Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.
Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.
Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.
Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?
Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan di malam hari
Sudah jam 21.30, Abhi yang belum tidur beranjak dari kamarnya untuk menjemput dedek pacar yang masih nugas mengudarakan suaranya.
Di ruang tengah ada Ahiyung dan Sekar yang sedang menikmati mi rebus bersama. Udara malam membuat kedua orang tua Abhi jadi merasa lapar.
"Makan mas. Masih panas ini. Enak!" Seru Ahiyung basa-basi menyodorkan mangkuk mie di depannya.
"Papah aja. Nanti kalau aku gabung malah dapet tabokan maut dari mamah."
Ahiyung tertawa. Dia tahu apa yang anaknya katakan itu bisa saja benar. Sekar memang tidak suka jika acara metime nya bareng suami dapat gangguan dari luar. Meski gangguan itu dari anaknya sendiri!
"Udah mau jemput Deepika mas?" Giliran Sekar yang bertanya.
"Iya mah."
"Siapa mah? Jemput siapa?" Tanya Ahiyung meletakkan garpu yang dia pegang.
Ahiyung bertanya penuh ketidaktahuan. Sekar memang belum menceritakan kedekatan anaknya dengan tetangga sebelah rumah.
"Mas Abhi kan sekarang pacaran sama anaknya mbak Sani, ko. Deepika itu lho." Terang Sekar menuangkan teh hangat ke cangkir agar dinikmati suaminya.
"Wah bagus lah. Enak punya pacar deket rumah. Kalo kangen tinggal teriak dari jendela nyuruh pacarmu keluar buat ketemuan."
Ahiyung menunjukkan dua jempolnya ke udara. Tanda fine fine aja dengan siapapun yang menjadi pilihan anaknya.
"Jabang bayik. Nggak modal banget ajaranmu itu ko." Sekar melotot ke arah suaminya.
Ahiyung serta Abhi tertawa, mereka terlihat sangat kompak. Jika Dewa klop nya sama Sekar, Abhi lebih condong ke bapaknya. Meski jarang bertemu, mereka punya cara tersendiri untuk mengakrabkan diri. Mungkin itu yang dikatakan ikatan keluarga.
"Tadinya aku mau ngajak mbak Sani sama Deepika bakar-bakaran ko, tapi pacarnya anakmu itu masih kerja. Gagal deh acara bakar-bakarannya." Sani menyeruput teh hangat mengakhiri ritual makan emie rebus malem-malem bareng suaminya.
"Oalah, pantes aja di freezer banyak ayam potong mati. Ternyata mau buat acara bakar-bakar. Tadinya aku pikir mamah sengaja beli ayam potong mati banyak mau buat jualan." Ahiyung berkata.
"Yang namanya ayam potong itu ya pasti ayamnya udah mati ko! Makin tua kok makin aneh Koko ini ngomongnya."
Tak ingin terus berada di tengah perseteruan lebih ke sebuah ritual romantis ala emak bapaknya yang menciptakan binar-binar cinta makin terciprat nyata, Abhi memutuskan untuk pamit pergi saja dari sana.
Bukannya tidak lelah, jelas rasa capek dan lelah itu ada tapi Abhi langsung teringat betapa berbahayanya untuk seorang Deepika pulang bekerja sendiri di malam yang kian larut ini. Dengan sedikit menaikkan kecepatan mobilnya, Abhi berharap dia tidak membuat pacarnya itu menunggu lama untuk pulang bersamanya.
Satu setengah jam adalah waktu normal yang biasanya Deepika tempuh untuk sampai di tempat kerjanya, tapi berhubung Abhi sedang di mode sat set was wes, dia hanya membutuhkan kurang dari satu jam. Hanya 50 menit, dan sisanya digunakan untuk menunggu Deepika di tempat parkir. Masih berada di dalam mobil tentunya.
Di dalam ruang siaran.
"Huuuuh capek banget." Seru Juan yang sudah menyelesaikan tugasnya.
