Naidim, Widy dan Grady adalah teman dekat sejak berada di bangku SMP dan SMA. Mereka memiliki banyak kesamaan dan selalu ada satu sama lain. Namun, saat memilih jurusan kuliah, mereka mengambil jalan yang berbeda. Widy memilih jurusan teknik, sedangkan Naidim lebih tertarik pada bidang pendidikan keolahragaan. Perbedaan minat dan lingkungan membuat hubungan mereka renggang. Widy yang selama ini diam-diam menyukai Naidim merasa sangat kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widyel Edles, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kupu-Kupu Terluka
Naidim dan Widy, dua sahabat yang tak terpisahkan, setiap hari mewarnai koridor SMA Metallica Nabarrcea dengan gelak tawa mereka. Keduanya memiliki minat yang sama terhadap dunia seni, Naidim jago bermain alat musik, sementara Widy lebih suka menulis puisi ataupun cerpen. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di perpustakaan sekolah, saling bertukar ide dan inspirasi. Sementara itu, Grady yang memilih untuk bersekolah di SMA Yapim Aksara, juga tak kalah sibuk. Di sekolah barunya, ia dengan cepat beradaptasi dan berhasil menjalin pertemanan baru. Grady yang memiliki bakat di bidang musik, memutuskan untuk bergabung dengan band sekolah.
Widy dan Naidim, dua sahabat yang telah saling mengenal sejak SMP dan melewati berbagai petualangan bersama, bersorak kegirangan saat mengetahui bahwa mereka akan kembali satu kelas. Ingatan akan tawa lepas saat mengerjakan tugas kelompok dan dukungan penuh saat menghadapi ujian membuat mereka semakin yakin bahwa tahun ini akan menjadi tahun yang tak terlupakan. Mereka berdua sudah tak sabar untuk menciptakan kenangan baru, berbagi cerita, dan saling mendukung satu sama lain dalam meraih mimpi-mimpi mereka.
Dengan semangat membara dan seragam baru yang masih harum deterjen, Widy dan Naidim langsung menuju pojok kelas kesayangan mereka. Sudut kelas yang teduh dan sedikit tersembunyi itu selalu menjadi tempat favorit mereka untuk berdiskusi seru, berbagi lelucon receh, atau sekadar melamun sambil menikmati pemandangan halaman sekolah. Hari ini, suasana kelas terasa lebih semarak dari biasanya. Selain teman-teman lama yang sudah tak sabar untuk berbagi cerita liburan, ada juga beberapa wajah baru yang ikut meramaikan suasana. Kehadiran mereka membawa angin segar dan membuat kelas terasa lebih hidup.
Widy dan Naidim, bagaikan dua kupu-kupu yang baru saja keluar dari kepompong, sibuk menyapa teman-teman baru. Mereka melayang dari satu kelompok ke kelompok lain, membawa semangat baru. Sesekali, mereka melirik ke arah jendela, seolah-olah ingin terbang lebih tinggi bersama sinar matahari pagi yang hangat. Sinar matahari pagi yang hangat menyinari halaman sekolah, membangkitkan semangat juang mereka untuk menaklukkan hari ini.
Setelah beberapa minggu berjalan, Naidim dan Widy mulai aktif berinteraksi dengan teman-teman di kelas mereka. Mereka kerap terlihat terlibat dalam percakapan yang seru, bekerja sama dalam tugas kelompok, bahkan sesekali terlihat tertawa bersama. Perubahan dinamika sosial ini membuat suasana kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
Kedekatan Naidim dan Widy di kalangan teman-teman sekelasnya ternyata membawa tantangan baru. Beberapa teman yang sebelumnya kurang memperhatikan mereka, kini mulai merasa iri dan cemburu. Muncullah gosip-gosip kecil yang berusaha memecah belah persahabatan mereka
Gosip-gosip yang beredar semakin membesar. Dan ternyata gosip itu sampai pada Aleyra pacarnya Naidim yang bersekolah di luar daerah.
Awalnya hanya bisikan kecil, kini sudah menjadi bahan pembicaraan utama di kelas. Widy berusaha mengabaikan semua gosip itu, tapi semakin hari mereka semakin merasa tertekan.
