Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semoga aku diterima!
Malam harinya, setelah menidurkan Zeline. Naina pun mengeluarkan laptopnya dari dalam lemari berniat untuk mencari lowongan pekerjaan. Setelah mengambil laptop, Naina pun berjalan menuju meja belajarnya saat kuliah dulu.
Untung saja saat malam itu Zeline tidak suka terbangun seperti biasanya sehingga Naina bisa fokus mencari beberapa sumber untuk lowongan pekerjaan yang bisa ia masukkan besok hari.
"Perusahaan Alexander?" Gumam Naina menyebut nama perusahaan yang seperti tidak asing di telinganya. "Baiklah besok aku akan mengantarkan lamaran ke sana!" Gumam Naina begitu bersemangat saat mengetahui ada lowongan menjadi staff di bagian divisi Humas di perusahaan Alexander. Setelah mendapatkan beberapa rekomendasi lowongan pekerjaan, Naina pun menutup laptopnya.
"Sebaiknya aku segera tidur agar besok pagi tidak terlambat memasukkan lamaran pekerjaan!" Ucap Naina. Naina pun segera bergabung bersama Zeline di atas tempat tidur menyusul Zeline menjelajahi alam mimpinya.
*
"Kakak jadi mau pergi antar lamaran pekerjaan pagi ini?" Tanya Amara melihat penampilan Naina yang sudah rapi saat baru saja keluar dari dalam kamarnya bersamaan dengan Naina.
"Ya. Kakak ingin mengantarkan lamaran ke beberapa perusahaan pagi ini." Terang Naina.
Amara mengangguk paham. "Zel belum bangun, Kak?" Tanyanya lagi saat tidak melihat keberadaan ponakannya.
"Belum... Masih betah banget tidurnya itu." Balas Naina tersenyum.
"Naina... Amara... Ayo makan dulu..." Panggil Ibu dengan sedikit pelan dari arah dapur.
"Iya, Bu." Sahut Amara dan Naina hampir bersamaan.
Amara dan Naina pun berjalan menuju meja makan untuk sarapan.
"Nai titip Zeline ya, Bu. Kayanya masih betah tidur." Ucap Naina setelah selesai menghabiskan sarapannya.
"Iya... Kamu tenang saja, Nai... Semoga hari ini perjuangan kamu membuahkan hasil ya, Nak..." Ucap Ibu tulus.
Naina mengangguk dan mengaminkan ucapan Ibu.
Dengan mengendarai motornya, pagi itu Naina pun berangkat menuju perusahaan Alexander.
"Ternyata perusahaannya besar juga." Gumam Naina menganggumi penampakan gedung menjulang tinggi di depannya. Saat berada di dalam lobby, Naina pun terhenyak saat mengetahui jika perusahaan Alexander termasuk kedalam sepuluh perusahaan terbesar di negaranya.
"Ada yang bisa kami bantu, Nona?" Tanya salah satu resepsionis saat Naina menghampiri meja kerjanya.
"Ya. Saya ingin mengajukan lamaran pekerjaan di perusahaan ini, Mbak." Balas Naina.
"Kalau begitu langsung ke bagian HRD saja, Nona." Resepsionis pun memberitahukan dimana letaknya ruangan HRD perusahaan.
"Baiklah, Terimakasih. Kalau begitu saya permisi dulu, Mbak." Pamit Naina.
Resepsionis itu pun mengangguk. "Sama-sama, Nona."
Naina pun beranjak menuju lift untuk menuju ruangan HRD.
"Ternyata cukup banyak juga yang mau melamar pekerjaan di sini." Gumam Naina saat melihat banyaknya pencari kerja seperti dirinya yang menenteng lamaran pekerjaan di tangannya.
Di luar dugaan Naina, ternyata hari itu bukan saja untuk mengajukan lamaran pekerjaan di perusahaan itu melainkan juga langsung melakukan interview lamaran. Dengan mengandalkan segenap kemampuannya akhirnya interview hari itu pun berjalan lancar.
"Ditunggu kabar selanjutnya ya, Nona. Jika dalam delapan jam kedepan anda mendapatkan email dari perusahaan kami, maka besok Nona bisa datang kembali ke perusahaan ini." Tutur staff HRD yang mewawancarai Naina.
Naina mengangguk paham. Kemudian beranjak dari ruangan.
"Semoga saja aku dapat diterima di perusahaan ini. Apapun bagiannya tidak masalah. Yang terpenting aku bisa bekerja dan menghidupi kebutahan putri kecilku." Senyuman Naina pun nampak terbit saat mengingat putri kecilnya di rumah.
***
Semakin kencang komennya... Votenyaa... Dan likenya... Maka author akan semakin rajin upnya☺ Sebagai bentuk dukungan atas karya author yang baru.
sini tak bikin pusing beneran....
Aku getok kepala mu pake palu gada.. hhuuhhh....
DASAR KUDANIL
tan tadi tatanya beli boneta telinci.. tok tetalang dadi boneta bel uang? 🤣🤣🤣