S 2. "Partner"
Kisah lanjutan dari Novel "Partner"
Alangka baiknya membaca Novel tersebut di atas, sebelum membaca novel ini. Agar bisa mengikuti kisah lanjutannya.
Bagian lanjutan ini mengisahkan Bu Dinna dan kedua anaknya yang sedang ditahan di kantor polisi akibat tindak kejahatan yang dilakukan kepada Alm. Pak Johan. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk lolos diri dari jerat hukum. Semua taktik licik dan kotor digunakan untuk melaksanakan rencana mereka.
Rencana jahat bisa menjadi badai yang menghancurkan kehidupan seseorang. Tapi tidak bagi orang yang teguh, kokoh dan kuat di dalam Tuhan.
¤ Apakah Bu Dinna atau kedua anaknya menjadi badai?
¤ Apakah mereka bisa meloloskan diri dari jerat hukum?
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Menghempaskan Badai"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03. MB 3
...~•Happy Reading•~...
Pertanyaan penyidik Bram membuat Petugas Raka memikirkan dan mengingat lagi apa yang dilakukan oleh Bu Dinna dan kedua anaknya sejak, ditahan di rumah Pak Johan.
"Secara dekat, iya, Pak. Tapi di mobil mereka berusaha berkomunikasi, tapi dipisahkan oleh petugas." Petugas Raka menjelaskan lagi, mengingat teguran polwan dalam mobil dan memisahkan mereka.
"Baik. Segera periksa dan cari data tentang sang ibu sebelum menikah dengan Pak Johan." Perintah penyidik Bram, memulai penyelidikan.
"Apakah mantan suaminya masih hidup dan apakah kedua anaknya itu satu bapak. Kita akan menggali mulai dari sana." Penyidik Bram mau mengetahui latarbelakang Bu Dinna, agar lebih mengenal karakter tersangka, mengingat dua kasus yang dituduhkan kepada mereka.
^^^Penyidik Bram tidak mau kecolongan, kejahatan yang dilakukan oleh keluarga. Pikirnya, jangan sampai ini adalah perilaku kambuhan dan pernah lakukan diwaktu yang lalu. Sekarang diulang lagi, karena pernah lolos dengan mudah di kejahatan sebelumnya.^^^
"Siap, Pak. Laksanakan." Petugas Raka sigap dan hormat.
"Besok kita langsung lakukan BAP secara terpisah. Saya akan siapkan pertanyaan buat kedua anaknya untuk kalian eksekusi. Sedangkan ibunya saya sendiri yang tangani." Penyidik Bram langsung menyusun rencana di kepalanya.
"Kita akan lihat drama yang akan mereka mainkan, dan kita sutradaranya." Penyidik Bram langsung mengatur strategi untuk memeriksa Bu Dinna dan kedua anaknya, sebab sebelum mereka dibawa oleh petugas ke sel tahanan, penyidik Bram melihat gerakan mata Bu Dinna kepada kedua anaknya.
^^^Penyidik Bram juga melihat anggukan pelan dari kedua anaknya dan terlihat gerakan bahu Bu Dinna yang mengisyaratkan sedikit lega setelah melihat anggukan anak-anaknya.^^^
"Siap, Pak. Laksanakan." Petugas Raka makin bersemangat, karena dipercayakan akan terjun langsung untuk memeriksa tersangka.
"Pak, saya mau laporkan juga, mengenai anak tertuanya. Ini yang saya lihat dari gerak-geriknya. Tadi dia sangat takut kepada pacar anak kandung Pak Johan yang menerima warisan. Menurut pengamatan saya, sepertinya mereka saling kenal, karna sebelum ditahan, dia tiba-tiba mau mendekati pria itu." Petugas Raka menceritakan kejadian janggal menurut pantauannya saat kakak Gina mau mendekati Andreas.
"Jadi pacar anak Alm Pak Johan ada hadir dalam acara pembacaan warisan?" Alis Penyidik Bram bertaut saat mendengar laporan petugas Raka.
'Mengapa seorang pacar bisa ikut dalam acara pembacaan surat wasiat keluarga.' Penyidik Bram ingin tahu, mereka sudah sedekat apa, sampai pengacara Darma mengijinkan pacarnya ikut hadir.
"Iya dan tidak, Pak. Maksud saya, saat pembacaan warisan harta, dia tidak ikut. Tapi sebelum pembacaan warisan kasus kriminal, pacarnya meminta dia masuk istrirahat dan dia menggantikan bersama pengacaranya."
"Menarik. Jadi anak Alm sudah siapkan pengacara sendiri?" Penyidik Bram makin tertarik dengan apa yang dilaporkan petugas Raka.
"Sepertinya, bukan anak Alm Pak Johan yang siapkan, tapi pacarnya, Pak. Itu bisa terlihat saat pengacara Darma bertanya, apa Nona Ophelia sudah punya pengacara? Sebelum dia menjawab, pacarnya yang dari ruangan lain langsung menjawab..." Petugas Raka menjelaskan yang terjadi.
'Menarik. Pacar anaknya sudah mengantisipasi situasi. Apa pengacara Darma sudah kasih bocoran, atau pacarnya hanya menyiapkan, karena berpikir mungkin akan dibutuhkan.' Penyidik Bram berpikir.
