Malika Anggraini 19 th yang di paksa menikah oleh keluarga angkatnya dengan laki laki cacat yang duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan.
Demi membalas budi keluarga angkatnya dan juga ingin keluar dari rumah yang seperti neraka bagi Malika, dia menyetujui permintaan Ibu angkatnya, berharap setelah keluar dari rumah Keluarga angkatnya Malika bisa mendapatkan kehidupan bahagia.
Bagaimana kisah Malika, yukkk.... ikuti cerita selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Gimana mas, ada rasanya ngak di kaki mas" ujar Malika sambil memijit mijit kaki Refandi yang sedang di rendam memakai ramuan obat obat tradisional.
"Belum ada.." ujar Refandi menggeleng lemah, karena belum dia rasa kan apa apa di kakinya, bahkan pijatan sang istri pun tidak ada rasanya.
"Tidak apa, namanya baru pertama kali nanti lama lama juga ada hasilnya" ujar Malika sambil tersenyum tulus dia tidak mau sang suami merasa putus asa.
"Dek, klau kaki mas benar benar ngak bisa sembuh giman?" ujar Refandi dengan suara seraknya.
"Pasti bisa jalan lagi, ngak ada yang ngak bisa selama allah mengizin kan, jadi kita terus berusaha tanpa putus asa, usaha tidak akan mengkhianati hasil" ujar Malika.
"Ya... klau ke mungkinan terburuknya tetap ngak bisa giman?" tanya Refandi yang belum puas dengan jawaban Malika.
"Ya ngak kenapa napa, memang harus apa lagi, yang penting kita selalu bersama tidak masalah kan" ujar Malika enteng.
"Apa kamu akan pergi meninggalkan mas?" tanya Refandi sendu.
"Aku tidak akan pernah pergi dari sisi mas, aku akan selalu ada di samping mas, kecuali mas sendiri yang tidak menginginkan aku lagi, baru aku akan pergi dari mas" ucap Malika sambil memegang tangan Refandi dengan lembut.
"Mana mungkin mas memintamu pergi sayang, karena kamu adalah kebahagian mas, klau kamu pergi lalu mas bagaimana hmmm..." ujar Refandi menangkup ke dua pipi sang istri yang masih setia berjongkok di depannya.
Cup....
Cup....
Cup....
Refandi mendaratkan banyak banyak ciuman di wajah sang istri membuat Malika ke gelian.
"Mas ih... sudah... geli tau" dengus Malika.
"I LOVE YUO MY WIFE..." ujar Refandi menatap dalam mata sang istri.
"I LOVE YOU TOU MY HUSBAND...." ujar Malika menatap balik mata sang suami.
Kepala Refandi semakin mendekat ke wajah cantik sang istri tanpa ada jarak sedikit pun.
Di Me***** habis bibir tipis nan merah jambu itu dengan rakus, tidak melepaskan barang sedetik pun.
Refandi mengobrak ambrik isi mulut sang istri, mengabsen satu persatu gigi istrinya itu, membelit dan memelintir lidah istrinya dengan penuh ******, Malika yang masih awam tentang itu hanya me biarkan apa yang di lakukan sang suami, mau membalas pun Malika tidak tau caranya, hanya pasrah itu lah yang Malika fikir saat ini.
Host....
Host....
Host....
Dada Malika turun naik meraup seluruh oksigen yang ada, habis saja dia kehabisan oksigen gara gara suaminya itu.
Refandi terkekeh melihat wajah istrinya yang memerah akibat ulahnya itu.
"Bernafas makanya sayang, bukannya diam aja, bisa mati kamu nanti, kan ngak lucu ada berita, sepasang suami istri sedang ber****** mati gara gara sang istri lupa bernafas, kan ngak lucu" kekeh Refandi.
Puk....
Malika memukul gemes bahu sang suami, sekata kata ngatain dia begitu, lagian salah sendiri ngak ngasih jeda sedikitpun untuk bernafas, mana tau dia klau sedang ber****** bisa ngambil nafas.
"Aus.... kenapa memukul mas, sakit tau, tega amat sih, kaki aja belum sembuh kini tangan juga mau di cederai sama istri sendiri, teganya diri mu" ujar Refandi mendratisir keadaan.
Malika hanya memutar bola mata malas, hebat sekali suaminya itu mencari ke salahan orang lain, padahal di lebih salah.
"Angkat kaki mas, ini sudah selesai, kita lap lagi, untuk hari ini sudah cukup, besok kita ulang lagi sampai sembuh " ujar Malika.
Refandi mengangguk patuh, kepada sang istri.
*****
Begitu lah yang di lakukan oleh Malika sudah dua minggu ini, dan apa yang Malika lakukan sedikit demi sedikit mulai menunjukan hasilnya, dulu kaki Refandi tidak merasakan apa apa, kini sudah bisa merasakan panas, sudah ada rasa saat di pijat sang istri, Refansi sampai menangis harus melihat ke gigihan sang istri.
"Mas mau coba caba melangkah selangkah selangkah ngak?" tanya Malika hati hati.
Refandi mengangguk tanda mau.
Malika membantu Refandi berdiri walau dengan susah payah tetap Malika lakukan, dia ingin melihat sang suami sembuh seperti sedia kala, dan bisa beraktifitas seperti dulu, dia juga kasihan suaminya hanya duduk di rumah, kadang sesekali mau di ajak ke taman, namun lebih banyak mau di rumah saja bersama sang istri itu lebih baik buat Refandi dari pada melihat tatapan mengejek, atau kasihan membuat hatinya sakit aja.
"Coba langkahin...." ucap Malika yang menopang tubuh sang suami.
"Su sa h...." ujar Refandi mengakat kakinya walau berasa berat namun dia tidak mau membuat sang kecewa.
"Nah... bagus.... dikit dikit aja, nanti juga bisa" ujar Malika bahagia, melihat usaha sang suami.
Sementara Refandi sudah bercucuran keringat gara gara mencoba melangkah satu dua langkah.
"Sudah.... besok lagi, ngak usah di paksa, lama lama kakinya ringan di bawah melangkah" ujar Malika sambil mengelap keringat yang membanjiri wajah dan tubuh sang suami.
Refandi hanya mengangguk patuh, dia sendiri juga sangat bahagia, kakinya sedikit sedikit mulai merespon, tentu saja semangat Refandi semakin terpacu untuk sembuh.
Bersambung....