Sarah harus menelan pil pahit, suami yang dicintainya malah menggugat cerai. Namun, setelah resmi bercerai Sarah malah dinyatakan hamil.
Kenyataan pahit kembali, saat ia akan mengatakan bahwa dirinya hamil, ia malah melihat mantan suaminya bersama teman wanitanya yang terlihat lebih bahagia. Sampai pada akhirnya, ia mengurngkan niatnya.
Sarah pergi dari kehidupan mantan suaminya. Akankah mantan suaminya itu tahu bahwa dirinya hamil dan telah melahirkan seorang anak?
Ini hanya sekedar hiburan ya, jadi jangan berkomentar tak mengenakan, jika tidak suka skip saja. Hidup itu harus selalu dibawa santai😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
"Berhentilah, jangan seperti ini." Sarah menarik tangan Farhan. "Aku sudah memaafkanmu, Mas. Coba kamu omongin ini dengannya baik-baik, aku tidak tau siapa yang benar dan siapa yang berbohong. Kita berpisah cukup lama," ujar Sarah.
"Aku akan membuktikannya karena aku tidak menyentuhnya," sahut Farhan. "Tunggu aku kembali, Sarah," yakin Farhan.
Sarah menghapus air matanya, ia tidak begitu yakin karena wanita itu telah mengatakan semuanya dari mulai Farhan yang pernah stres. Jika mungkin mantan suaminya tidak merasa, bisa saja dulu saat masih menjadi pasiennya melakukannya.
Terlalu banyak penghalang membuat Sarah berpikir mungkin ini yang dinamakan tidak berjodoh.
"Sudahlah, Mas. Kamu coba saja ikhlas, aku yakin dengan ikhlas kamu bisa bahagia. Jangan terlalu pikirkan Putra, dia pasti bisa mengerti. Hamil atau tidak kamu tetap harus bertanggung jawab."
"Hamil? Celine mengaku hamil padamu? Itu tidak mungkin, Sarah. Selama aku sadar tidak pernah aku menyentuhnya, jangankan itu menciumnya pun aku tidak pernah," jelas Farhan.
"Aku tidak mau pusing memikirkan masalahmu, keadaan Putra seperti ini saja aku sudah sakit." Setelah mengatakan itu Sarah langsung pergi, karena menurutnya ini tidak ada ujungnya.
***
"Ma," ucap Putra.
Tak lama, Farhan pun menyusul dari belakang Sarah. Putra yang tidak tahu apa-apa hanya bisa tersenyum melihat kedua orang tuanya dalam keadaan baik-baik saja.
"Ma, aku ingin pulang. Aku sudah tidak apa-apa," kata Putra yang mulai bosan di rumah sakit. "Aku juga sudah tidak demam." Ucapnya sambil menyentuh keningnya sendiri.
Sarah pun mengecek keadaan anaknya, panasnya memang sudah turun. Tapi ia serahkan semua pada dokter, ia takut terjadi apa-apa lagi jika pulang dengan cepat.
"Nanti Mama coba tanyakan pada dokter dulu ya, apa kamu sudah boleh pulang."
"Papa, kenapa mata Papa merah?" tanya Putra dengan polosnya.
Farhan menyematkan sebuah senyuman tipis. "Ini hanya kelilipan, tak sengaja kena debu," jawabnya berbohong. Karena memang masalahnya dengan Celine belum selesai, ia pun akhirnya pamit dan berpesan kalau Putra sebaiknya dirawat satu hari lagi, wajah anak itu masih terlihat pucat.
"Papa nanti jemput aku ya, aku akan jadi anak baik jika selama Papa menjadi Ayah yang baik untukku," tutur Putra.
"Anak pintar, Papa harus kerja, besok Papa jemput oke?" Kedua lelaki itu adu jotos, setelahnya Farhan mengacak rambut anaknya. "Aku pergi dulu ya, tunggu aku kembali." pamit Farhan pada Sarah.
"Hmm, iya, Mas." Sarah menatap kepergian lelaki itu.
***
Farhan menyusul Celine yang sepertinya sudah pulang ke Jakarta, ia benar-benar harus meluruskannya. Karena ia yakin selama bersamanya tidak pernah sekali pun ia menyentuhnya, termasuk saat sakit. Disaat dirinya sakit selalu dipantau oleh orang suruhan orang tuanya. Sikapnya yang terkadang tidak terkendali dan sering menyakiti diri sendiri.
Sayangnya, Celine gerak cepat dengan keadaannya sekarang. Wanita itu lebih dulu menemui orang tua Farhan, meyakinkan mereka kalau hubungannya sudah terlampau jauh. Sudah dikatakan, ia akan menghalalkan segala cara termasuk membohongi semuanya. Ia terlanjur mengatakan bahwa dirinya sudah tidak suci lagi karena perbuatan Farhan.
