S1 nya.
Dani begitu menyayangi dan mencintai Sita. Selama hidup berumah tangga Dani adalah suami yang baik, romantis dan bertanggung jawab. Dani sering memberikan hadiah-hadiah kecil untuk Sita, seperti bunga dan perhiasan. Sungguh Sita merasa di ratu kan oleh suaminya.
Sita sangat bersyukur, sebagai anak yatim piatu dia diperlakukan sangat istimewa. Dia pun berjanji akan selalu berbakti dan menjadi istri yang baik.
Flashback off
Namun ternyata semua itu hanya semu. Kisahnya sekarang tak lebih tragis dari masa kecilnya yang tak punya siapa-siapa. Dicampakkan oleh orang tuanya sendiri dan sekarang dibuang oleh suaminya dalam kondisi berbadan dua. Angannya mendapat perhatian saat hamil, meminta suaminya untuk menuruti ngidamnya yang ini itu, mengelus perutnya yang membuncit, melihat perkembangan janinnya dari bulan ke bulan, semua hanya sebatas angan. Kini ia sendiri bahkan suaminya pun tak lagi peduli dengannya dan anak dalam kandungannya.
Benar-benar kisahnya tidak seindah cintanya yang lalu. Cinta suaminya telah pudar, perhatian yang diberikan beberapa bulan ini hanya semu semata untuk menutupi perselingkuhannya. Sita Kembali menangis tersedu. Anton yang melihat nyonya nya itu sungguh tidak tega.
"Nyonya apakah sudah merasa lebih baik. Jika sudah saya akan mengantar nyonya kembali ke rumah." Ucap Anton.
"Baiklah An. Antar aku pulang. Oh ya mulai sekarang tidak usah memanggilku nyonya karena mulai sekarang aku bukan nyonyamu lagi." Jawab Sita sambil tersenyum simpul.
"Baik. Saya akan berusaha."
Anton pun membantu Sita turun dari brankar dan memapahnya menuju mobil. Anton mulia mengendarai mobilnya menuju rumah yang telah ia beli tadi melalui orang suruhannya karena dia sibuk menunggu Sita di Rumah Sakit.
"An… kita mau ke mana. Ini bukan arah pulang ke rumah." Tanya Sita karena ia merasa memang jalan yang dilalui nya memang bukan jalan menuju rumahnya.
"Ma-maaf nyonya. Tuan memerintahkan saya mengantar nyonya ke rumah yang lain. Kata tuan mulai malam ini nyonya tidak akan tinggal bersama tuan lagi." Jelas Anton.
"Huft… baiklah. Terus barang-barang ku bagaimana An?" Tanya Sita lagi.
"Sudah dibereskan dan sudah diantar ke rumah baru anda nyonya." Jawab Anton cepat.
Sita pun terdiam mendengar penjelasan Anton. Pandangannya beralih ke luar jendela. Memandang jalanan yang mulia gelap dan hanya disinari oleh lampu-lampu jalan. Begitu inginnya kamu mengusirku mas, apakah begitu memalukannya aku di depan matamu, apakah kamu tak sabar membawa selingkuhannya ke rumah. Tes… air mata Sita kembali luruh di tengah hatinya yang hancur. Ia cepat-cepat menyekanya.
Tak berselang lama akhirnya mereka sampai juga. Sebuah rumah yang minimalis tidak kecil namun juga tidak terlalu besar. Sangat cukup untuk hidup sendiri.
"Mari masuk nyonya." Ajak Anton.
Sita pun masuk. Benar saja barang-barangnya sudah ada di dalam. Pelayan rumah utama yang bernama Bi Sarti ada di sana. Melihat Sita masuk ke rumah bi Sarti pun menghambur memeluk Sita. Buncah lagi air mata Sita. Bi sarti hanya bisa mengeratkan pelukan Sita, mengelus punggung majikannya itu. Tidak ada kata yang terucap hanya menyisakan isakan. Bi Sarti memang sengaja diberikan Dani untuk Sita karena Bi sarti sangat dekat dengan Sita.
15 menit berlalu Sita akhirnya tenang, ia dibawa duduk di sofa diikuti oleh Anton. Anton menyerahkan beberapa kertas yang ternyata adalah sertifikat rumah.
"Nyonya, ini sertifikat rumah sudah atas nama nyonya. Tuan memberikan ini untuk nyonya..Tapi…" Kalimat Anton menggantung.
"Tapi… Dani tidak akan memberikan aku nafkah bukan begitu." Sita sudah bisa menebaknya.
"Be-betul nyonya. Dan nyonya juga dilarang menemui Tuan. Ini ada surat hitam diatas putihnya." Anton melanjutkan.
"Baik, tapi kuharap tuan mu itu segera memberikan surat cerai kepadaku."
"Maaf nyonya tidak bisa secepat itu. Kata tuan, Tuan akan mengirimkan surat cerai saat nyonya sudah melahirkan."
Deg… jantung Sita serasa mau lepas. Pikiran buruk menghantuinya. Jangan-jangan Dani mau mengambil anaknya.
Sita diam sejenak, tidak mau jatuh dalam jebakan Dani ia pun meminta surat perjanjian yang tadi dia tandatangani. Sita menambahkan poin yang bunyi nya, anak yang dikandung Sita adalah anak Sita dan Dani tidak berhak atas anak Sita.
Anton mengambil surat perjanjian yang Sita berikan, membacanya dan tersenyum, dalam hati Anton memuji kecerdasan Nyonya nya itu.
Semuanya telah selesai. Anton sudah pulang tinggal Sita dan Bi Surti.
"Baiklah Bi, mari kita memulai hidup yang baru. Mari membuat sebuah kisah yang indah untuk kehidupan mendatang bersama calon buah hatiku." Ucap Sita sambil menatap Bi Surti.
"Iya non. Bibi akan selalu disamping non." Ucap Bi Surti haru kembali memeluk Sita dan mengelus perut Sita yang masih rata.
TBC
Happy reading readers. karya baru nih. Jangan lupa like dan komen ya.
Terimakasih
Matursuwun