Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
terpuruk
Adelia pulang ke rumahnya membersihkan tubuhnya sebelum kembali ke rumah sakit, selesai membersihkan tubuhnya ia merapikan pakaiannya dan juga pakaian ganti untuk ibunya.
"Baju dah siap, sekarang tinggal masak aja buat ibu nanti di rumah sakit." Ucap Adel.
Adel melangkahkan kakinya ke dapur, dia memeriksa bahan makanan yang akan di masaknya. Adel memeriksa isi kulkas ada cumi di dalamnya pemberian dari tetangganya, dan beberapa sayur.
Adel menyingsingkan lengan bajunya, dia mencepol asal rambutnya. Dengan gerakan cepat dia memotong, mencuci dan memasaknya. Aroma wangi masakan Adel tercium sampai keluar rumah, Farid Dan Nabila sahabat Adel menepikan motornya di depan rumah sederhana milik Adel.
"Woooaah daebak, pasti si Adel lagi masak nih." Ucap Nabila memejamkan matanya menghirup aroma wangi cumi asam manis kesukaannya.
"Iya pas banget kita dateng, tuh anak emang kadang ngeselin tapi kalo dia udah masak uhh hasilnya bikin ngangenin." Ucap Farid.
"Emang the best deh sahabat gua satu ini, nyok kita masuk kali aja kita punya bagian iye kagak?" Ajak Nabila.
"Gas lah.." Jawab Farid menyetujui ajakan Nabila.
Adel menata masakannya di atas meja sebelum dia memasukannya ke dalam wadah bekal untuk di bawanya ke rumah sakit. Nabila dan Farid masuk bersamaan ke rumah, keduanya langsung nyelonong masuk ke dapur mencari Adel.
"Del yuhuu.. Spadaaa..." Panggil Nabila.
"Del lu dimana ?" panggil Farid sedikit berteriak.
"Gue lagi di kamar mandi, lagi cuci perabot habis masak!" Seru Adel berteriak.
"Oh, lagi cuci perabot dia."Ucap Farid menatap kearah Nabila.
Nabila sangat tergiur melihat masakan Adel, dia dengan beraninya menyendok cumi lalu memasukannya ke dalam mulutnya.
"Anjay, sumpah masakan Adel emang gak ada duanya, chef aja lewat ini mah." Puji Nabila.
Farid pun melakukan hal sama seperti yang dilakukan oleh Nabila, dia pun setuju dengan ucapan Nabila. Adel datang dengan berkacak pinggang, sungguh dua biang kerok membuat moodnya seketika ambyar.
"Siapa yang nyuruh loe berdua makan masakan gue hah?!" pekik Adel.
Farid berhenti mengunyah makanannya, Nabila menelan makanannya dengan kasar sungguh mereka merinding mendengar suara Adel yang terdengar marah, keduanya saling menunjuk membuat Adel semakin marah.
"Gue masak buat nyokap gue, bukan buat loe-loe pada." amuk Adel menjewer telinga kedua sahabatnya.
"Awww.. Sakit nyet." Ringis Farid.
"Del,l lu mah bener-bener ya, gimana kalau telinga gue putus emang loe mau tanggung jawab?" Protes Nabila.
"Bodo amat, udah sekarang bantuin Gue masukin cumi sama sayurnya ke kotak bekal yang warna biru, gue mau ngambil baju ganti dulu di kamar." Titah Adel.
"Tapi gue laper." Ucap Farid diangguki oleh nabila.
"Nanti sisanya loe makan, bukannya gue pelit tapi kasian ibu gue belom makan." Ucap Adel.
Nabila senang bukan kepalang, dia langsung mengajak Farid memasukkan masakan Adel ke dalam kotak bekal. Selesai menyiapkan bekal untuk ibu Adel keduanya langsung menyantap masakan Adel dengan lahapnya sampai habis tak tersisa, Adel hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua sahabatnya.
Di kamar yang gelap dan juga pengap Albert membanting piring dan juga barang lainnya sampai tangannya terluka, tidak ada yang bisa menghentikannya saat ini meskipun Indah memaksa masuk tapi pak Ahmad melarangnya.
"Nyonya tunggulah disini jangan masuk atau nyonya akan tau resikonya, biarkan tuan muda melampiaskan amarahnya saya bisa membedakan antara kambuh dan juga tidaknya percaya pada saya nyonya." Ucap Pak Ahmad.
"Bagaimana kalau dia terluka?" Tanya Indah dengan khawatir.
"Saya sudah bicara dengan psikiater mengenai tuan muda, saya yang akan terus mengawasinya agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan." Ucap Ahmad.
Indah mengikuti ucapan Ahmad, Cindy menenangkan ibunya sedangkan di dalam kamar Albert masih melemparkan barang yang ada di kamarnya.
