Malika Anggraini 19 th yang di paksa menikah oleh keluarga angkatnya dengan laki laki cacat yang duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan.
Demi membalas budi keluarga angkatnya dan juga ingin keluar dari rumah yang seperti neraka bagi Malika, dia menyetujui permintaan Ibu angkatnya, berharap setelah keluar dari rumah Keluarga angkatnya Malika bisa mendapatkan kehidupan bahagia.
Bagaimana kisah Malika, yukkk.... ikuti cerita selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Pagi menjelang, Malika terbangun dari tidurnya, dia bergegas untuk menunaikan kewajiban sebagai hamba allah, setelah itu dia membersihkan seluruh apartemen tanpa terlewatkan sedikit pun, dan setelah itu dia lansung membuat sarapan untuk dia dan sang suami.
Selesai memasak Malika gegas ke kamar untuk membangunkan sang suami dan mengurus semua keperluan suaminya dengan telaten.
"Pagi mas.... bangun yuk..." ujar Malika lembut sambil mengelus pipi sang suami.
"Eeuuuggghhhh....." Refandi menggeliankan kepalanya sambil mengerjap ngerjap kan matanya.
"Pagi istri cantik ku" ujar Refandi dengan suara serak bangun tidurnya.
"Ayo bangun kita mandi yuk, nanti aku mau berangkat kuliah" ujar Malika lembut.
"Hmmm..." ujar Refandi menuruti perintah sang istri.
Malika membantu sang suami untuk duduk di kursi roda dan membawa ke kamar mandi, sebelumnya Malika sudah mengisi bathub dengan air hangat.
Beredam sebentar ya mas, sekalian di pijit pijit manja" ujar Malika mengerlingkan matanya, dan setelah itu dia terkekeh sendiri dengan kelakuannya itu.
Refandi ikut terkekeh dan mengiyakan ucapan sang istri dia pasrah apa yang di lakukan sang istri di tubuhnya, dia tau niat istrinya ingin membantu ke sembuhannya, makanya Refandi tidak menolak apa pun yang di lakukan sang istri.
"Adek ngak mandi, bajunya sudah basah loh..." ujar Refandi memegang baju sang istri.
"Iya nanti aku mandi, setelah mas rapi" jawab Malika dengan tersenyum manis.
"Pakaikan mas handuk setelah itu adek mandi ya, biar ngak masuk angin" ujar Refandi.
"Baiklah Tuan" ujar Malika terkekeh.
"Apa... siapa tuan mu" kesal Refandi mendengar ucapan sang istri.
"Canda mas ku, gitu aja kok sewot" ujar Malika mencolek dagu sang suami.
"Mas ngak suka ya, klau kamu panggil mas tuan" dengus Refandi.
"Iya iya, maaf" ujar Malika dan membantu sang suami keluar dari bathub.
"Coba di tahan agak lama kaki mas, jangan lansung duduk, berdiri yang tegap sebentar sambil peluk aku" ucap Malika.
"Lemas dek" jujur Refandi memeluk sang istri.
"Ngak pa apa, nanti juga bisa kok" ujar Malika memberi semangat dan menopang tubuh sang suami dengan segala kekuatan yang dia punya.
Refandi di dudukin di atas kursi roda, dan Malika menutup pusaka suaminya dengan handuk sebelum dia membuka cd sang suami, walau Malika merona namun dia berusaha membantu sang suami.
Refandi tersenyum melihat pipi istrinya yang sudah seperti tomat matang karena malu, dia tau sang istri malu dan juga deg degan, karena sempat melihat pusakanya dan semak belukar di sana.
"Malu ya....Itu kan punya adek, adek apain juga boleh, sudah sah kok milik adek, kan sudah di hak paten" goda Refandi.
"Ihh... mas ngeselin" ujar Malika samakin merona.
"Hahaha... Kamu menggemaskan sayang, kalau lagi malu gitu" ujar Refandi terbahak.
Malika hanya cemberut dan buru buru membawa Refandi ke luar kamar mandi.
"Kamu mandi dulu gih, mas tunggu di sini" ujar Refandi.
"Nanti mas kedinginan" sahut Malika yang takut Refandi masuk angin.
"Ngak apa kok, mas pake baju sendiri klau gitu, nanti celana baru adek yang bantu mas" ujar Refandi.
"Baiklah kalau gitu, aku mandi dulu" ucap Malika dan masuk ke kamar mandi.
Tak sampai 30 menit Malika sudah selesai mandi dan berpakaian dengan rapi dengan pakaian yang akan dia kenakan ke kampus.
Setelah itu barulah dia membantu sang suami memakai celananya.
"Dek, kamu jam segini sudah masak?" kaget Refandi melihat sarapan sudah tersaji di meja makan dan apartemen itu pun sudah rapi dan wangi.
"Sudah, aku ngak tau mas suka sarapan apa pagi pagi, jadi aku bikin roti bakar sama nasi goreng mas mau makan yang mana tinggal pilih" jawab Malika apa adanya.
"Mas mau nasi goreng aja sayang kayanya lebih menggiurkan" ujar Refandi menunjuk piring yang sudah berisi nasi goreng.
Malika melayani sang suami dengan telaten tanpa canggung sedikit pun, entah naluri seorang istri atau sebagai pelayan restoran yang sudah dia geletu selama ini.
"Dek, ini..." ujar Refandi memberikan sebuah kartu untuk sang istri yang masih sibuk memakai sepatu.
"Apa itu mas?" tanya Malika bingung, bukan dia tidak tau dengan kartu itu, namun dia tidak tau tujuan Refandi memberikannya.
"Ini kartu ATM buat kamu sayang, pinnya tanggal pernikahan kita, itu bisa adek pakai untuk uang jajan, biaya kuliah dan belanja kebutuhan kita sehari hari sayang" ujar Refandi.
"Uang cas aja ngak ada mas?" tanya Malika dengan polosnya.
"Ada di brangkas, kamu bisa ambil di sana pin nya tahun kelahiran kamu dan mas di gabung jadi satu, tapi ATM itu tetap kamu pegang ya sayang, takut ada keperluan dadakan" ujar Refandi.
"Makasih mas" ujar Malika dengan tulus.
"Aku berangkat dulu ya mas, maa hati hati di rumah, aku sebentar kok, cuma dua jam mata pelajaran" ujar Malika dengan berat hati meninggalkan sang suami.
"Iya, kamu hati hati ya, jangan nakal di kampus baru, jangan kecentilan ingat sudah ada suami di rumah" ujar Refandi.
"Siap boss ku" jawab Malika dan mencium tangan Refandi dengan takzim.
"Jangan cuma tangan sayang, ini ini ini cemburu" sahut Refandi menunjuk jidat kedua pipi dan bibirnya.
Malika menuruti permintaan sang suami, saat sampai di bibir, Refandi menahan tengkuk Malika, dan melakukan senam bibir untuk sesaat.
"Sudah... Sekarang boleh pergi" ujar Refandi melepas tauran bibir mereka.
Malika merona dan berjalan terburu buru keluar apartemen itu, dengan wajah memerah, dan Refandi hanya terkekeh melihat tingkah sang istri.
Bersambung.....