Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Hari Pertama Syuting
Begitu tiba di lokasi syuting, Peat langsung disambut seperti biasa oleh kru. Senyuman ramah dan sapaan sopan mewarnai langkahnya menuju ruang rias yang disediakan untuk para aktor. Krismon berjalan di belakangnya dengan senyum penuh semangat.
Saat Peat membuka pintu ruang rias, pandangannya langsung bertemu dengan ketujuh pria tampan yang menjadi lawan mainnya. Mereka sudah berada di tempat, sebagian sibuk mempersiapkan diri, sementara yang lain segera berdiri menyambutnya.
‘’Peat! Senang akhirnya kau datang.’’
‘’Aku tidak sabar bekerja sama denganmu lagi.’’
Beberapa lainnya menimpali dengan sapaan ramah, memperlihatkan bahwa suasana di antara para aktor cukup akrab.
Krismon, yang tak pernah bisa menahan pesona pria tampan, langsung melibatkan dirinya dalam percakapan. ‘’Oh, kalian semua memang terlihat luar biasa bahkan tanpa kostum. Terima kasih sudah bekerja keras untuk proyek ini.’’
‘’Kami yang seharusnya berterima kasih, Krismon. Kau tahu betul betapa sulitnya bisa bermain dalam satu drama dengan Peat. Tapi berkatmu, hal mustahil seperti itu bukan apa-apa.’’
Krismon tertawa kecil membanggakan diri sambil mengibaskan rambutnya. ‘’Tentu saja siapa dulu, Krismon. Tapi maaf karena Peat sedikit merepotkan. Kalian tahu betul tentang prinsip emasnya yang membuat segalanya lebih sulit.’’
Peat menegang mencoba mempertahankan ekspresi datarnya meskipun hatinya berkecamuk. Kenapa tidak, prinsip emasnya telah direbut oleh Fort selama di pulau, dan jika Krismon sampai tahu, pria itu pasti akan meledakkan bumi.
‘’Tidak masalah. Justru itu yang membuat suasana syuting jadi lebih teratur. Kita semua menghormatinya.’’
‘’Baiklah, ayo kita bersiap! Aku tidak sabar melihat kalian semua mengenakan kostum kalian. Jangan biarkan aku kecewa,’’ kata Krismon dengan nada penuh semangat.
Ketujuh pria itu tersenyum dan mulai beranjak ke area rias. Salah satu dari mereka bahkan bercanda, ‘’Krismon, jangan sampai kau pingsan melihat kami terlalu tampan nanti.’’
Krismon tertawa renyah sambil mendorong mereka, sedangkan Peat menghirup napas dalam-dalam.
Ini bukan waktu untuk memikirkan dia. Aku harus tetap profesional, ucapnya dalam hati.
......................
Ketujuh aktor yang sudah selesai bersiap, keluar dengan kostum mereka yang merupakan perpaduan apik dari gaya klasik dan modern yang megah.
‘’Luar biasa! Kalian semua terlihat seperti langsung keluar dari layar bioskop! Sangat memukau!’’ serunya dengan wajah penuh kekaguman sambil bertepuk tangan kecil.
Ketujuh aktor itu saling pandang sambil tersenyum.
‘’Terima kasih, Krismon, tapi jangan lupa, bintang utama yang sebenarnya ada di sini.’’
Mereka melirik ke arah pintu ruang rias yang memperlihatkan sang aktris melangkah keluar.
Peat dengan kostum kolosalnya, gaun berlapis dengan ornamen detail yang mengilap, rambutnya ditata sempurna, dan make-up yang memancarkan aura dewi, berjalan dengan anggun, sorot matanya membawa pesona yang tak tertandingi.
Krismon mengangguk penuh semangat. ‘’Tentu saja, aku tidak akan lupa. Ini dia, Dewi Drama kita.’’
‘’Terima kasih, Krismon. Tapi aku hanya melakukan tugasku.’’
‘’Tugas atau tidak, kau adalah inti dari semuanya. Kita semua tahu itu,’’ senyum Krismon.
Ketujuh aktor itu setuju dengan anggukan dan beberapa komentar mendukung. ‘’Kurasa kami hanya hiasan latar dibandingkan dengan Peat.’’
Peat terkekeh ringan, tetapi tetap menjaga sikapnya yang profesional. ‘’Kalian terlalu berlebihan. Kita semua di sini sebagai tim, kan?’’
Krismon, yang merasa puas dengan interaksi ini, segera mengajak mereka menuju lokasi untuk adegan pertama.
Lokasi tersebut adalah sebuah taman besar yang telah diatur sedemikian rupa agar terlihat seperti kerajaan kuno. Dengan dekorasi mewah dan pencahayaan yang dramatis, tempat itu benar-benar menghidupkan cerita yang akan mereka bawakan.