Mama Amel sampai shock mendengarnya, ia tak menyangka kalau hubungan anaknya sudah jauh. Namun, ada keraguan dengan pengakuan wanita itu. Ia yakin anaknya tidak seberengsek itu. Batin seorang ibu tidak pernah salah.
"Apa kamu yakin dengan ucapanmu itu, Celine? Kenapa baru sekarang kamu mengatakannya? Ini tidak ada hubungannya dengan Sarah 'kan? Bisa jadi kamu berbuat nekat karena tidak mau kehilangan Farhan?"
"Apa untungnya aku berbohong, Tante? Kejadian itu saat mas Farhan masih sakit, kami sering menghabiskan waktu bersama," jelas Celine tidak ada malunya sama sekali.
"Tunggu sampai Farhan pulang, Tante tidak bisa memutuskan ini sendiri." Amel sendiri merasa beruntung, tidak ada suaminya sekarang membuatnya harus mencari tahu kebenarannya lebih dulu. Sarah menantu yang diinginkannya, jalinan persahabatan antara ia dan ibunya Sarah sangat dekat. Bahkan ia sudah menganggap saudara sendiri. Bagaimana pun sikap Sarah, tidak akan ada yang bisa menggantikannya.
Anaknya sudah sadar, bahwa Farhan tidak bisa hidup tanpa wanita manja itu. Apa lagi sekarang akan adanya Putra di antara mereka, memperkuat bahwa mereka harus bersatu. Dari dulu, Amel tidak begitu yakin dengan ketulusan dokter Celine. Wanita itu memang baik juga pintar, bisa juga pintar berbohong 'kan, pikirnya.
Celine terdiam, mungkin ia tengah mencari alasan untuk memperkuat pengakuannya. Sampai tak berselang lama, Farhan tiba. Ia tidak tahu adanya Celine di rumah orang tuanya, karena ia berniat meluruskan masalah ini dengan orang tuanya terlebih dulu.
"Nah, itu Mas Farhan," kata Celine. Wanita itu masih bisa tersenyum lebar karena ia yakin kalau Farhan tidak akan membatalkan pernikahannya.
"Mas," panggil Celine.
Farhan berusaha bersikap tenang, karena ia tidak boleh meremehkan Celine. Ia harus bisa mendapatkan pengakuan Celine tentang yang dikatakannya pada Sarah itu semua bohong.
"Farhan, coba kamu ke sini. Mama ingin pengakuan yang sejujurnya darimu, masalah ini semakin rumit saja. Sebenarnya Mama tidak ingin ikut campur urusan kalian, tapi berhubung Celine mengadu tentang kamu yang membahas soal Sarah dan anakmu terpaksa Mama ikut meluruskannya juga," jelas mama Amel.
"Ayolah, Mas. Pernikahan kita tinggal menghitung hari, kamu jangan lari dari tanggung jawab. Aku faham dengan masalahmu, aku juga mengerti. Tapi aku menerima kehadiran anakmu juga, Mas. Aku tidak apa-apa, karena pria yang bersamaku saat ini memang sudah menikah sebelumnya. Kamu juga tidak tau dengan keberadaannya 'kan?"
"Sarah yang tidak jujur padamu, jadi bukan salahmu jika akhirnya kamu memiliki seorang wanita yang akan dijadikan istri. Kamu juga tidak bisa meninggalkanku begitu saja, kita sudah ..."
"Sudah apa, Celine? Kapan aku menyentuhmu, kapan kita melakukannya? Kamu jangan ngada-ngada dan buat keadaan semakin panas, aku sedang berusaha memperbaiki diri. Kamu tau dari dulu kalau aku mencintai Sarah, tapi kamu bilang dan mau menemaniku dalam keadaan apa pun. Jika suatu saat terjadi sesuatu, kamu rela merelakanku. Kamu juga bilang, jodoh siapa yang tau?"
"Tutur katamu saat itu manis sekali, sebelum aku mengiyakan rencana pernikahan kita.Tapi kenapa sekarang malah seperti ini? Kamu menyudutkanku seakan-akan aku yang salah apa lagi dengan pengakuanmu yang sedang hamil?!"
"Hamil?" Mama Amel sangat terkejut.
"Aku kira kamu bakal melupakannya, Mas. Aku hanya minta pertanggung jawaban darimu, apa kamu akan melakukan yang sama terhadapku? Membuangku seperti kamu membuang mantan istrimu?"
"Tapi kapan aku melakukannya?"
"Disaat kamu masih sakit, mungkin kamu tidak sadar." Dalam hati, Celine yakin kalau mereka akan percaya dengan pengakuan palsunya. Semoga, dengan begini rencananya berhasil.
...----------------...
Selagi nunggu aku update, kalian bisa mampir di karya temanku juga.
Karya : Naviza
Judul : Eternal Enemy