WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!
Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.
Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.
Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersikap Adil
Ana duduk di tepi tempat tidur sambil memperhatikan Ben secara diam-diam dari belakang tubuh laki-laki itu.
"Mengapa dia begitu tampan bahkan saat wajahnya tak terlihat?" batin Ana bertanya.
Setelah Ben selesai mengeringkan rambut dan tubuhnya, laki-laki itu membuka lemari, mencari pakaian kerjanya hari ini.
"Sejak kapan pakaian itu ada di sini?" tanya Ana. Ia tidak tahu jika satu lemari penuh berisi pakaian milik Ben.
"Ah, agar adil aku membagi pakaianku di sini dan di kamar Rosalie. Karena ini juga kamarku. Kau tidak keberatan?" tanya balik Ben.
"Baiklah." Ana mengangguk paham. Meski ia tidak mengerti jalan pikiran Ben dan bagaimana reaksi Rosalie, Ana tidak ingin terlalu ikut campur. Karena semua ini keputusan Ben, bukan ia yang meminta.
Melihat Ben membolak balik kemeja dan jas, mencocokkan warna dasi dan sebagainya, Ana berniat membantu laki-laki itu.
"Duduklah," pinta Ana. Ia menarik Ben agar menjauhi lemari, sementara gadis itu mulai memilih kemeja, jas serta dasi dengan warna yang sesuai.
Ben menuruti perkataan Ana. Ia dengan sabar menunggu sambil meminum teh buatan Ana hingga gadis itu menemukan pilihan yang cocok untuknya.
"Aku suka warna hitam. Ini hitam yang bagus, warnanya akan sedikit kebiruan saat terkena sinar matahari," ungkap Ana sambil memberikan setelan jas ke tangan Ben. Gadis itu juga memilih dasi biru tua dengan corak putih yang elegan.
"Seleramu bagus," puji Ben. Laki-laki itu tersenyum menatap Ana. "Pergilah mandi, kita sarapan pagi lebih awal karena aku ada pekerjaan penting."
"Aku akan mandi setelah kau keluar dari kamar ini. Kak Rose pasti menunggumu."
"Tidak, kita keluar bersama setelah kau siap," tolak Ben.
"Berhentilah membuatku tidak nyaman," gumam Ana sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Entah di sengaja atau tidak, Ben terus menerus membuat gadis itu tidak bisa berkutik dengan berbagai peraturan tidak tertulis ini.
Ana berusaha mandi secepat kilat. Ia tidak mau membuat Ben menunggu lama hingga menyebabkan dirinya dalam masalah. Hanya kurang dari sepuluh menit, Ana keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sama.
"Kau tidak mengganti pakaianmu?" tanya Ben. Ia sudah berpakaian rapi dan duduk santai di sofa panjang menunggu Ana.
"Aku tidak mungkin keluar kamar mandi tanpa pakaian, aku harus mengambil baju gantiku dulu," jelas Ana. Ben tidak menanggapi jawaban gadis itu, ia kembali fokus pada layar ponselnya.
Setelah beberapa menit berlalu, Ana keluar dengan dress selutut berwarna putih dengan kombinasi renda di bagian dada. Ben mendekati gadis itu dan menarik pinggangnya dengan cepat hingga tubuh bagian bawah mereka menempel.
Ben mengusap rambut Ana, menatap gadis itu dengan tatapan penuh hasrat. Perlahan tapi pasti, Ben mulai menurunkan belaian tangannya hingga kini meraba lembut bibir gadis di depannya.
"Kau harus keluar dengan rambut basah, pastikan Rosalie yakin bahwa kita sudah melakukannya," pinta Ben.
Ana hanya mengangguk gugup, ia menelan ludah dengan napas yang naik turun. Gadis itu seakan terhipnotis oleh sentuhan dan tatapan tajam suaminya. Ana seperti hilang kesadaran setiap kali mata mereka bertemu tanpa sengaja.
Selang beberapa detik, Ana mendorong tubuh Ben dan menjauh. Ia kambali masuk ke dalam kamar mandi dan membasahi rambutnya seperti permintaan Ben.
"Apa ini ponselmu?" tanya Ben. Ia melihat ponsel dengan layar retak di bawah bantal.
"Ya."
"Ponselmu jelek, ini sudah tidak layak pakai."
"Yang terpenting ini masih bisa digunakan. Ayo keluar dan sarapan, kau bilang tidak ingin terlambat," ucap Ana.
