'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Xannia terbangun dari tidur di tengah malam, dia merasakan sebuah tangan besar memeluk perutnya dengan erat.
Xania membalikkan tubuhnya dan melihat suami tampannya tengah tertidur dengan lelap.
Wanita cantik itu menyingkirkan tangan Davendra dari perutnya dengan lembut, agar tidak membangunkan tidurnya.
Xannia beranjak dari dari ranjang dengan pelan dan hati-hati.
Wanita itu keluar dari kamar dan menuruni anak tangga.
Saat sampai di anak tangga terakhir dia mendengar suara televisi yang menyala dari arah ruang tamu.
"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Xannia pada dua orang pemuda yang tengah menonton televisi dengan camilan yang berserakan dimana-mana dan juga beberapa kaleng bir.
"Kami akan menginap disini," jawab Raihan.
"Kak, kenapa dengan wajahmu?" tanya Raihan
"Memang ada apa dengan wajahku?" tanya Xannia balik, sambil menyentuh kedua pipinya.
"Kau sedikit pucat," sahut Raihan.
"Mungkin karna demam tadi pagi," ujar Xannia.
Xannia berjalan kearah dapur dan mengambil air minum untuk dirinya sendiri.
Lalu dia menghampiri kedua sepupunya dan mendudukan dirinya di tengah-tengah kedua pemuda itu.
"Kapan kau akan hamil kak?" celetuk Raihan.
"Mana aku tahu kapan aku akan hamil. Kenapa? Kau mau jadi pengasuh untuk anakku?" tanya axannia sembari mengejek.
"Aku tidak ada waktu untuk mengurus anak-anakmu itu," kata Raihan.
"Setelah lulus, kalian akan melanjutkan kuliah dimana?" tanya Xannia.
"Aku tetap akan berada di Amerika," jawab Raihan.
"Kalau kau?" tanya Xannia pada Raihan.
"Aku akan ke Inggris, aku akan kuliah disana," jawab Raihan
"Jurusan apa yang aka kalian ambil nanti?" tanya Xannia.
"Kita akan memilih bisnis, kakek menyuruh kami untuk mengambilnya," jawab Raihan.
"Belajarlah yang rajin nanti, jangan terlalu sering keluyuran dan bermain wanita," kata Xannia sambil mengusap kepala kedua sepupunya itu.
"Kami bahkan belum lulus sekolah. Tapi kau sudah menasehati kami dari sekarang," kata Raihan.
Xannia langsung menyenggol lengan Raihan yang duduk di sampingnya.
"Tidak salahkan kalau aku menasehati kalian dari sekarang. Apalagi di lihat-lihat kalian mulai liar," sahut Xanni.
"Bukankah suamimu juga sama, kak," timpal Raihan dan membuat Rain tertawa.
"Kami mencaritahu tentang suamimu di internet tadi, karna ingin tahu apa pekerjaan suamimu," ujar Raihan.
"Berhentilah melihat hal-hal yang tidak penting," sahut Xannia
"Apa kakak tidak takut kalau nanti dia selingkuh?" tanya Rain.
"Aku akan menendang bokongnya jika dia berani selingkuh, dan aku juga akan mengejar selingkuhannya walau dia bersembunyi di liang semut sekali pun," kata Xannia dengan tegas.
"Sudah aku duga, kau pasti akan menyiksanya," kata Rain.
"Kalau perlu aku akan menyiksa miliknya sampai dia tak berani lagi selingkuh," ujarnya lagi dan membuat kedua pemuda itu refleks memegang miliknya, seolah melindunginya dari kakak mereka yang bar-bar.
"Kenapa dengan kalian?" tanya Xannia bingung dan melihat mereka secara bergantian.
"Kau sangat kejam kak," sahut Rain.
"Aku nanti akan mencari istri yang lemah lembut dan penurut dari pada istri yang bar-bar sepertimu," kata Rain.
Xannia hanya mengedikkan bahunya. "Whatever, Saat mereka bertiga tengah asik menonton televisi dan mengobrol, tiba-tiba Davendra muncul di belakang Xannia tanpa ketiga orang itu sadari.
"Kau merasakan sesuatu yang aneh? Rasanya tengkukku sangat dingin," ucap Rain sambil mengelus tengkuknya.
"Hmm, aku merasa di belakang kita seperti ada seseorang yang sedang memperhatikan kita," sahut Raihan.
"Itu hanya perasaan kalian saja, aku tidak merasakan apapun," timpal Xannia.
Rain membalikkan tubuhnya dan melihat Davendra tangah menatap dengan tajam kearah Rain dan Raihan secara bergantian.
"Oh God!!" seru Rain sedikit keras hingga membuat Xannia dan juga Raihan terkejut.
Davendra melangkahkan kakinya ke depan duduk di samping Xannia dengan sempit-sempitan.
"Kau pindah kesana," perintah Davendra pada Rain yang menyuruh pemuda itu untuk berpindah tempat duduk.
"Kenapa kau bangun?" tanya Xannia.
