NovelToon NovelToon
Raja Kejahatan Dunia

Raja Kejahatan Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Epik Petualangan / Harem
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Merena

Leo XII, Raja Kejahatan Dunia, adalah sosok yang ditakuti oleh banyak orang, seorang penguasa yang mengukir kekuasaan dengan darah dan teror. Namun, ironisnya, kematiannya sama sekali tidak sesuai dengan keagungan namanya. Baginya, itu adalah akhir yang memalukan.

Mati karena murka para dewa? Sungguh lelucon tragis, namun itulah yang terjadi. Dalam detik-detik terakhirnya, dengan sisa kekuatannya, Leo XII berusaha melawan takdir. Usahanya memang berhasil—ia selamat dari kematian absolut. Tapi harga yang harus dibayarnya mahal: Leo XII tetap mati, dalam arti tertentu.

Kini ia terlahir kembali sebagai Leon Dominique, dengan tubuh baru dan kehidupan baru. Tapi apakah jiwa sang Raja Kejahatan akan berubah? Akankah Leon Dominique menjadi sosok yang lebih baik, atau malah menjelma menjadi ancaman yang lebih mengerikan?

Satu hal yang pasti, kisahnya baru saja dimulai kembali!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengundian

Enam belas peserta telah berdiri di atas arena, masing-masing menampilkan ekspresi yang mencerminkan karakter mereka. Beberapa memandang dengan dingin, ada yang penuh percaya diri, sementara yang lain terlihat gelisah menunggu giliran. Atmosfer Colosseum terasa seperti mendidih, dengan penonton yang bersorak-sorai memenuhi udara.

"Baiklah!" pria berjas yang menjadi pembawa acara kembali berbicara dengan suara penuh semangat. "Semua peserta telah berkumpul di sini, tetapi keseruan ini baru saja dimulai! Untuk mengundi pertarungan mereka, kami telah mengundang seseorang yang sangat spesial. Sambutlah tangan kanan dari Tuan Leo XIII... TUAN SALVIDOR!"

Sorakan menggema saat seorang pria dengan aura berwibawa melangkah ke tengah arena. Di belakangnya, seorang wanita membawa sebuah kotak undian. Langkahnya tenang dan mantap, memberikan kesan kekuasaan yang tidak terbantahkan.

Saat Salvidor berjalan melewati Leon, pria itu meliriknya sekilas, tatapan yang penuh arti. Leon membalas tatapan tersebut dengan senyuman tipis, seolah mengisyaratkan bahwa dia menyadari sesuatu yang hanya mereka berdua pahami.

Sesampainya di tengah arena, Salvidor berdiri tegak, menyapu pandangan ke seluruh Colosseum sebelum berbicara dengan suara dalam yang memikat perhatian semua orang. "Para penonton sekalian, atas perintah Tuan Leo XIII, saya akan memimpin pengundian ini. Tanpa perlu berlama-lama, mari kita mulai."

Hologram transparan raksasa muncul di udara, menampilkan bagan 16 besar yang masih kosong. Penonton bersorak lebih keras, antusias menyaksikan siapa yang akan bertarung melawan siapa.

Salvidor memasukkan tangannya ke dalam kotak undian. Dengan gerakan perlahan namun tegas, dia menarik bola kecil pertama dan membukanya. Nama pertama muncul di udara, disertai dengan suara pria berjas yang mengumumkannya.

"A Mann!" teriaknya. Nama itu segera mengisi slot pertama pada hologram.

Salvidor menarik bola kedua, membukanya, dan nama berikutnya muncul. "Aella!"

Fiona, yang berdiri di samping Leon, hanya tersenyum kecil. Leon meliriknya. "Apakah kamu menggunakan nama samaran?" tanyanya.

Fiona mengangguk ringan. "Itu nama yang biasanya aku gunakan."

Salvidor melanjutkan pengundian. Nama demi nama diambil, mengisi slot demi slot pada bagan. Para penonton bersorak setiap kali nama baru muncul, semakin tenggelam dalam antusiasme mereka.

Saat giliran keempat, Salvidor menarik bola lain dan membukanya. Nama yang muncul membuat beberapa penonton menahan napas. "Leon Dominique!"

Leon tetap berdiri dengan santai, namun matanya bergerak ke arah hologram, mencari siapa yang akan menjadi lawannya. Nama berikutnya segera muncul.

"Lady Swan!"

Leon mengerutkan kening. "Lady Swan?" gumamnya pelan, lalu mengarahkan pandangannya ke arah wanita yang dimaksud.

Di ujung arena, seorang wanita mengenakan cadar berdiri anggun. Saat Leon memperhatikannya, Lady Swan tersenyum di balik cadarnya. Meski matanya tertutup saat tersenyum, aura misteriusnya cukup mencuri perhatian.

Leon mengangkat alis. "Apakah dia baru saja tersenyum padaku?" tanyanya lebih kepada dirinya sendiri.

Fiona, yang memperhatikan interaksi itu, menyipitkan mata. Dengan nada dingin, dia berkata, "Apakah kamu tergoda?"

Leon menoleh padanya, senyum tipis muncul di wajahnya. "Apakah kamu cemburu? Kalau iya, simpan saja perasaan itu. Cemburu tidak ada gunanya, apalagi dalam situasi seperti ini."

Fiona mendengus pelan, tetapi Leon melanjutkan dengan nada santai. "Yah... bukan berarti aku mudah dekat dengan wanita. Aku orang yang cukup pemilih, kamu tahu?"

Fiona mendengus lagi, kali ini sedikit lebih keras. "Terserah, aku tidak cemburu," katanya, meskipun ekspresi cemberutnya justru mengkhianati ucapannya.