Prang .. Bugh.. Bugh..
"TIDAK BERGUNA .. Aaarrrghhh.. " Teriak Albert melempar pot kaca.
"Pembunuh"
"Cacat"
"Lumpuh."
Kata-kata itu selalu berbisik di telinga Albert, hal itulah yang membuatnya semakin tak bisa keluar dari rasa bersalahnya.
Bugh .. bughh.
Albert meninju tembok kamarnya sampai tangannya mengeluarkan darah segar namun ia tak menghiraukannya.
" Satu saat aku akan membalaskan semua penghinaanmu Lucas, Sonia setelah apa yang aku berikan padamu kau membalasnya dengan penghinaan sungguh bertahun-tahun aku membuang waktuku hanya untuk wanita tak berguna sepertimu." Ucap Albert dengan wajah dinginnya.
Ahmad sudah tak mendengar suara apapun dari dalam kamar Albert, dia memberanikan diri membuka pintu Kamar dengan hati-hati.
Ceklek ..
"Tuan muda." Panggil pak Ahmad.
" Aku disini paman." Sahut Albert dingin.
Pak Ahmad berjalan dengan meraba benda dan juga tembok mencari sumber suara, dengan hati-hati pak Ahmad berjalan di atas pecahan kaca.
" Tuan muda , waktunya kita pergi ke kamar mandi." ucap Pak Ahmad.
"Hmmm" Jawab Albert.
Pak Ahmad mendorong kursi roda ke kamar mandi, seperti biasa pak Ahmad membersihkan tubuh Albert yang sudah mengeluarkan bau tak sedap.
Para pelayan membersihkan kamar Albert selama Albert berada di kamar mandi, meskipun mereka tak kuat dengan aroma tak sedap di kamar Albert para pelayan tetap melakukan tugasnya sampai mual muntah dan hal itu di saksikan oleh Albert yang datang lengkap dengan pakaiannya.
Hueekk .. Huekk ..
"Bau sekali." Keluh salah seorang pelayan sambil menutup hidungnya.
"Aku gak kuat, huekkk .." Timpal pelayan lainnya.
"Keluar dari kamarku!!" sentak Albert mengusir kedua pelayan di dalam kamarnya.
Para pelayan terkejut melihat Albert, mereka ketakutan melihat wajah Albert yang sedikit rusak dan tatapan dinginnya yang terkesan menyeramkan sehingga tak ada yang berani menatapnya. Sikap Albert berubah drastis, Albert yang memang memiliki sikap dingin kini berubah menjadi monster tak berperasaan.
"Apa kalian tuli?! Pergi sekarang juga!!" Berang Albert.
Pak Ahmad memberi kode kepada pelayan untuk pergi, dia menenangkan Albert agar tidak lepas kendali.
"Mereka sudah pergi tuan." Ucap Ahmad.
"Tinggalkan aku sendiri." Albert dingin.
" Baik tuan muda." ucap pak Ahmad.
Pak Ahmad pergi dari kamar Albert, beruntung dia sudah mengobati luka di tangan Albert saat berada di kamar mandi.
Setelah kepergian kepala pelayan Albert memukuli kakinya yang tak bisa di gerakkan, dia sungguh merasa terpuruk menjadi pria yang tidak berguna dengan kecacatannya . Setiap hari dia mengurung dirinya sendirian di kamar, jarang makan sampai tubuhnya kurus dan rambutnya pun sampai panjang karena tak pernah di potong siapapun yang melihatnya pasti iba sekaligus takut.
Di rumah sakit Adel berjalan menuju kamar VIP dimana ayahnya di rawat di ikuti oleh kedua sahabatnya, saat ia sampai di kamar yang di tunjukkan oleh resepsionis Adel memeriksa ruangan yang mewah bak hotel bintang lima. Namun ia tak dapat menemukan ayahnya, Adel memeriksa kamar mandi dan kamar tunggu khusus keluarga pasien tetapi nihil orangtuanya tidak ada.
Perasaan Adel sudah tak karuan, dia memiliki firasat buruk tentang ayahnya. Dia bertanya kepada suster yang lewat menanyakan dimana ayahnya berada.
"Sus, apa suster tau dimana pasien yang bernama Yusuf Mehendra?" tanya Adel.
"Oh, pasien atas nama Yusuf yang baru pindah ke ruang rawat kini dia di pindahkan kembali ke ruang IGD agar bisa mendapatkan perawatan intensif karena detak jantungnya tidak stabil selain itu dokter mengatakan bahwa pasien harus segera melakukan operasi kembali." Jelas suster.
Degg!!
"Ayah .." tubuh Adel luruh seketika.