Pasti ada asap, makanya ada api. Tidak mungkin seseorang dengan tiba-tiba membenci jika tidak ada sebab.
Itu yang di alami Adara gadis 25 tahun yang mendapatkan kebencian dari William laki-laki berusia 30 tahun.
Hanya karena sakit hati. Pria yang dulu mencintainya yang sekarang berubah menjadi membencinya.
Pria yang dulu sangat melindunginya dan sekarang tidak peduli padanya.
Adara harus menerima nasibnya mendapatkan kebencian dari seorang yang pernah mencintainya.
Kehidupan Adara semakin hancur dikala mereka berdua terikat pernikahan yang dijalankan secara terpaksa. William semakin membencinya dan menjadikan pernikahan itu sebagai neraka sesungguhnya.
Mari kita lihat dalam novel terbaru saya.
Apakah 2 orang yang saling mencintai dan kemudian berubah menjadi benci. Lalu benci itu bisa kembali berubah?
Terus di ikuti dalam Novel ini. Jangan lupa like, koment dan subscribe.
Follo Ig saya.
ainunharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Di beri kesempatan.
"Nona Adara!" tegur Bi Asih yang menghampiri Adara.
"Iya. Bi," jawab Bi Asih.
"Apa kita harus sudah pulang?" tanya Adara.
"Bukan Nona. Nyonya Ambar ingin bicara," jawab Bi Asih yang memberikan ponsel kepada Adara. Wajah Adara sedikit kaget yang tiba-tiba saja mendapatkan telepon dari Ambar.
Adara dengan ragu yang langsung mengambil ponsel tersebut.
"Nando kamu sebentar di sini ya. Kakak mau mengangkat telepon dulu," ucap Adara.
"Baik kak!" sahut Nando yang tidak masalah sama sekali.
Adara yang langsung berdiri dari tempat duduknya yang mencari tempat sedikit tenang untuk berbicara dengan Ambar.
"Adara. Bi Asih sudah menyampaikan keluhan kamu. Tetapi saya tetap tidak bisa menuruti permintaan kamu Adara," ucap Ambar.
"Nek! tapi sampai kapan Adara harus tersiksa dalam pernikahan seperti ini. Dia membawa wanita lain ke rumah, tinggal 1 kamar dan memperlakukan Adara dengan sangat tidak baik," ucap Adara meneteskan air mata yang memang sudah tidak bisa menyembunyikan apa-apa lagi.
Akhirnya Adara meminta pada Bi Asih untuk mengatakan semuanya kepada Nenek.
"Adara mohon belas kasihan dari Nenek. Tolong keluarkan Adara dari tempat itu. Adara benar-benar tidak sanggup melanjutkan semua ini. Adara tahu Nenek sudah membantu pengobatan ibu. Adara akan berusaha untuk mengganti uang Nenek," ucap Adara.
"Adara saya mengerti dengan apa yang kamu rasakan. Kamu coba pikirkan ini baik-baik lagi. Anggaplah saya tidak meminta ganti rugi atas uang yang sudah saya keluarkan kepada kamu dan juga keluarga kamu dengan segala pengobatan dan yang lain-lain. Tapi kamu harus tahu jika ibu kamu masih membutuhkan pengobatan dan belum sadar sampai saat ini. Kamu bukankah juga masih tetap membutuhkan uang dan juga tempat yang layak untuk ibu kamu," ucap Nenek.
Adara hanya menangis yang benar-benar tidak mempunyai pilihan apa-apa.
"Saya tidak kejam Adara. Saya hanya ingin kamu bertahan sedikit lagi. Percayalah semuanya akan kembali seperti semula. Hanya kamu yang bisa mengendalikan William," ucap Ambar.
"Nenek salah. Saya sama sekali tidak bisa mengendalikan William. Dia tetap seorang William yang sekarang sudah berubah dan bukan William yang dulu lagi. Dia sangat membenci saya. Tidak ada yang Nenek harapkan dari saya. Dia tidak akan kembali seperti William yang dulu," ucap Adara dengan yakin
"Tapi saya percaya kamu bisa bertahan," ucap Ambar.
"Sampai kapan dan Bagaimana jika tidak juga?" tanya Adara yang sudah putus asa.
"Adara beri saya kesempatan satu kali lagi. Sampai ibu kamu benar-benar sembuh dan ketika ibu kamu sudah sembuh. Kamu sudah tidak membutuhkan biaya apapun lagi dan jika William tidak berubah juga dan tetap seperti ini. Kamu boleh mengambil pilihan untuk pergi," ucap Eyang.
Dari janji yang diucapkan sebenarnya dia sangat menyayangi Adara dan pasti sangat peduli dengan keluarga Adara. Karena jika saat ini dia membiarkan Adara untuk pergi. Maka tidak akan ada biaya yang mengobati ibu Adara.
"Saya yang memohon kepada kamu untuk bertahan sedikit lagi. Kamu harus percaya jika ibu kamu bisa sembuh dan kamu harus percaya jika William bisa kembali seperti dulu," ucap Nenek.
