Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #6
Empat bulan kemudian.
Anaya sudah menjalani kehidupannya selama empat bulan ini bersama dengan Oma Asna, meskipun sang cucu Oma yaitu Denis tidak terima jika Oma menampung Naya yang sedang dalam keadaan hamil tanpa suami tetapi Oma berhasil meyakinkan agar Denis percaya kepada Oma karena Anaya adalah gadis baik. Oma juga sangat cocok dengan cara kerja Anaya yang telaten, pelan, dan gesit. Oma berpikir jika dia benar-benar tidak salah pilih untuk mempekerjakan seseorang.
Perut Naya sudah semakin membesar namun hal itu tidak menghentikan kerja keras serta keinginan Naya untuk bisa Mandiri tanpa bantuan Oma atau siapapun.
Pagi ini Naya sedang memasak bubur untuk sarapan Oma, dari kejauhan Denis menatap Naya yang sedang berkutat di depan meja kompor. Denis berjalan menuruni anak tangga, dia menghampiri Naya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" Denis bertanya karena dirinya mencium aroma masakan yang sangat membuat perutnya keroncongan.
"Maaf, Pak. Saya sedang memasak bubur Ayam untuk Oma, apa ada yang bisa saya bantu?"
Denis hanya terdiam sambil menelan ludah karena dia selera dengan masakan Naya tetapi dirinya malu untuk meminta.
Naya mengerutkan dahi ketika melihat arah mata Denis yang terus menatap kuali.
"Apa Bapak mau? Saya akan menyisihkan untuk Bapak."
"Tidak-tidak! Saya makan diluar saja." Denis segera berlalu karena takut ketahuan oleh Anaya jika dia menginginkan bubur ayam.
Sesampainya di luar, Denis langsung masuk ke dalam mobil.
Di perjalanan, dia memukul stir mobil dan mengusap wajahnya. Entah mengapa bayangan wajah Anaya terus terlintas dipikirannya dan suara Naya selalu terngiang-ngiang di telinga, Denis tidak tahu ini semua pertanda apa tetapi intinya dia tidak akan pernah merasakan sesuatu yang spesial untuk Anaya.
"Aku yakin jika gadis itu adalah gadis murahan. Lihat saja, dia bahkan hamil tanpa seorang suami dan alasan yang dikatakan tidak terlalu masuk akal. Bagaimana mungkin dia tidak bisa menunjukkan jika dirinya hanyalah pengantar bunga?" Denis menggerutu sendirian.
Di usianya yang sudah menginjak dua puluh delapan tahun, Denis masih lajang karena dia sama sekali belum tertarik dengan wanita manapun hingga tidak sedikit dari beberapa orang mengatakan jika Denis adalah pria impoten dan belok.
Di rumah.
Anaya menyuguhkan bubur Ayam yang masih hangat ke hadapan Oma, dia tersenyum melihat Oma Asna yang terlihat semakin segar.
"Oma, sebaiknya Oma makan dulu lalu kita akan pergi jalan-jalan ke taman. Naya sengaja membuatkan bubur agar Oma tidak terlalu banyak makan makanan berminyak, Naya juga mengurangi micin agar kesehatan Oma tetap terjaga."
Oma tersenyum senang dan mengelus pundak Anaya. "Terima kasih ya, Nak. Kamu sangat memperhatikan Oma dan menganggap Oma seperti Oma kamu sendiri, bukan majikan."
"Tentu saja, Oma. Naya ikhlas merawat Oma agar Oma tetap sehat."
Naya menyuapi Oma dan Oma menerimanya dengan senang hati.
"Nay, Oma kepikiran sesuatu." Oma menunduk sedih.
"Ada apa, Oma?" Naya dengan telaten tetap menyuapi Oma.
"Tentang Denis, di usianya yang sudah matang dia masih belum mau menikah. Oma khawatir jika dia memang mengalami kelainan seperti yang orang-orang katakan."
"Oma yang sabar, mungkin Pak Denis belum mendapatkan pasangan yang cocok untuk menjadi istrinya."
"Bagaimana jika Oma menjodohkanmu dengan Denis?"
Anaya yang kala itu mengulurkan tangan untuk memberikan minum kepada Oma seketika air tersebut tumpah dan mengenai selimut milik Oma.
"Ya ampun, maaf Oma!" Anaya menjadi tidak enak.
Oma hanya tersenyum dan menyibakkan selimutnya.
