Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 26 Rahasia Masa Lalu
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (26)
"Kapan nambah momongan? Biar Ical ada temannya." Pertanyaan biasa namun membuat Salma tak nyaman.
" Belum. Semoga segera." Salma mencoba tersenyum. Ia harus mulai terbiasa dengan pertanyaan seperti ini.
" Hampir dua tahun menikah, belum hamil juga?," tanya seseorang yang menghampiri mereka.
Deg
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Seorang wanita berjalan dari arah belakang Puri. Dengan senyuman sinis menghampiri Rama sekeluarga.
Kalau aku tahu dia akan ada di sini, aku tidak akan mau datang. Mungkin ini yang membuatku malas datang.Batin Rama
Rama hanya menatap datar wanita itu. Ia lupa bahwa Dewi dan Puri cukup dekat saat ia dan Dewi masih menjadi suami istri.
" Apa jangan-jangan ada masalah dengan rahimmu?," ejeknya.
Salma hanya mencoba memasang senyum terbaiknya. Orang seperti Dewi tidak boleh di lawan dengan emosi.
" Tidak. Alhamdulillah semua baik. Hanya memang belum saja." jawab Salma setenang mungkin.
" Aku pikir ini acara keluarga. Tapi, ternyata bukan ya?" Rama mengerutkan keningnya.
" Ini memang acara keluarga." timpal Puri.
" Benarkah? Tapi, aku melihat ada ORANG LAIN disini," tatapan tajam Rama melihat ke arah sang mantan. Menekan kalinat terakhirnya.
Jlebb
Dewi yang paham siapa orang yang di maksud, hanya diam.
Rama masih ingat, apa saja yang Dewi kirimkan pada istrinya untuk memprovokasi Salma agar hubungan keduanya renggang. Dan di malam kejadian pun, sedikit-banyak Dewi pun ambil bagian dalam hilangnya buah hati mereka.
" Aku khusus mengundangnya. Dia juga kan bukan orang lain. Dia ibu kandung Ical." bela Puri.
" Hanya ibu kandung Ical. Tapi, sudah jadi mantan istriku. Yang artinya dia tidak punya hubungan apa-apa dengan keluarga ini. Selain hubungannya dengan Ical."
" Mas .." Salma menyentuh lengan Rama. Ia merasa situasinya semakin tidak kondusif. Tidak ingin acara keluarga ini menjadi tidak nyaman.
Rama menoleh ke arah Salma dan tersenyum.
" Sudah. Hmm,"
Rama menghembuskan nafasnya. Ia pun tak lagi bicara dan langsung berbalik untuk mencari tempat duduk yang jauh dari mereka. Mencoba meredam emosinya.
" Kenapa marah?," seru seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba sudah ada di antara mereka. " Apa yang di katakan Dewi kan benar,"
Rama kembali membalikkan badannya melihat ke arah orang itu yang tidak lain adalah ibunda Puri.
" Mungkin ada masalah dengan istrimu. Kalau kamu mungkin tidak bermasalah buktinya ada Ical. Bahkan saat dengan Dewi saja dua bulan menikah sudah ada Ical di dalam rahim Dewi."
Deg
Salma hanya menundukkan kepalanya. Masalah untuk menunda kehamilan selama satu tahun memang tidak ada yang tahu. Hanya ia dan suaminya saja.
Masalah keguguran pun sama. Apalagi saat ada keluarga Rama dari pihak Ibu Marisa datang, mereka tidak mengungkit masalah keguguran. Jadi, tidak banyak yang tahu juga jika Salma pernah mengandung.
" Apa kalian punya masalah dengan menantuku? Kenapa kalian seperti tidak suka dan selalu memojokkannya?," Belum sempat Rama bicara, Bu Marisa sudah menanggapi perkataan adik iparnya.
" Tidak. Hanya heran saja. Bisa jadi dia man..."
" CUKUP, TAN!," bentak Rama mulai emosi.
Mendengar ayahnya berteriak Faisal yang terkejut sekaligus takut karena melihat kemarahan ayahnya, ia pun langsung memeluk kaki bundanya. Semua keluarga yang sudah datang pun melihat ke arah Rama.
Salma langsung mengeluarkan headphone bluetooth dari dalam tasnya dan memakaikannya pada Faisal. Lalu memutar lagu anak-anak islami yang ada di ponselnya.
Rama diam sambil melihat ke arah istri dan anaknya. Setelah melihat Faisal dalam gendongan Salma, Rama kembali bicara.
