Pasti ada asap, makanya ada api. Tidak mungkin seseorang dengan tiba-tiba membenci jika tidak ada sebab.
Itu yang di alami Adara gadis 25 tahun yang mendapatkan kebencian dari William laki-laki berusia 30 tahun.
Hanya karena sakit hati. Pria yang dulu mencintainya yang sekarang berubah menjadi membencinya.
Pria yang dulu sangat melindunginya dan sekarang tidak peduli padanya.
Adara harus menerima nasibnya mendapatkan kebencian dari seorang yang pernah mencintainya.
Kehidupan Adara semakin hancur dikala mereka berdua terikat pernikahan yang dijalankan secara terpaksa. William semakin membencinya dan menjadikan pernikahan itu sebagai neraka sesungguhnya.
Mari kita lihat dalam novel terbaru saya.
Apakah 2 orang yang saling mencintai dan kemudian berubah menjadi benci. Lalu benci itu bisa kembali berubah?
Terus di ikuti dalam Novel ini. Jangan lupa like, koment dan subscribe.
Follo Ig saya.
ainunharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 Kelakukan William.
"Dia selalu saja menuduhku dengan semauku," batin Adara.
"Tapi okelah! jika kau tidak melakukan hal ini, maka aku tidak akan bisa memberimu pelajaran. Tadinya aku melupakan semua pengkhianatan kepadaku. Aku tidak mau tahu dan aku menganggap jika berhubungan denganmu adalah hal yang paling sial dalam hidupku. Tetapi kau sangat berani masuk ke dalam hidupku. Jadi balasan yang kau dapatkan harus setimpal mau di masa lalu dan juga saat ini!" tegas William dengan penuh penekanan.
Adara hanya diam saja, terserah apapun yang dikatakan William, dirinya sudah ikhlas yang sekarang terjebak di antara kebencian pria itu sekarang berlalu dari hadapannya.
Adara menghela nafas perlahan ke depan yang berusaha untuk menenangkan diri.
"Nona!" tegur pelayan yang menghampiri Adara.
"Bi Asih!" sahut Adara.
Wanita paruh baya itu yang pakaiannya berbeda dari pelayan yang lain adalah kepala pelayan yang mengurus semua keperluan rumah dari yang terkecil dan yang terbesar dan juga mengurus seluruh pelayan di rumah itu. Dia orang kepercayaan William dan juga Nenek.
"Mari kekamar! Nona harus beristirahat!" ucap Bi. Asih.
Adara menganggukan kepala dan mengikuti wanita itu. Sampai akhirnya mereka berdua memasuki kamar. Kamar utama yang disiapkan sebagai kamar pengantin untuk pasangan suami istri itu. Itu bukan kamar William, lagi-lagi William meminta untuk tidak ada yang menyentuh kamarnya atau membuat apapun di dalam kamarnya.
Bi Asih menuruti hal itu dan menyiapkan kamar pengantin di tempat lain. Kamar yang tidak kalah jauh dari kamar William yang begitu sangat luas. Seperti kamar pengantin pada umumnya. Kamar yang terlihat rapi dengan sprei berwarna putih, di atas sprei tersebut terdapat kelopak mawar yang dibentuk menjadi love dan juga terlihat dua handuk putih yang didesain menjadi dua angsa yang saling berhadapan.
Aroma kamar tersebut begitu sejuk, sangat romantis dengan cahaya yang redup.
"Saya sudah menyiapkan air hangat. Nona segeralah bersih-bersih," ucap Bi. Asih.
"Terima kasih, Bi!" jawab Adara.
Bi, Asih menganggukkan kepala dan langsung berpamitan keluar.
Adara membuang nafas berat ke depan dengan kepala berkeliling melihat isi kamar itu. Adara merasa tidak ada gunanya kamar itu dan sangat tidak mungkin jika dia dan William akan melakukan hubungan suami istri seperti pada umumnya, hal itu hanya mustahil saja.
Adara yang berjalan menuju cermin yang membuka selayar yang menempel di bagian kepalanya. Adara juga membuka antingnya dan tiba-tiba saja dia terkejut saat pintu kamar yang terbuka. Adara lebih kaget lagi saat melihat dari depan cermin yang ternyata itu adalah Katy.
Adara mengerutkan dahi yang pasti mengenali wanita yang pernah dibawa William yang diperkenalkan sebagai kekasihnya.
Adara membalikkan tubuhnya dan wanita itu melangkah memasuki kamar yang mendekati Adara, kepalanya berkeliling melihat isi kamar tersebut dengan tersenyum miring.
"Keluar!" ucapnya.
Adara menyerngitkan dahi yang pasti tidak mengerti dengan perintah Katy.
"Apa kau tuli? aku menyuruhmu untuk keluar? Pergi!" tegas Katy dengan penuh penekanan.
"Kenapa aku harus pergi. Ini adalah kamarku," jawab Adara.
"Cih!" Katy yang langsung mendengus kasar dengan tersenyum yang seolah mengejek Adara.