"Makin menarik. Kalau begitu, kita pasti akan bertemu dengan pengacara Darma atau pengacara anaknya." Penyidik Bram yakin dan ingin tahu tentang siapa pacar anak Pak Johan. Apakah ini bagian dari pemain drama keluarga yang mau mengakali penerima warisan atau bentuk kepedulian dari kasih sayang yang tulus.
"Menurut pengamatan saya, pacar Nona Ophelia sangat tidak suka, bahkan seperti marah kepada anak-anak tiri Pak Johan. Jadi dia minta pengacaranya terus dampingi kasus yang dituntut oleh Alm Pak Johan. Mungkin besok mereka akan datang ke sini untuk mewakili client mereka.
"Baik. Segera lengkapi data tersangka, besok kita lakukan pemeriksaan. Tanyakan tersangka sudah punya pengacara atau belum. Kalau mereka tidak bisa membayar pengacara, negara akan siapkan." Penyidik Bram memberikan instruksi untuk persiapan pemeriksaan.
...~°°°~...
Keesokan harinya, Bu Dinna dan kedua anaknya diperiksa secara marthon oleh penyidik di ruangan yang berbeda.
Penyidik Bram langsung menangani pemeriksaan Bu Dinna di ruang interogasi. "Selamat pagi, Pak. Bapak yang akan memeriksa saya?" Tanya Bu Dinna sok akrab, saat petugas masuk ke ruang interogasi.
"Bukan, Bu. Pimpinan saya yang akan memeriksa anda." Petugas menjawab sambil menyiapkan perlengkapan untuk membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
"Oh, saya kira ...." Bu Dinna tidak meneruskan ucapannya, karena pintu ruang interogasi dibuka. Petugas segera berdiri dengan sikap sigap dan memberi hormat kepada penyidik Bram yang masuk. Bu Dinna yang sedang duduk langsung berdiri dan tertegun melihat penyidik Bram masuk ke ruang interogasi dengan penampilan yang berbeda.
"Ini pimpinan anda?" Bu Dinna tanya dengan suara pelan dan ragu-ragu, sebab mulai ingat kepada petugas yang dimarahinya tadi malam.
"Iya, Bu. Jangan salfok. Silahkan duduk." Petugas mengingatkan, sebab sudah terbiasa dengan reaksi orang yang melihat pimpinannya. Selain tampan, juga gagah. Apa lagi di pagi hari, belum lelah bekerja.
"Pak, pantesnya jadi aktor. Sayang banget..." Bu Dinna tidak meneruskan ucapannya, saat penyidik Bram melihatnya dengan tatapan tajam. "Sayang penjahatnya? Silahkan duduk." Penyidik Bram mempersilahkan Bu Dinna duduk di depannya.
Bu Dinna (BD) : "Pak, saya sendiri yang diperiksa?" Bu Dinna menjawab, tapi mengalihkan ke hal yang lain.
Penyidik Bram (PB) : "Ibu mau diperiksa dengan artis siapa?" Penyidik Bram menjawab dengan balik bertanya.
BD : "Saya kira sekalian dengan anak-anak saya."
PB : "Nanti, ada waktunya." Jawab penyidik Bram sambil memberikan isyarat kepada petugas yang mendampinginya.
BD : "Kami tidak bersalah, Pak." Bu Dinna coba membela dirinya dan anak-anak.
PB : "Simpan dan konsultasikan dengan pengacara anda."
BD : "Saya tidak punya pengacara. Makan saja susah, apa lagi mau bayar pengacara." Bu Dinna menggerutu, kesal dan mencari simpati.
PB : "Kalau anda tidak mampu menyediakan pengacara, Negara akan berikan pengacara untuk mendampingi anda. Sebutkan nama..." Penyidik Bram langsung lakukan pemeriksaan, saat melihat tersangka mulai mengacau.
BD : "Dinna Thurana." Sontak penyidik Bram melihat Bu Dinna yang menyebut nama belakang Pak Johan dengan lancar, tanpa rasa bersalah.
PB : "Alasan anda menikah dengan Alm Pak Johan Thurana." Penyidik Bram bertanya setelah petugas sudah siap.
BD : "Saya mencintainya, makanya mau menikah dengannya."
PB : "Tapi anda berada di sini, karena berencana untuk membunuhnya."
BD : "Saya tidak berencana membunuhnya. Mana ada istri yang mau membunuh suaminya? Saat itu saya hanya spontan karna marah padanya."
PB : "Spontan karna marah? Lakukan bertahap dan berkali-kali, itu spontan?" Penyidik Bram sudah melihat rekaman cctv yang diberikan pengacara Darma, jadi sudah tahu yang terjadi.
BD : "Saya hanya melakukannya sekali. Enak saja bilang berkali-kali." Bu Dinna mulai kesal mendengar pertanyaan penyidik Bram.
PB : "Anda lakukan hanya sekali? Kami akan cross check dengan bukti cctv." Bu Dinna terkejut mendengar cctv. Namun terlambat, reaksinya sudah menjadi perhatian dan dicatat oleh penyidik Bram.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...