" Cukup Tante mengurusi masalah keluargaku. Selama ini aku diam karena menghormati Tante yang lebih tua dariku. Tapi, nyatanya diamku malah membuat Tante semakin menjadi.'
Kemarahan Rama bukan hanya perkara satu ini. Tapi, kekesalannya sudah menumpuk sehingga seolah menjadi bom waktu langsung meledak.
" Aku masih ingat, bagaimana Tante memperlakukan ibuku tidak baik hanya karena merasa lebih kaya dari kami. Padahal Tante adalah istri dari adik ibuku, tapi sedikitpun tidak memiliki rasa hormat padanya." Om Bagas, suami dari Tante Indah melihat dengan tatapan tidak percaya ke arah istrinya.
" Tante hanya bersikap baik saat ada Om Bagas saja. Selebihnya, TIDAK."
" Jangan kurang ajar kamu!," bentak Tante Indah.
Melihat suasana sudah tidak kondusif, Salma membawa Faisal ke luar rumah.
" Rama, sudah." pinta Bu Marisa lembut.
" Untuk kali ini, biarkan Rama bicara, Ma. Biarkan Rama merasa berguna sebagai anak Mama" pintanya memohon.
Bu Marisa diam.
" Apa maksud kamu, Rama?," tanya Om Bagas.
" Om tanyakan saja pada istri Om itu."
" Dasar tidak tahu Terimakasih. Apa kamu tidak bisa bersikap hormat pada orang yang lebih tua bahkan sudah membiayai kuliahmu?," tegur Irfan, kakak dari Puri.
" Memang siapa yang membiayai kuliahku?," tanya Rama menantang.
" Tentu saja ayah dan ibuku.'
Rama terkekeh sementara wajah Tante Indah menjadi pias.
" Ibuku yang membayar uang kuliahku tidak ada yang lain. Bahkan aku bekerja sambilan untuk membantu ibu ku. Tanyakan saja pada ibumu, apakah dia membantuku membiayai kuliahku?," ejeknya.
Semua yang hadir diam. Selama ini, yang mereka tahu Tante Indah dan Om Bagas lah yang membantu membiayai kuliah Rama dan kebutuhan ibunya saat mereka berada di posisi terpuruk karena meninggalnya ayah Rama.
Rama tidak peduli pada wajah-wajah yang menampakkan keterkejutan mereka.
" Tolong jangan ikut campur masalah keluarga ku. Sekali lagi aku mendengar kalian mengusikku, ibuku atau istri dan anakku, aku tidak akan tinggal diam." tegasnya.
" Dan kamu, Dewi," Rama menunjuk Dewi dengan telunjuknya. "Jangan kamu pikir aku tidak tahu rahasia besar mengenai Ical. Aku tahu. Aku sudah tahu walaupun terlambat. Namun, sekalipun begitu, itu tidak akan mengubah apapun mengenai status Ical di sisiku."
Rama pergi meninggalkan keluarganya dengan masih memendam amarah di dadanya. Kalau bukan karena ibunya, ia tak pernah ingin bertemu mereka.
" Kak..," Panggil Bagas membuyarkan lamunan Bu Marisa.
" Sebenarnya apa yang kami tidak tahu?," tanya Bagus adik Bu Marisa yang lain.
" Maaf sudah membuat acara keluarga ini menjadi seperti ini. Aku pamit. Assalamu'alaikum."
Bu Marisa pergi mengikuti langkah anaknya tanpa menjawab apapun. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan yang akan membuatnya mengingat masa lalunya.
Apalagi ucapan Rama tadi pasti akan menimbulkan banyak pertanyaan.
Mereka terdiam.
" Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab seorang anak kecil yang sedang asyik memakan kuenya di sudut ruangan, membuat para orang dewasa melihat ke arahnya.
" Kata Bu Guru,kita wajib menjawab salam. Berdosa kalau salam Nenek Marisa tidak di jawab." Celoteh anak laki-laki seusia Faisal.
Mereka pun tersadar saking terkejut dengan apa yang mereka dengar sampai-sampai melupakan untuk menjawab salam Bu Marisa .
" Ada yang ingin kamu jelaskan?," Pak Bagas menatap tajam istrinya.
Sementara itu, Rama mendekati istrinya yang sedang duduk di kursi di bawah pohon di halaman rumah Tante Indah.
" Ayo pulang!," ajak Rama sambil menggendong Faisal dan membawanya ke mobil.
TBC