Kinara Wirasti seorang wanita berusia 55 tahun, bertemu dengan kekasihnya di masa lalu yang bernama Anggara Tirta pria seumuran dengannya. Ternyata Anggara adalah mertua dari anaknya. Bagaimana kisah cinta mereka? Akankah bersatu di usia senja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Tidak Rela
Angel menatap Kinara penuh dengan kekhawatiran, tepat puku 01.30 Kinara baru pulang.
"Mah, dari mana saja? Kenapa tidak angkat telepon Angel?" tanya Angel memeluk mamahnya.
"Maafkan, Mamah. Tadi ke rumah teman." Kinara terpaksa berbohong.
Angel dan Niko tidak jadi pulang ke rumah Anggara, mereka memilih menginap di rumah Kinara. Walaupun sebenarnya Niko juga khawatir dengan Anggara.
Keesokan harinya, mereka bangun kesiangan. Niko memutuskan untuk tidak ke kantor pagi, ia berencana mencari Anggara lebih dulu ke rumah.
Di meja makan, Angel dan Niko membicarakan tentang Anggara hingga membuat mamahnya tersedak makanan.
"Pelan-pelan, Mah," Angel memberikan segelas air putih untuk Kinara.
"Iya, Sayang." Kinara kembali melanjutkan makannya.
"Niko, aku lebih takut kalau papah mu menikah dengan wanita seusiaku." Angel meneruskan pembicaraannya.
"Mana mungkin, Sayang. Papah hanya mencintai satu wanita di masa lalunya," ucap Niko yang sudah pernah mendengar cerita tentang kisah cinta Anggara.
Kinara hanya mendengarkan pembicaraan mereka. Ia tidak ikut campur dalam pembahasan kali ini.
"Mamah, jangan seperti papahnya Niko ya? Angel tidak rela kalau Mamah menikah." Angel mengungkapkan isi hatinya.
"Menikah adalah takdir, Angel. Kita tidak tahu di usia berapa mempunyai pasangan," kata Kinara berusaha bersikap bijak.
"Ini kasusnya beda, Mah. Bukan anak muda lagi," sangkal Angel.
"Sayang, biarkan Mamah kalau mau nikah lagi," timpal Niko.
Angel melotot ke arah Niko, sampai kapanpun ia tidak akan rela jika Kinara menikah. Mereka berdua berdebat karena masalah ini, hingga membuat Kinara melerai mereka dan menyuruh mereka untuk segera pulang ke rumah Anggara.
Kinara bingung harus berbuat apa, sementara dirinya sangat mencintai Anggara. Kini dia harus memilih anaknya, atau kekasihnya. Baginya Angel sudah seperti darah dagingnya, jadi tidak ingin mengecewakan.
Hal yang paling berharga dalam hidupnya, mempertahankan statusnya sampai saat ini. Kinara bukanlah seorang janda, jadi wajar saja mempunyai keinginan membangun rumah tangga walaupun usianya sudah senja.
Setelah Niko dan Angel pergi, ia duduk termenung di taman belakang rumahnya. "Apa aku harus mengakhiri semua," gumamnya.
Kehilangan orang yang dicintai dalam hidupnya sangat menyakitkan, apalagi dalam keadaan tidak mempunyai apa-apa. Ia takut semua terulang kembali, dalam kehidupannya.
***
Ketika Angel dan Niko sampai di rumah Anggara, mereka berdua menemukan Anggara tidur di sofa ruang tamu. Mereka berdua terkejut, tetapi takut untuk membangunkannya.
Ada sebuah kotak cincin yang jatuh di lantai, membuat mereka semakin penasaran. Niko mengambil kotak cincin itu, lalu meletakkan di atas meja.
"Sayang, aku harus segera ke kantor. Tolong kalau papah sudah bangun katakan, aku mencarinya semalam." Niko memang sengaja berkata seperti ini.
"Niko, tunggu papah bangun dulu dong," pinta Angel dengan manja.
Urusan di kantor hari ini lebih penting, kalau sampai terlambat ia bisa kehilangan proyek besar. Niko menjelaskan ke istrinya, agar bisa mengerti.
Tiga puluh menit berlalu, Anggara baru membuka matanya. Ia langsung membersihkan diri, lalu bersiap untuk sarapan.
"Bik, tolong buatkan mie instan," pinta Anggara duduk di meja makan.
"Baik, Tuan," sahut Bik Siti.
"Aku saja, Bik." Angel tiba-tiba datang.
Angel membuatkan mie instan sesuai permintaan mertuanya, setelah matang ia membawanya ke meja makan.
Menurut Anggara apa yang dilakukan Angel adalah suatu bentuk perhatian, dan kepedulian seorang anak untuk ayahnya. Ia tersenyum bahagia.
"Terima kasih, Angel," ungkap Anggara mulai mencicipi mie buatan menantunya.