Suasana kelas yang tadinya riang berubah mencekam saat pesan fitnah yang menyasar Widy beredar. Tuduhan menjalin hubungan dengan Naidim, yang masih berpacaran dengan Aleyra, membuat Widy menjadi pusat perhatian. Usaha pembelaan yang dilakukan Widy dan Naidim seperti suara yang tenggelam dalam derasnya arus gosip. Kepercayaan yang selama ini menjadi pondasi persahabatan mereka kini rapuh dan goyah, mengancam keutuhan hubungan mereka.
Setelah banyak pertimbangan dan perdebatan batin yang panjang, Widy akhirnya mengambil keputusan yang berat untuk menjaga jarak dari Naidim. Dengan harapan dapat menciptakan ruang yang lebih sehat dan bebas dari tekanan lingkungan, Widy yakin bahwa keputusan ini adalah langkah awal untuk memulai babak baru dalam hidupnya, jauh dari segala macam gosip dan rumor yang selama ini mengganggu.
Widy menarik napas dalam-dalam, menghembuskan perlahan. Keputusan yang baru saja diambilnya terasa begitu berat, namun di sisi lain, ia merasakan beban yang selama ini menindih hatinya perlahan menghilang. Dengan langkah pasti, Widy mulai merancang masa depannya.
Minggu-minggu pertama terasa begitu sunyi tanpa kehadiran Naidim. Widy kerap teringat akan kenangan manis yang pernah mereka ukir bersama. Namun, ia berusaha mengalihkan pikirannya dengan melakukan hal-hal yang ia sukai. Ia kembali menekuni hobi menulis yang sempat terbengkalai, bergabung dengan komunitas menulis,atau sekadar berjalan-jalan di taman sambil mendengarkan musik kesukaannya.
Naidim merasa terjebak dalam situasi yang sulit. Di satu sisi, ia sangat mencintai Widy, teman baiknya yang selalu ada untuknya. Namun, di sisi lain, tekanan dari pacarnya semakin membuatnya tertekan. Ia merasa seperti berada di antara dua pilihan sulit: mempertahankan hubungan dengan pacarnya yang selalu menyuruh untuk menjauh dari Widy, atau menjauh dari Widy yang sangat ia sayangi.
Hari demi hari, Naidim semakin merasa lelah dan bingung. Ia seringkali memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini, namun selalu menemui jalan buntu. Rasa bersalah pun mulai menghantuinya. Ia merasa bersalah kepada Widy karena harus menjauh, namun juga merasa bersalah kepada pacarnya karena tidak bisa memenuhi semua keinginannya.
Sudah beberapa bulan berlalu sejak Naidim menginjak bangku SMA, namun rasa gugup dan canggung masih menghantuinya setiap kali hendak berinteraksi dengan lawan jenis. Ketakutan akan reaksi sang pacar yang sangat posesif membuatnya enggan untuk menjalin hubungan sosial yang lebih luas. Akibatnya, Naidim hanya merasa nyaman berinteraksi dengan teman-teman laki-laki sekelasnya, menciptakan sebuah lingkaran sosial yang terbatas.
Setiap kali Naidim memberanikan diri untuk mendekati atau memulai percakapan dengan seorang gadis, terutama Widy matanya selalu menangkap lensa kamera CCTV yang tak berkedip. Kamera itu, milik teman sekelasnya teman dekat Aleyra, seolah menjadi penjaga rahasia yang tak pernah absen merekam setiap gerak-geriknya.
Widy perlahan mulai beradaptasi dengan perubahan ini, meskipun dalam hatinya masih terasa berat untuk menjauh dari Naidim. Sebagai sahabat yang telah lama menemaninya, Naidim telah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Namun, demi alasan tertentu, ia harus belajar untuk merelakan.
Widy berusaha sekuat tenaga untuk mengisi hari-harinya dengan hal-hal positif. Pertemanan barunya di kelas perlahan mulai membantunya melupakan kesedihan yang mendalam. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, tertawa, dan belajar bersama. Namun, di balik tawa dan canda, Widy tetap saja merasa ada yang kurang.
Suatu hari, saat sedang berjalan pulang sekolah, Widy tidak sengaja melihat bayangan laki laki sedang berjalan mengikutinya. Penasaran dengan sosok laki laki itu Widy menoleh ke belakang Dan....
"Hai Wid" sapa Naidim
Widy hanya mengangguk kecil, Jantungnya berdebar kencang. Sejak kejadian itu, mereka mulai sering bertemu secara tidak sengaja. Pertemuan-pertemuan itu membuat Widy semakin bingung. Apakah ia harus terus menghindar? Atau mungkin, ada harapan untuk kembali bersahabat seperti dulu?
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