"Karna kau tidak ada di tempat tidur," jawab Davendra.
"Ooh kak, lihatlah suamimu. Dia tak bisa tidur jika kau tidak ada di sampingnya," goda Rain.
"Shut up, Rain !! kenapa mulutmu dari tadi tak bisa diam," kesal Xannia.
Sedangkan Rain hanya mengedikkan bahunya dan meminum bir yang ada di tangannya.
"Kau sudah lebih baik?" tanya Davendra sambil menyentuh kedua pipi Xannia dengan kedua tangannya.
"Hmm, aku sudah merasa lebih baik," sahut Xannia memperlihatkan senyumnya.
"Kak kau cepat sekali berubah," kata Raihan
“Hmm, benar,” kata Rain yang mengiyakan perkataan adiknya.
"Apa masalah untuk kalian?" kata Xannia dengan sedikit sinis.
"See? Kau selalu kesal pada kami dan sangat manis dengan kakak ipar," keluh Rain.
"Ayo, kita kembali ke kamar. Kau harus banyak istirahat," kata Davendra
"Aku bosan jika harus di kamar terus. Seharian ini aku hanya tidur dan tidur, rasanya tubuhku sangat kaku pegal karna terlalu lama berbaring," sahut Xannia.
Sedangkan kedua pemuda itu hanya memutar mata mereka jengah saat mendengar perkataan kakak sepupu mereka yang terdengar manja.
"Besok kami akan ke Milan untuk menonton pertandingan sepak bola, apa kalian mau ikut?" ajak Rain.
"Tidak!!" jawab Xannia dengan cepat.
"Ckk, kau tak seru kak. Mungkin saja kakak ipar mau menonton bersama kami," sahut Raihan.
"Apa kau mau ikut bersama mereka?" tanya Xannia yang bergelayut manja di lengan suaminya.
"Tidak," sahut Davendra.
"Kalian dengar sendiri kan?" ujar Xannia sambil menjulurkan lidahnya.
“Kamu tidak seru, Kak,” jawab Rain.
"Ahh, aku ingin ke kamar saja. Disini aku seperti sedang menonton film romansa," kata Rain dan beranjak dari sofa yang dia duduki.
"Dan mungkin setelah ini mereka akan bercinta disini," lanjutnya.
Xannia langsung melemparkan bantal sofa dan tepat mengenai punggung Rohan yang sudah berjalan pergi.
"Dia benar-benar menyebalkan," gumam Xannia.
Sedangkan Rain memilih asal kamar yang akan dia tempati.
"Sepertinya kau memiliki dendam padanya," kata Davendra.
"Tentu saja, bagaimana tidak. Sewaktu kami kecil wajah kakak pernah terkena air kencing Rain. Itu yang di katakan aunty Amanda dan mommy," sahut Rain menahan tawanya.
"Shut up, Rain!!" timpal Xannia dengan kesal.
Sedangkan Rain hanya tertawa melihat wajah kesal kakak sepupunya itu.
"Aku akan ke kamar," ujar Rain langsung berdiri dan berlari kearah kamar sebelum mendapat amukan dari Xannia.
"Mereka berdua benar-benar menyebalkan," gerutu Xannia.
"Apakah itu benar?" tanya Davendra.
"What?" sahut Xannia.
"Wajahmu? Terkena air kencingnya," ujar Davendra.
"Jangan membahasnya lagi, oke? Atau kau akan tidur di sofa ini," kesal xannia dan beranjak dari sofa dan pergi meninggalkan suaminya.
"Hey, kau kesal padaku? Aku hanya bertanya," kata Dave mengejar istrinya.
"Kemana Maria?" tanya martin pada Jenny - sang istri.
"Dia pergi ke Itali," jawab Jenny yang sedang menikmati tehnya.
"Itali? Untuk apa anak itu pergi ke Itali. Bahkan dia tidak memberitahuku," kesal martin.
"Dia meninggalkan proyek yang sudah aku serahkan padanya, dan dia pergi begitu saja sebelum menyelesaikan pekerjaannya? Dia benar-benar tidak bertanggung jawab," ujarnya lagi.
Martin menatap tajam istrinya.
"Telepon dia, dan suruh dia pulang sekarang. Dia boleh pergi jika semua pekerjaannya sudah selesai," ucap Martin.
"Bagaimana aku bisa menelponnya jika dia saja baru pergi pagi tadi, dan mungkin sekarang dia sudah ada di pesawat," sahut Jenny.
"Aku tidak perduli, jika dia sudah sampai di Itali segera hubungi dia dan suruh dia pulang," kata Martin dan segera pergi dari hadapan sang istri.
"Ooh, Maria. Kau benar-benar membuat mommy pusing," gumam Jenny.
"Kau mencari masalah dengan ayahmu sendiri," ujarnya lagi sambil memegang kepalanya yang memang sedikit pusing karna kekeras kepalaan putrinya.
Bersambung.....
Selamat... bahagia sllu utk mu daddy dave & mommy xannia 😍😍❤️❤️❤️