"Nanti bisa dicuci." jawab Oma tanpa beban.
Anaya hanya menunduk, dia terkejut akan ucapan yang Oma lontarkan.
"Naya, apa kamu mau menjadi istri Denis? Oma akan membujuk Denis agar dia mau menerima kamu dan calon bayimu."
Anaya dengan cepat menggeleng. "Maaf, Oma. Naya tidak bisa, Naya yakin jika Pak Denis pasti sangat membenci Naya terlihat dari sikapnya kepada Naya."
"Mungkin Denis perlu waktu untuk memahaminya."
"Maafkan Naya sekali lagi, Oma. Naya tidak bisa menuruti permintaan Oma kali ini, hal yang Oma katakan itu sangat berpengaruh pada kebahagiaan kami nantinya. Naya juga tidak punya perasaan lebih kepada Pak Denis." Anaya menunduk karena takut Oma tersinggung dan kecewa terhadap dirinya.
"Baiklah, Oma mengerti." balas Oma dengan lembut diiringi senyum tipis.
Naya pergi keluar dari kamar untuk segera bersiap pergi ke jalan-jalan pagi bersama dengan Oma.
🌺🌺🌺🌺
Dua bulan kemudian.
Hasil kerja keras yang Naya kumpulkan tidak mengkhianati hasil, saat ini impiannya sudah tercapai yaitu memiliki warung makan kecil-kecilan milik sendiri. Selama bekerja dengan Oma, Naya mendapat gaji yang cukup hingga dia terus menabung setengah dari gajinya dan setengah lagi dia pakai untuk membeli kebutuhan dirinya serta kebutuhan bayi yang ada di dalam kandungannya.
Naya selalu rutin minum susu agar bayinya sehat dan terjaga di dalam kandungan, Naya sudah tidak sabar menunggu waktu dimana sang bayi segera lahir dan akan ada yang memanggilnya nanti. Naya sudah memikirkan jika dia akan mengajari bayi itu berbicara, berjalan, dan memahami sesuatu hal.
Saat ini Anaya sudah tidak tinggal lagi di rumah Oma, dia keluar dari pekerjaannya karena perutnya yang sudah membesar dan Naya juga tidak sanggup lagi bekerja mengurus Oma karena dirinya sekarang cepat lelah. Naya memutuskan untuk berjualan makanan yang murah meriah dan simpel seperti nasi goreng, mie goreng, soto, mie ayam, nasi rames, dan minuman.
"Aku akan bangkit demi bayiku, ada dia yang masih membutuhkan aku dan menjadi penyemangatku." Naya mengelus perutnya yang membuncit.
Oma tidak mempermasalahkan jika Naya keluar dari pekerjaan karena Oma paham akan kandungan Anaya, bahkan sekali-kali Oma bermain ke warung dan rumah kecil milik Naya. Sudah dua minggu Naya membeli tapak rumah tersebut.
"Mbak, saya pesan nasi rames satu ya? Pakai Ayam goreng."
Anaya mengangguk. "Sebentar ya, Mbak."
Sang pembeli mengangguk dan menunggu Anaya menyiapkan pesanannya.
Saat ini Anaya belum memikirkan untuk mencari anggota karena dia masih sanggup menghandle semuanya, tetapi jika dia sudah melahirkan kemungkinan Anaya akan mencari anggota agar membantu dia mengurus warung.
Naya kembali dengan membawa satu piring nasi rames dan meletakkan di meja.
"Selamat menikmati." ucapnya ramah diselingi senyum tipis.
Pembeli itu langsung melahap makanannya dan Naya berlalu pergi ke meja kasir.
Beberapa pembeli datang ke warung Naya dan mereka memesan berbagai macam menu yang ada di warung Naya. Anaya melayani dengan senang hati dan ramah tamah.
Malam hari.
Anaya menutup warung nya dan dua akan mulai menghitung penghasilannya saat ini, hari ini adalah hari pertama Naya membuka warung.
Dia duduk di tikar dan mulai memisahkan uang modal dan untung, senyum di bibirnya terbit ketika dia mendapatkan untung yang lumayan di hari pertama berjualan.
"Alhamdulillah, untungnya saya lima ratus ribu. Aku akan menabung sebagian untuk biaya bersalin nanti." Anaya tersenyum senang, dia akan berjualan sedikit demi sedikit yang penting habis.
•
•
**TBC