Ben mengulum senyum saat berjalan di belakang Ana. Laki-laki itu senang Ana mulai banyak bicara dan terbuka tentang pendapatnya.
Saat keduanya sampai di ruang makan, rupanya Rosalie sudah duduk di sana. Wanita itu nampak cemburu saat menyadari Ana datang dengan rambut basah.
"Sayang, kau terlambat sarapan. Ada pertemuan penting pagi ini, kau bisa terlambat," ujar Rosalie pada Ben.
"Maaf, Sayang." jawab Ben singkat. Rosalie menelengkan kepala, mengamati suaminya yang tampak sangat bahagia.
"Ana, lain kali keringkan rambutmu. Kau tidak mau membuat para pelayan membicarakanmu, bukan?"
"Maaf, aku buru-buru," jawab Ana.
"Haruskah aku bertanya berapa kali kalian melakukannya? hingga untuk mengeringkan rambut saja dia tidak sempat?" batin Rosalie.
Ini adalah pemandangan paling menyakitkan dalam hidup Rosalie untuk pertama kalinya. Dan ia akan sering melihat hal ini untuk beberapa waktu ke depan. Rosalie tidak bisa mundur, ia sudah terlanjur melangkah dan memilih jalannya.
Setelah sarapan, Rosalie meminta Ben untuk datang ke kamarnya. Wanita itu ingin mengobrol singkat sebelum suaminya pergi bekerja.
"Jika kau berniat menanyakan tentang apa saja yang kami lakukan semalaman, maka aku tidak berniat menjawabnya," ucap Ben sebelum Rosalie memulai pembicaraan.
"Kau terlihat bahagia pagi ini. Aku harap, kalian hanya perlu melakukannya beberapa kali, dan bulan depan Ana sudah positif hamil," ungkap Rosalie.
"Kami sedang berusaha!"
"Aku tahu," ucap Rosalie lirih. Ia memeluk Ben, memeluk erat laki-laki itu seolah takut kehilangannya.
"Aku harus pergi. Jangan bekerja terlalu keras, pulang lebih awal demi kesehatanmu." Ben mencium kening Rosalie, lalu melepaskan diri dari pelukan wanita itu.
Setelah keluar dari kamar Rosalie, Ben mendatangi Ana. Laki-laki itu melihat Ana berdiri mematung di depan jendela kaca.
"Aku pergi. Jangan melakukan pekerjaan apapun, beristirahatlah dengan santai di rumah," ujar Ben.
"Hmm, baik." Ana mengangguk.
Seperti yang Ben katakan, ia benar-benar memperlakukan Ana seperti seorang istri sungguhan. Ana kini mengkhawatirkan Rosalie, ia takut wanita itu akan berpikir buruk jika Ana sedang berusaha merebut suaminya.
Selepas kepergian Ben, Ana berniat ke dapur untuk mengembalikan cangkir yang telah kosong. Namun ia terkejut mendapati Rosalie sudah berdiri mematung di depan pintu kamarnya. Wanita itu sudah berpakaian rapi dan tampak akan segera pergi.
"Kak, ada apa?" tanya Ana. Rosalie tidak menjawab, wanita itu hanya diam dan menatap Ana.
"Kau baik-baik saja?" tanya Ana lagi.
"Tidak, aku sedang tidak baik-baik saja," jawab Rosalie dengan nada lemah.
"Maafkan aku," gumam Ana. "Aku tahu ini menyakitimu, tapi bukankah ini yang kau inginkan? Seharusnya kau berpikir seribu kali untuk meminta suamimu menikah lagi," lanjutnya.
"Besarnya cintaku pada Ben sama besarnya dengan keinginanku memiliki anak."
"Sejak awal aku sudah mengatakan padamu jika ini adalah cara yang salah, ini ide yang gila. Jika kau ingin rencanamu berhasil, maka pastikan kau baik-baik saja sampai semua ini berakhir."
"Ana, aku percaya padamu. Berjanjilah kau tidak berniat merebut hatinya dariku, pastikan itu tidak akan terjadi!" seru Rosalie.
"Aku akan berusaha semampuku!"
🖤🖤🖤
g sk sifat kek rose egois,kejam,dan biadab,hrs nya di buat kanker nya nyebar aja dan mati biar ana n ben bs bahagia bersm anak mereka
harusnya bisa lebih panjang lg biar dapet rasanya ,,ini terlalu cap cus 🤭
eh ternyta rosali udh ko id 🤣
mudah²an ana bisa pergi jauh dn membawa anaknya 😩