"Pah, gimana rasanya? Pasti tidak jauh beda sama buatan mamah," kata Angel dengan bangga.
"Lumayan enak," ujar Anggara tersenyum tipis.
"Yah! Cuma lumayan." Angel mengerucutkan bibirnya.
Melihat seorang wanita mengerucutkan bibirnya, Anggara merasa gagal menjadi laki-laki. Ia berusaha membuat wajah menantunya ceria kembali, dengan menawarkan berbelanja yang disukainya.
Angel tentu saja merasa senang, tanpa berpikir panjang dan tidak meminta izin terlebih dahulu ke suaminya. Ia mengajak Anggara ke mall terdekat.
Wajah Anggara yang terlihat seperti orang mengantuk, membuatnya menyetir mobil. Padahal belum begitu mahir, Niko juga sering melarang.
"Pah, aku saja yang bawa mobilnya," kata Angel begitu antusias.
"Boleh! Lakukan apa yang membuatmu bahagia," ujar Anggara memberikan kunci mobil ke Angel.
Angel menjalankan mobilnya lumayan lancar, sampai di parkiran mall. Ia begitu bangga, akhirnya bisa lancar menyetir.
"Apa kamu menginginkan mobil?" tanya Anggara, berniat membelikan tapi bersyarat.
"Mau, Pah. Tapi, pasti Niko tidak setuju," balas Angel.
"Bukan masalah besar," ujar Anggara.
Ucapan Anggara membuat Angel semakin bersemangat untuk mempunyai mobil baru, baginya ini adalah kesempatan bagus. Menunggu dibelikan suaminya, hal yang mustahil.
"Tapi, ada syaratnya," ujar Anggara.
Angel mengerutkan keningnya, "Apa syaratnya, Pah?"
Ketika Anggara hendak mengungkap keinginannya, ada teman Angel yang bernama Sabila datang. Wanita itu mengejek Angel, karena jalan sama orang tua. Dulu mereka berteman, tetapi Sabila ternyata juga menyimpan perasaan kepada Niko sehingga membuat pertemanan mereka renggang.
"Aku sudah ambil bukti, kalau kamu selingkuh, Angel." Sabila tersenyum licik.
"Maksudmu apa? Siapa yang selingkuh?" Angel menatap tajam Sabila.
Sabila menunjukkan foto Angel dengan Anggara, hingga membuat pria berusia lima puluh lima tahun itu tertawa. Hanya Kinara seorang yang sangat dia cintai, soal wanita Anggara bisa mendapatkan yang cantik karena harta dan kekayaannya. Tetapi, ia tidak pernah melakukan semua. Cintanya sudah habis untuk Kinara seorang.
"Pah, kita pergi saja. Wanita ini sudah gila," ucap Angel merasa sangat kesal.
"Pah? Bukannya mamah mu itu wanita murahan." Sabila melipat tangannya di dada.
Anggara mengangkat tangannya, ingin menampar Sabila. Untung saja Angel bisa mencegahnya, sehingga Anggara mengurungkan niatnya.
"Berani kamu berkata lagi, akan ku robek mulutmu!" Darah Anggara seakan mendidih, amarahnya hampir tak terkendalikan.
Sabila tersenyum puas, ia lalu mengirimkan foto tadi ke Niko. Dia juga menambahkan kata-kata yang membuat Niko marah, agar segera bercerai dengan Angel.
Anggara sengaja menarik tangan Angel, dari mall itu. Mereka tidak jadi berbelanja, dan memilih untuk pergi ke kantor Niko.
"Pah, pasti Sabila sudah mengirimkan foto kita ke Niko," ucap Angel wajahnya terlihat panik.
"Kamu tenang saja! Aku rasa Niko masih waras." Anggara melajukan mobilnya dengan kencang.
Namun, dugaan Anggara ternyata salah. Niko marah kepada Angel, karena tidak meminta izin lebih dulu. Ia juga tidak mau mendengarkan penjelasan Anggara, apapun alasannya tidak peduli.
"Niko, tolong dengarkan aku," pinta Angel memegang tangan Niko.
Niko menghempaskan tangan istrinya, ia sudah terlanjur terbakar ucapan Sabila. Ia meminta Angel untuk pulang, lebih parahnya menganggap istrinya hanya menganggu pekerjaannya.
"Niko, jangan kasar!" bentak Anggara.
"Tolong jangan ikut campur, Pah!" Niko berkata tegas.
Anggara tidak tinggal diam, ia menarik putranya ke dalam ruangan untuk diberikan pelajaran.
Makin tua, makin jadi🤣
setuju kalian menikah saja
jamgan hiraukan angel
semoga segera dapat donor darah yg cocok dan bisa selamat
ayo semangat kejar kinara🥰
semoga kamu dapat restu anggara.. semangat