Beberapa menit yang lalu, Deepika sudah melakukan closing untuk acara yang dia bawakan. Tidak hanya Juan yang capek tapi Deepika dan tim lainnya juga pasti merasakan hal yang sama. Deepika mendekati Juan, mengeluarkan roti yang ada di dalam tasnya. Roti yang sudah jadi favoritnya setelah Abhi memberikan padanya sebagai menu sarapan beberapa minggu yang lalu.
"Nih kak, makan. Biar capeknya hilang." Ucap Deepika.
"Hehe, bukan ngilangin capek tapi ngilangin laper kalo ini mah Dee. Tapi, makasih lho ya. Tak makan ya Dee.. Mayan buat ganjel perut." Cengiran Juan membuat deretan giginya terlihat.
"Oke kak. Kak, aku pulang duluan ya. Udah ditunggu di depan soalnya." Kali ini giliran Deepika yang nyengir kuda.
"Ati-ati Dee. Kalau pacarmu nakal, lempar aja ke jalanan. Aku siap nampung! Hahaha..."
Tentu saja bukan ucapan yang serius. Juan tau diri, dia tidak akan mengambil apa yang bukan merupakan miliknya. Apalagi pacar teman sendiri, tidak ada di kamusnya untuk menjadi pelakor. Mending jomblo dan hidup bahagia sampai ditemukan seorang 'adam' yang tulang iganya dia tenteng kemana-mana, dari pada rebutan 'adam' milik orang lain. Nggak kebayang kalo jenis 'Adam' yang jadi rebutan terselip nama Suseno di belakang namanya, bisa abis di granat sama mbak Inul nantinya! Apa nggak ngeri lur?
"Mas.."
Abhi menoleh ke arah samping. Dia tersenyum, lalu membukakan pintu dari dalam. Masih anteng di bangku kemudi, mager bener kayaknya.
"Udah selesai?" Tanya Abhi kemudian.
"Sampun mas. Yok pulang!"
Senyum itu tetap berkembang meski rasa lelah plus pegel sebadan-badan begitu Deepika rasakan.
Di mobil.
"Ngantuk ya mas? Diem aja." Masih Deepika yang mengambil start untuk memulai obrolan.
"Nggak. Mau ngobrol apa emang?" Lho kok malah nanya.
'Dulu kalo sama si Saeton nirojim, aku nggak bingung nyari bahan obrolan gini. Saeton orangnya nggak mau diem, apa aja diomongin. Kayak mainan bocah yang baru diganti batrenya, berisiiiiiiik bener! Lha sama mas Abhi, aku kok mikir kalo ada di posisi si saeton ya. Aku yang terus nyari-nyari topik obrolan buat kami. Apa dia semales itu ngobrol sama ku? Atau aku ngebosenin? Iiih... Kok jadi mikir aneh-aneh gini sih!"
Deepika bermain dengan asumsinya sendiri, sampai dia nggak sadar jika sedari tadi Abhi sudah memanggilnya dua kali.
Tangan Abhi terulur untuk menyenggol bahu Deepika, menyadarkan Deepika dari lamunannya.
"Eh iya mas.. Apa?" Deepika tergagap.
"Kenapa jadi kamu yang bengong hmm? Ada masalah di kerjaan?" Sambil berkendara Abhi sesekali melihat ke arah Deepika.
"Nggak ada sih mas.. Cuma.." Sengaja menggantung kalimatnya karena ragu apa harus dia ucapkan atau dipendam saja dalam hati.
"Cerita aja, aku dengerin."
"Tapi aku nggak enak ngomongnya mas."
"Hmm.. Nggak semua cerita yang dibagikan pada orang lain itu adalah sesuatu yang menyenangkan Deep. Kadang ada orang yang sengaja berbagi bercerita karena ingin mengurangi beban di hati, misalkan merasa tertekan oleh rutinitas pekerjaan, masalah keuangan, berselisih dengan teman, senggolan dengan orang tua, atau mungkin juga tantrum karena pasangan. Jadi nggak semua cerita terasa enak untuk dibagikan, ya kan? Itu hak mu untuk berbagi apapun yang kamu pikir perlu padaku. Dan hak mu juga misalkan kamu ingin menyimpan rahasia untuk dirimu sendiri. Aku nggak akan maksa kamu untuk cerita. Pacaran bukan berarti semua tentang kamu harus aku tau."