Leon hanya terkekeh, menikmati reaksi Fiona tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Salvidor terus menarik bola hingga semua slot pada hologram terisi penuh. Pertarungan telah ditentukan, dan suasana Colosseum semakin memanas. Penonton bersiap menyaksikan babak baru penuh darah dan ambisi di medan pertarungan ini.

.

.

.

Setelah pengundian selesai, Salvidor turun dari arena, diikuti oleh wanita yang membawakan kotak undian tadi. Kini, hanya pria berjas yang memimpin acara dan dua peserta dari pertandingan pertama yang tersisa di arena.

Empat belas peserta lainnya telah meninggalkan arena, termasuk Leon yang berjalan santai menuju tribun penonton. Pria berjas itu berdiri di tepi arena, lalu berbicara dengan suara lantang, "Baiklah, sisanya akan saya serahkan kepada wasit. Selamat menikmati pertarungan, hadirin sekalian." Ia membungkukkan tubuh dengan penuh gaya, kemudian meninggalkan arena.

Di tribun penonton, suasana semakin riuh. Sebuah meja taruhan telah didirikan, dan seorang pria berjubah lusuh dengan suara nyaring menawarkan jasanya. "Ayo, pasang taruhan kalian! Untung besar hanya datang sekali seumur hidup! Jangan ragu!" serunya, mengguncang sekantong penuh koin untuk menarik perhatian.

"Aku bertaruh untuk A Mann!" teriak seorang pria, melemparkan kantong uang yang gemuk ke atas meja.

"Jangan bodoh. Aku pasang untuk Aella. Lihat saja, kekuatannya tidak main-main!" sahut seorang wanita yang tak kalah bersemangat, menaruh kantong uangnya di meja taruhan.

"Wanita kecil seperti itu tidak mungkin menang melawan pria seperti A Mann. Sudah jelas dia kalah," bantah seseorang sambil melemparkan taruhannya ke pihak A Mann.

Tiba-tiba, langkah Leon yang santai menarik perhatian mereka. Ia berjalan mendekat, tanpa berkata sepatah kata pun, dan meletakkan sekantong besar uang di atas meja taruhan. "Untuk Aella," katanya singkat sebelum berlalu pergi, meninggalkan keheningan singkat di belakangnya.

Mata semua orang membelalak menatap kantong itu. Jumlah uang yang dipertaruhkan oleh Leon cukup besar untuk menghidupi seseorang selama tujuh generasi. Bisikan mulai terdengar di antara kerumunan, sebagian memuji keberanian Leon, sementara yang lain menyebutnya gila. Yang tidak mereka ketahui, itu adalah uang milik Fiona.

Di arena, Fiona melirik sekilas ke arah Leon yang sudah kembali ke tribun. Sebuah senyum tipis terukir di wajahnya, namun tatapan matanya tetap tajam.

Di sisi lain arena, A Mann berdiri dengan sikap santai, senyumnya mengembang penuh kepercayaan diri. "Kau terlihat sangat bahagia saat menatap pria itu," katanya dengan nada menggoda.

Fiona memutar pandangan padanya, sorot matanya dingin dan penuh penghinaan. "Apakah kau selalu sesibuk ini mengurus urusan orang lain?" jawabnya sinis.

A Mann mengangkat alis, tampak terhibur oleh tanggapan itu. "Oh, maaf kalau menyinggung. Aku hanya mencoba memecahkan suasana. Basa-basi, kau tahu?" katanya sambil tersenyum tipis.

Namun, Fiona tidak memberikan tanggapan lebih. Ia hanya berdiri dengan anggun, auranya yang dingin cukup untuk membuat sebagian penonton di tribun merinding.

Di luar arena, wasit mengambil posisi di tepi lapangan, mengangkat tangannya untuk memberi aba-aba. "Peraturannya sama seperti sebelumnya!" teriaknya. "Ini adalah Colosseum! Bunuh lawanmu, atau mati! Menyerah dan keluar arena adalah pilihan, tapi tidak ada belas kasihan di sini. Pertarungan dimulai... SEKARANG!"

Begitu wasit menurunkan tangannya, sorakan menggema dari tribun penonton, mengguncang seluruh Colosseum seperti gempa bumi yang tak terkendali.

A Mann melangkah maju dengan senyum percaya diri, pedang besarnya terangkat, mencerminkan cahaya matahari pagi. Fiona tidak bergerak, hanya menatap lawannya dengan tatapan kosong yang mematikan.

"Jangan mengecewakanku, nona kecil," kata A Mann dengan nada mengejek, lalu berlari ke arahnya dengan kecepatan luar biasa.

Namun, sebelum dia sempat mendekat, Fiona mengangkat tangannya perlahan. Aura dingin yang mengerikan menyebar di sekelilingnya, membuat udara di arena tiba-tiba terasa berat.

Sorakan penonton seketika mereda, dan beberapa bahkan menahan napas. "Pertarungan ini akan lebih menarik daripada yang kuduga," gumam Leon dari tribun, senyum tipisnya masih menghiasi wajahnya.

1
Yurika23
akuh mampir ya Thor...keknya seru...Leo anti Hero ya?... keren
Kaisar Absolute
yeyy di update, lagi thor sangat menyenangkan thor dan Pertana kali ada alur cerita yang kek gini (Sayang author)
Kaisar Absolute
lumayan lah untuk ceritanya dan mc gak bertele - tele dan dia langsung Aksi tanpa basa basi Dan sekali lagi Novel nya keren, sekarang aku nunggu Update mu author Ku sayang🗿
Kaisar Absolute: hehe/Drool//Drool//Drool/
Merena: Alamak, Jomoknye
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!