Keyra Putri Utami adalah nama yang di sematkan oleh kedua orang tuanya, sejak usianya delapan tahun dia mengalami kebutaan karena sebuah kecelakaan yang ikut menewaskan kedua orang tuanya.
Keyra di asuh oleh Paman dan Bibi yang begitu sayang kepadanya, yang menyebabkan kedua puteri Paman dan Bibi nya cemburu kepada Keyra.
Hutang sang Paman yang di lunasi oleh sahabat Pamannya kepada seorang juragan tanah, yang menyebabkan Keyra harus berakhir menikah dengan putera sahabat dari Pamannya sebagai penebus hutang keluarga.
Entah bagaimana nasib Keyra si Gadis Buta yang hanya mengenal satu warna saja dalam hidupnya yaitu Hitam, akankah seseorang mampu mengenalkan warna lain selain Hitam kepada Keyra?
Jika kebahagiaan itu harus di jemput, kenapa harus menunggu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putribulan21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Rumah Dinas
Dewa pun melanjutkan pekerjaannya, meski wajah Keyra terus melintas di hadapannya. Karena Dewa benar benar merindukan istrinya itu.
Setelah jam kerja berakhir, Keyra meregangkan tangannya ke kanan dan ke kiri. Tanpa dia tahu jika Dewa sedang memandang ke arahnya dengan senyum yang begitu indah, membuat semua yang melihatnya benar benar merasa heran.
"Lihat Tuan Langga lagi lihatin si Keyra, serius gue baru lihat dia senyum," ucap Irna.
Mereka mengangguk mengiyakan, sebab selama ini mereka tak pernah melihat Tuannya tersenyum sedikitpun.
"Kayanya julukan Tuan gunung es udah enggak berlaku lagi deh," jawab Inggit.
"Kan esnya juga udah mulai mencair lihat tuh," ungkap Irna.
"Guys gue balik duluan ya!" Pamit Keyra.
"Ti ati di jalan lo Key!" Ungkap Amir.
"Siap bos!"
Lalu Keyra pun berjalan keluar ruangannya, dia berjalan dengan riang sambil sesekali bernyanyi meniti jalanan sore hari.
Tanpa Keyra sadari Dewa mengikutinya dari belakang, dia mengikutinya dari jarak yang lumayan jauh.
Dewa terperanjat ketika dia tahu Keyra tinggal di kamar kontrakkan yang sempit, yang lebih membuatnya kaget Keyra menghampiri seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun lalu menggendongnya sambil melayangkan ciuman bertubi tubi.
Dewa mendekat lalu berusaha menguping pembicaraan mereka, "Dimas anteng kok Bu, dia juga makannya banyak."
"Wahh anak Mama pinter ya," ungkap Keyra.
Mendengar apa yang di katakan oleh Keyra membuat Dewa membulatkan kedua matanya dengan sempurna, dia pun sangat penasaran. Dewa memperhatikan wajah anak kecil yang ada di dalam gendongan Keyra.
Wajahnya sangat mirip dengan wajah Dewa, tak ada satu pun yang terlewat. Benar, itu adalah wajah Dewa ketika dirinya masih balita.
"Anak itu..." lirih Dewa.
"Apa dia anakku?" Dewa masih bertanya tanya.
Akhirnya dia meminta Fahri agar dia segera menghubungi Keyra supaya dia segera pindah ke rumah yang sudah di sediakannya, karena lebih cepat akan lebih baik.
Dewa pun segera kembali ke apartemennya, setelah kejadian penembakkan beberapa tahun lalu, Dewa jadi tak mempercayai keluarganya selain Pamannya yang bernama Ferdi.
Dewa jadi lebih tertutup dan irit bicara, barulah setelah pertemuannya dengan Keyra membuat Dewa bisa kembali tersenyum.
Awalnya sikap dingin Dewa membuat Fahri dan Ferdi khawatir, mereka takut jika Dewa melakukan tindakan konyol seperti bunuh diri karena dirinya terlalu merindukan Keyra.
"Siapa anak itu?" Dewa masih penasaran.
"Mengapa wajahnya sangat mirip denganku?"
"Aku yakin itu pasti anakku!" Dewa sangat yakin kali ini.
Bahkan dia tak sabar menunggu besok, Dewa ingin melihat anaknya, juga memeluknya penuh sayang.
Namun Dewa merasa bingung, apa anaknya akan menerimanya dengan baik? Bahkan kini Dewa jadi memikirkan Keyra, apa jika Keyra tahu dia adalah suaminya apakah Keyra akan kembali menerimanya seperti dulu?
Pertanyaan pertanyaan tersebut membuat Dewa merasa gusar, dia jadi gelisah karena fikiran fikiran buruk itu terus menyerangnya dan memojokkannya.
Dewa segera memejamkan kedua matanya, berusaha agar fikiran buruk itu tak lagi menyerangnya.