Deg.
Rasanya Deepika sedang berhadapan dengan suhu di bidang percintaan! Abhi bisa membaca apa yang Deepika pikirkan secara garis besar. Dan yang pasti, apa yang Abhi ucapkan tadi makin membuat Deepika tersadar akan jauhnya perbedaan antara Saeton dan Mas Abhi nya. Jelas tidak selevel!
"Mas.. Aku tadi mau ngomong gini... Mas Abhi itu jarang banget ngomong. Ngobrol sama ku juga paling dijawab satu dua kalimat aja. Kadang aku nyampe bingung mau cari topik obrolan apa lagi kalo mas betah banget diemnya."
"Aku kayak dicuekin tapi mas perhatian banget, kayak di diemin tapi tiap aku ngomong atau tanya sesuatu juga langsung mas jawab.. Kayak ada yang kurang gitu lho mas.. Jadi aku mikir.. Mas Abhi bosen atau mungkin emang males ngadepin aku yang cerewet ini. Aku mau berubah ke mode introvert, ngimbangi mas tapi nggak bisa.. Aku terlalu nyablak! Gimana dong mas?"
Sebuah kejujuran adalah kunci untuk segala hal. Dan Deepika belajar pentingnya kejujuran dan komunikasi dua arah, kalo satu arah katanya lagi khotbah!
Abhi menepikan mobilnya. Sepertinya dia ingin membahas kegalauan pacarnya ini dengan serius. Tanpa diselingi nyambi kegiatan nyetir mobil.
"Makasih udah mau jujur ya. Karena dari dulu nggak ada yang berani terang-terangan protes dengan sikapku. Aku memang kayak gini, mungkin kalau kata orang.. Emang gawan bayi. Nggak bisa diubah. Tapi untuk ke depannya, aku akan berusaha lebih aware sama kamu."
Deepika mengangguk mengerti. Tangan Abhi mengusap pelan rambut Deepika. Dengan pelan dia lajukan lagi mobilnya karena malam makin larut dan Abhi tahu, istirahat itu perlu!
"Jangan mikir aku bosen sama kamu. Itu nggak mungkin. Hmm?"
Kali ini Abhi yang bicara. Tangan kirinya merambat menuju jemari lentik Deepika yang nganggur. Dia menyalurkan kehangatan melalui genggaman tangannya.
"Tapi.. Tapi misalnya mas nemuin orang yang mas pikir lebih cocok untuk jadi istri mas Abhi, dan itu bukan aku.. Tolong bilang terus terang ya mas.. Jujur aja di awal. Mungkin aku bakal sakit hati, sedikit nangis dan rada kecewa tapi itu lebih baik dari pada mas milih selingkuh di belakangku. Aku nggak mau!" Tangan mereka masih terus bertautan.
"Nggak akan pernah ada hari itu Deep. Hari di mana aku bilang 'selesai' sama kamu. Dan.. Kamu harus tau, hati ku ini dikasih kelebihan dari Allah dengan settingan terbaik yaitu fokus ke satu orang aja tanpa ada niatan mendua. Jadi, bersiaplah tak cintai secara ugal-ugalan.."
Lihat senyum Deepika langsung cerah secerah harapan author yang pengen dapet level gold! Meski terpelanting sama kenyataan gagal maning, gagal maning.. Hahaha eh.
______
---Follow Ig nya othor ya gengss biar ga sepi kek hati nya pip😂 Dfe_greennadieska212
mupon Tis, jgn trs terpaku sama Abhi yg sampe kapanpun tak akan bisa kamu raih
minta nyusul si Kuncup nginep di hotel prodeo keknya
emang lalat doyan ya
kepo banget pengin ikut nimbrung juga tu lalat