Adara tidak menjawab lagi dan mungkin sekarang fokusnya hanya kepada ibunya agar bisa keluar dari semua ini.
"Kamu jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja. Eyang melakukan semua ini demi kebaikan kamu. Percayalah!" ucap Eyang.
Tut-tut-tut-tut-tut-.
Panggilan telepon itu yang langsung berakhir yang ternyata permintaan Adara tidak dikabulkan, tetapi ada syarat yang bisa membuat dia untuk pergi dari tempat itu.
"Bu. Ibu harus cepat sembuh. Agar Adara bisa keluar dari semua ini," batinnya yang menurunkan ponselnya secara perlahan.
Adara menangis terisak-isak dengan menutup wajah menggunakan kedua tangan. Dia hanya kembali meratapi nasibnya.
***
Setelah selesai dari rumah sakit yang ternyata memang cukup lama berada di sana dan bahkan Adara pulang sampai malam.
Adara yang tiba-tiba menghentikan langkahnya dengan memegang kepalanya.
"Nona baik-baik saja?" tanya Bi asih melihat wajah Adara yang begitu pucat.
"Aku hanya sedikit pusing saja," jawab Adara.
"Nona Adara pasti terlalu lelah! Bibi akan buatkan minuman," ucap Bi Asih.
Adara menganggukkan kepala dan Bi asih langsung pergi ke dapur.
"Hebat sekali kamu yah. Pergi pagi dan sekarang baru pulang. Kamu pikir ini rumah nenek moyang kamu hah! Yang bisa sesuka hati kamu keluar masuk yang tidak tahu waktu untuk pulang!" ucap Katy yang tiba-tiba saja sudah muncul di hadapannya.
Adara membuang nafas perlahan ke depan dan langsung berlalu dari hadapan Katy yang tidak ingin mendengar wanita itu protes. Tetapi Katy langsung mendorong bahu Adara dan hampir saja membuat Adara jatuh.
"Kau bener-bener wanita yang tidak punya sopan santun. Aku belum selesai berbicara dan kau sudah mau pergi begitu saja. Apa kau ingin aku melaporkan semua kepada William tentang apa yang sudah kau lakukan hah!" ancam Katy.
"Aku pergi bersama Bi Asih. Bukankah tadi kau sudah mendengar dari Bi Asih. Jika dia sudah meminta izin kepada William dan sekarang kenapa kau harus protes. Kau sama sekali tidak punya hak untuk protes," tegas Adara.
"Berani sekali kau berbicara seperti itu kepadaku. William sudah memberi pesan kepadaku jika aku harus mengawasimu!" tegas Katy.
"Untuk apa kau mengawasiku di rumahku sendiri," sahut Adara.
"Apa katamu hah! Rumahmu. Eh kau jangan bermimpi jika ini adalah rumahmu. Apa aku harus bolak-balik menyadarkan wanita seperti mu hah! untuk sadar diri!" tegas Katy.
"Bukan aku yang harus sadar diri tetapi kamu. Kamu sama sekali bukan siapa-siapa. Kamu hanya menumpang di rumah ini," ucap Adara dengan sangat berani yang membuat mata Katy melotot yang tidak percaya jika Adara bicara seperti itu.
"Apa katamu!" Katy yang langsung panas dan mendorong Adara dan kali ini Adara tidak bisa menahan keseimbangan yang membuatnya terduduk di lantai.
"Nona Adara!" Untung saja Bi Asih cepat-cepat dari dapur dan melihat keadaan Adara yang seperti itu.
"Nona tidak apa-apa?" tanya Bi asih yang membantu Adara untuk berdiri. Adara hanya menggelengkan kepala.
"Apa yang Anda lakukan?" tanya Bi asih yang berhadapan dengan Katy.
"Dia sangat kurang ajar kepadaku!" jawab Katy.
"Saya sama sekali tidak percaya itu dan bukankah selama ini Anda yang selalu kurang ajar di rumah ini," ucap Bi Asih.
"Sekarang kau menyalahkanku. Aku akan telepon William dan mengatakan semuanya. Walau William sangat menghormatimu tetapi ketika dia mendengar aduanku dan aku berhasil mempengaruhinya. Maka kau juga bisa diusir dari rumah ini!" tegas Katy memberikan ancaman dan langsung mengambil ponselnya.
Dia benar-benar hendak ingin mengadukan semua kepada William tetapi belum sempat menelpon William tiba-tiba saja ponsel itu diambil Bi asih betapa terkejutnya Katy saat Bi Asih membanting ponsel itu ke lantai yang membuat Adara juga kaget.
Katy tidak percaya jika seorang pembantu bisa melakukan hal seperti itu. Mata Katy yang masih melihat ponsel yang dapat di pastikan rusak. Amarah di wajah Katy yang terlihat jelas yang pasti sudah tidak bisa menerima apa yang terjadi.
"Kau..." ucapnya dengan suara serak menatap tajam Bi Asih.
Bersambung.......