Namun bukannya terpejam, Dewa malah merasa tertekan. Lalu dia duduk di ranjangnya dan menyugar rambutnya ke belakang, lalu bangkit dan memilih mengerjakan pekerjaannya, Dewa berharap kantuk segera menyerangnya.
***
Keesokan harinya, Keyra, Dimas dan Dinda juga Ayu pindah ke rumah yang sudah di sediakan oleh Dewa.
Bahkan Dinda tak menyangka akan ikut merasakan tinggal di rumah baru Keyra, dia berdecak kagum melihat penampakan rumah yang begitu mewah dan megah.
Begitu pun dengan Keyra, dia tak berkedip kala melihat pemandangan rumah yang dalam benaknya pun tak pernah dia fikirkan.
"Mengapa rumahnya sebesar ini..." lirih Keyra dengan mata melongo.
"Mbak Keyra enggak salah kan?" tanya Dinda sambil terus menatap ke arah rumah mewah tersebut.
Keyra mengangguk perlahan, dia kembali memeriksa alamat yang di kirimkan oleh Fahri.
Lalu Keyra pun melangkah maju, dia mencoba mencocokkan kuncinya. Jika berhasil, berarti benar dan sebaliknya jika tidak berarti memang bukan itu rumah dinas yang di peruntukkan oleh perusahaan.
Keyra pun memasukkan kunci tersebut, dan setelah di coba rupanya berhasil. Keyra berdebar tak karuan ketika mendapati kebenarannya, dia tak menyangka akan merasakan tinggal di rumah mewah tersebut.
Keyra pun masuk, rupanya di dalamnya sangat luas sekali lengkap dengan isinya membuat dia menganga tak percaya.
Selang satu jam, datanglah Dewa dan Fahri membawa pelayan, juga chef. Mendapat perlakuan istimewa seperti itu, membuat Keyra merasa tak enak hati.
"Tuan apa ini tidak berlebihan?" tanya Keyra.
"Ini belum cukup untuk menebus semua rasa bersalahku..." lirih Dewa.
"Apa masksud anda Tuan?"
"Euh, maksudku kau berhak mendapatkan lebih dari ini mengingat dedikasimu untuk perusahaan begitu luar biasa," ucap Dewa sambil memalingkan pandangannya ke arah lain.
Tiba tiba Dimas berlari, sambil tertawa. Dia main kejar kejaran bersama Ayu, sang pengasuh.
Tubuh mungilnya menabrak tubuh Dewa tanpa sengaja, Dimas pun jatuh terduduk. Pandangan Dewa mengarah kepadanya, Dimas membalasnya dengan senyuman manisnya.
Dewa tertawa melihat tingkah Dimas, bahkan dia memamerkan gigi susunya seperti iklan pasta gigi.
Karena gemas, Dewa pun mengangkat tubuh mungil itu. Tatapan mereka beradu, ada debaran aneh yang Dewa rasakan ketika tubuh mungil itu berada di dalam pangkuannya.
Reflek Dewa menciumi Dimas dengan gemas, membuat Dimas kembali tertawa. "Hai jagoan siapa namamu?"
"Dimas Putra Airlangga!" Dimas menjawab dengan lantang.
Jantung Dewa berdebar kala mendengar nama belakang yang di sematkan oleh Keyra, sudut matanya berair tak bisa menahan haru.
"Ini Ayah sayang, terimakasih sudah hadir di dunia ini!" Dewa berucap dalam hati.
"Anak pintar," hanya itu yang keluar dari mulut Dewa.
Dewa tak membiarkan Dimas lepas dari pelukannya, dia benar benar tak bisa melukiskan rasa bahagia dalam hatinya.
"Semoga nafasmu selalu dalam penjagaan terbaik..." lirih Dewa.
Mendengar apa yag di katakan oleh Dewa, membuat Keyra menoleh ke arahnya lalu tertegun sejenak. Siapa sebenarnya lelaki bertubuh jangkung ini? Mengapa semuanya terasa sama?
Dewa masih asyik menimang Dimas, bahkan sesekali Dewa mengajaknya bercanda.
Keyra tersenyum dia merasa lucu, alih alih Ayah Dimas kembali, Keyra malah menemukan Dewa dalam sosok Langga.
Apakah mereka orang yang sama?
Entahlah, Keyra merasa bingung. Dia bahkan tidak pernah tahu seperti apa wajah Dewa, Keyra hanya hafal suaranya saja. Selain itu Keyra tidak tahu seperti apa sosok suaminya tersebut.
Dan kehadiran Dewa dalam sosok Langga benar benar membuat Keyra bingung, ingin dia bertanya namun sudah pasti Langga tak akan tahu siapa itu Dewa.
Dan semua yang di berikan Langga membuat Keyra tak mengerti, dia merasa Tuannya itu mengistimewakan dirinya sendiri.
Entahlah apakah Keyra akan baik baik saja selama bekerja di perusahaan, mengingat dia adalah karyawan baru yang jadi kesayangannya Tuannya.