Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Kekacauan Dunia Maya Krismon
Krismon berjalan mondar-mandir di ruang tamu sambil memegang ponselnya. Rambutnya berantakan, dasinya longgar, dan wajahnya tampak kusut. Ia sudah mencoba menelepon Peat berkali-kali, tetapi tidak ada jawaban.
‘’Baiklah, Peat! Kau mau main petak umpet dengan manajermu sendiri? Bagus! Sangat profesional!’’
Krismon memarahi udara sambil menunjuk sofa seolah-olah Peat duduk di sana.
Setelah beberapa saat, ia menghempaskan tubuhnya ke sofa dan memelototi ponselnya.
‘’Aku yang bangun kariermu dari nol! Aku yang memastikan wajahmu tetap muncul di iklan, drama, bahkan botol air! Lalu sekarang, kau hilang begitu saja?!’’
Tiba-tiba, suara ketel berbunyi dari dapur. Krismon berdiri dengan gerakan dramatis, menunjuk ke arah dapur. ‘’Kau juga ikut menertawakanku, ya? Bahkan ketel pun punya keberanian melawan Krismon!’’
......................
Kantor Manajemen
Krismon tiba di dengan wajah seperti badai. Semua staf langsung menunduk dan berpura-pura sibuk. Mereka tahu hari ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda.
Namun, saat tengah hari tiba, Krismon mulai tidak terkendali. Ia bolak-balik seperti setrikaan, memarahi para staf atas hal-hal kecil.
Ketika seorang staf mencoba menyarankan untuk bersantai, Krismon malah semakin menjadi.
‘’Santai? Kau bilang aku santai?! Aku orang yang paling sibuk di sini dan kau bilang aku santai?!’’
‘’Tidak ada yang bilang be—‘’
‘’Diam! Kembalilah bekerja atau aku akan memecatmu!’’ kesal Krismon berlalu pergi.
......................
Di perjalanan pulang, Krismon tidak berhenti mengomel meski ia sendirian di dalam mobil. Tangannya memukul-mukul setir sambil bicara pada dirinya sendiri.
‘’Satu minggu lagi kontrak drama baru dimulai. Kalau dia tidak muncul, aku yang akan dimarahi! Apa dia pikir menjadi manajer itu cuma soal membayar kopi dan berdiri di belakang kamera?!’’
Ia membelokkan mobil dengan kasar, menyebabkan klakson dari mobil lain berbunyi. ‘’Ya, ya, aku salah belok. Apa lagi yang bisa salah hari ini?!’’
Krismon melirik foto Peat yang tergantung di gantungan kunci di mobilnya. Ia menunjuknya dengan penuh emosi. ‘’Kau tahu apa yang lebih buruk dari artis yang hilang? Artis yang menolak dijemput! Kalau kau tidak ingin kariermu hancur, Peat, pulanglah sekarang juga!’’
Saat berhenti di lampu merah, Krismon melemparkan tangannya ke udara dengan dramatis. ‘’Kenapa dunia ini begitu luas?! Kenapa tidak ada tombol 'Cari Peat seperti di ponsel?! Atau setidaknya ada layanan 'Temukan Artismu'! Harusnya ada inovasi seperti itu di zaman sekarang!’’
Sopir mobil di sebelahnya menatap aneh.
‘’Ayah, sepertinya kakak yang satu itu butuh ke rumah sakit,’’ kata anak berusia 5 tahun.
‘’Ush, tidak baik berkata seperti itu.’
......................
Krismon masuk ke rumah dengan wajah lelah tetapi tidak kalah dramatis. Ia membanting tasnya ke sofa dan menghempaskan tubuhnya.
Dalam keheningan, ia bergumam pelan.‘’Peat... aku hanya ingin kau kembali. Bukan untukku, tapi untuk dunia hiburan... ya, juga untukku. Aku akan gila kalau ini terus berlanjut.’’
Ia lalu memutuskan untuk menonton ulang drama terakhir Peat untuk mencari petunjuk. Alih-alih menemukan sesuatu, Krismon malah menangis karena plot sedihnya.
Sambil menangis, ia berkata, ‘’Kenapa semua aktor harus dramatis? Bahkan dalam drama mereka lebih gampang ketemu cinta sejati daripada aku menemukan Peat di dunia nyata!’’
Krismon akhirnya tertidur di sofa, tetapi senyumnya yang kecil tetap terukir. Di balik semua dramanya, satu hal jelas, ia peduli pada Peat lebih dari yang ia akui.