"Apa katamu? ini adalah kamarmu dan kau tidak ingin pergi. Apa kau sedang berpikiran jika William akan masuk ke dalam kamar ini dan lalu menyentuhmu. Apa kau berpikiran jika kau dan William adalah pasangan suami istri?" tanya Katy tampak menghina Adara.
"Aku tidak berpikiran seperti itu, tetapi memang pada kenyataannya kami sudah sah menjadi suami istri," sahut Adara.
"Tapi aku tidak menganggapmu sebagai istri," suara berat itu terdengar dari balik pintu dan muncul dari belakang Katy yang siapa lagi jika bukan William yang sekarang berdiri di samping Katy, dua orang itu seolah ingin menyerang Adara.
"Apa menurutmu aku akan menganggapmu sebagai istri?" William menimpali pertanyaan itu.
Adara terdiam yang memang tidak mungkin William mengakui dirinya sebagai istri dan meski pernikahan mereka sudah sah.
"Kau bukan istriku. Aku tidak pernah menganggap pernah menikah denganmu. Kau tahu, di dalam pikiranku kau itu hanya wanita pengkhianat, wanita matre, wanita tidak punya harga diri," caci William dengan kata-kata yang begitu sakit sampai mampu menusuk ulu hati Adara.
"Kau jangan bermimpi jika kamar ini akan ditempati olehmu," ucap William.
Tangan William tiba-tiba merangkul bahu Katy yang menunjukkan keromantisan di antara mereka berdua tepat di depan Adara.
"Kau keluar dari kamar ini. Karena yang akan menempati kamar ini adalah kami berdua. Ini malam untuk kami berdua!" tegas William.
Mata Adara berkaca-kaca yang ingin sekali meluap air mata itu, tetapi tampak dirinya menahannya, bagaimana mungkin di malam pernikahannya suaminya membawa wanita lain ke kamarnya dan secara terang-terangan memperdengarkan di telinganya bahwa mereka yang akan menghabiskan malam di kamar itu.
"Hey! jangan hanya bengong seperti itu, keluarlah, kau sudah diusir 2 kali, apa kau ingin kami mengusirmu secara paksa. Jangan mengganggu kami. Kami ingin menikmati malam kami berdua," ucap Katy.
"Aku benar-benar sangat kasihan kepadamu, kau yang menikah, tetapi aku yang menjadi pasangan di malam pernikahan mu. Menyedihkan!" ejek Katy. dengan tersenyum miring.
"Itu karena dia berani menantangku untuk tetap melanjutkan pernikahan ini, bukankah aku sudah mengatakan kepadamu sayang, jika aku sudah memberinya kesempatan untuk tidak melanjutkan pernikahan ini dan ternyata dia tetap ingin melanjutkannya. Jadi apa yang terjadi adalah kesalahannya," sahut William.
"Kasihan sekali!" ejek Katy yang benar-benar sangat puas melihat ekspresi Adara apalagi Adara tidak bisa bertindak apapun.
Adara membuang nafas perlahan ke depan dan akhirnya dia pun pergi dari hadapan dua orang itu yang tidak ingin semakin sakit yang dipermainkan oleh dua orang itu. Tetapi tangannya tiba-tiba dicegah oleh Katy.
"Lepas!" ucap Katy.
Adara menolehkan kepalanya ke arah Katy yang tidak mengerti apa yang dimaksud Katy.
"Gaun pengantin itu seharusnya milikku, apapun yang kau kenakan hari ini di hari pernikahanku adalah milikku. Jadi lepas dari tubuhmu itu, jangan membawanya pergi bersamamu!" tegas Katy.
Adara melepaskan tangannya dari Katy dan yang benar saja Adara langsung melanjutkan membuka antingnya dan menjatuhkan di tempat tidur. Adara membuka sarung tangan transparan berwarna putih yang menjadi perhiasan di hari pernikahannya yang juga dilepaskan, kalung berlian yang diberikan Nenek sebagai hadiah juga dilepaskannya. Sampai tangan Adara yang ingin menurunkan dress pengantinnya itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Katy yang tiba-tiba saja panik.
"Kau ingin telanjang di depan kekasihku?" tanya Katy. Dia yang menyuruh melepas dan dia juga sendiri yang panik.
"Apa kau ingin menggoda kekasihku dengan memperlihatkan tubuhmu itu!" lanjut Katy yang sangat kesal.
"Bukankah kamu nyuruh untuk melepas semua ini," sahut Adara yang baru mengeluarkan suaranya.
"Kau bisa melepasnya, tapi tidak depan kekasihku. Apa kau sama sekali tidak punya rasa malu dan harga diri hah!" umpat Katy dengan begitu sangat kesal.
"Kenapa harus malu saat melepas pakaian di depannya. Aku dan dia sudah menikah," sahut Adara yang cukup berani berbicara seperti itu dengan William dan Katty.
"Kau bilang apa?" tanya Katty yang tidak terima.
"Aku seharusnya tidak masalah jika tanpa sehelai benangpun di depan William," jawab Adara.
Bersambung