Miko seorang Psikiater menangani seorang pasien wanita dengan gangguan mental depresi. Tetapi dibalik itu ternyata ada seorang Psikopat yang membuatnya menjadi depresi.
Ketika pasien tersebut ternyata bunuh diri, sang Psikopat justru mengejar Miko.
Hari-hari Miko menjadi berubah mencekam, karena ternyata psikopat tersebut menyukainya.
Setelah menghadapi si psikopat ternyata ada sisi lain dari pria ini.
Bagaimana Miko menghadapi hari selanjutnya dengan sang Psikopat?
Yuk simak kisahnya di cerita Othor. Ada beberapa plot twist-nya juga loh..yang bikin penasaran...
Jangan lupa dukungannya ya man teman...
Oiya, di cerita ini ada adegan mengerikan, ****** ****** dan kata2 'agak gimana yah'
Jadi buat dek adek yg rada bocil mending skip dulu yah....maap ya dek...
Mohon bijak dalam membaca...
*Salam hangat dari othor*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 - Perampok
Malamnya, Morino sudah berada di lantai atas rumah kosong yang gelap. Ia dengan teropong jarak jauhnya siap memantau wanita kesukaannya.
Dengan rokok di sela bibirnya, ia terus melihat aktifitas Miko yang kerap kali membuka jendel kamarnya.
Morino melihat Miko tengah berdiri kemudian melangkah kecil di kamarnya sambil membaca buku dengan serius, sebelah tangannya memegang segelas minuman hangat. Miko yang saat itu memakai sweeter panjang sampai batas paha dengan celana pendek hampir tidak terlihat. Rambutnya yang berwarna coklat disanggul acak hingga tampak rambut-rambut kecil di sekitaran kening dan lehernya.
Semua pergerakan Miko sangat membuat Morino terpesona.
‘Kau benar-benar menggoda Miko’ gumam Morino sambil memegang teropongnya.
Morino mengalihkan pandangannya ke pintu masuk rumah Miko.
Ia melihat anak buahnya meletakkan sesuatu di depan rumah Miko di atas keset. Kemudan anak buah Morino memencet bel lalu mengacungkan ibu jarinya kearah rumah tua. Ia buru-buru menghilang dari depan rumah Miko. sedangkan Morino tersenyum dengan sudut bibirnya.
Dilihatnya dari kejauhan, Miko membuka pintu kemudian wanita itu melihat paket di depan rumahnya. Ia mengambil kotak agak besar itu, kemudian melihat ke kanan dan kekiri. Tampak kebingungan di wajahnya.
Miko membawa masuk kotak tersebut. Di bawahnya Marble mengikuti sambil melingkar di kakinya.
Kotak tersebut di bawanya ke kamar, kemudian diatas ranjang Miko membukanya. Miko terkejut ketika melihat isinya. Sebuah gaun cantik merek Vc, merek ternama dan hanya kalangan atas yang mampu membelinya. Ada juga sepatu, tas, makanan ringan dan isi yang seolah tak ada habisnya. Bahkan ada makanan untuk Marble si kucing.
Miko terlihat sangat senang. Ia langsung memberi Marble makan.
Miko masih terlihat bingung siapa yang mengirimnya malam-malam begini. Wanita itu terlihat di jendela, melongok keluar barangkali ada seseorang disana yang mungkin mengirim hadiah itu. Tapi tak seorangpun berada disana.
Morino tersenyum puas melihat wanitanya senang sekaligus kebingungan.
Di tempat yang berbeda,
Pagi-pagi sekali, Helena mendatangi rumah Morino. Pelayan memberitahu bahwa Morino masih tidur di kamarnya. Karena pria itu pulang dini hari tadi.
Helena langsung bergegas ke kamar pria itu. Dibukanya pintu kamar yang tidak terkunci.
“Sayang, bangunlah. Ini sudah pagi” bisik Helena yang sudah berada sangat dekat degan Morino.
Morino tersentak kaget. Ia langsung membuka matanya dan melihat waja Helena yang sangat dekat dengannya.
“Lena?! Apa yang kau lakukan di kamarku!” bentaknya.
“Membangunkanmu, sayang” ujar Helena seolah tidak perduli dengan kekesalan Morino.
“Ck! Aku berangkat ke kantor siang nanti! Untuk apa kau membangunkanku! Dasar pengganggu!” Morino menutup kepalanya dengan bantal.
Helena mengambil bantal yang menutupi kepala pria itu.
“Baiklah, aku akan menemanimu disini” ujar wanita itu yang kini rebahan dekat dengan Morino.
“Tidak! Keluar. Aku masih mau tidur!” pekiknya semakin geram.
Bukannya keluar, Helena justru memeluk Morino.
“REON! JEMMY! USIR WAINITA INI DARI KAMARKU!” Morino memanggil dua ajudannya yang berada di lantai bawah.
“Morino! Tidak perlu teriak-teriak seperti itu! Baik aku akan keluar!” akhirnya Helena menyerah, dan ia keluar kamar dengan membanting pintu kamar dengan keras.
“Dasar bodoh!” umpat Morino yang kemudian kembali tidur.
* * *
Siangnya, Morino yang berada di kursi belakang sedan mewahnya duduk dengan kai menyilang sambil mengamati layar ponselnya. Di sana terlihat Miko yang tengah menyiapkan makan siangnya.
Seseorang mengetuk pintu rumahnya. Miko bergegas kepintu. Morino memperhatikan dengan serius layaknya sedang menonton sebuah film drama.
Ketika pintu di buka, terlihat Jack bersama seorang wanita setengah tua. Mereka masuk kedalam dan berbincang di ruang tamu.
Morino mengerutkan alisnya. ‘Ada apa si Jack itu dirumah Miko. Apa itu Ibunya?’ batin Morino bertanya-tanya.
Malam harinya, Morino baru mengetahui bahwa wanita setengah tua yang bersama Jack adalah bibinya. Dan mereka mengajak Miko menghadiri pesta tahunan kecil-kecilan bersama keluarga besar Jack.
Miko yang sudah berada di aera pesta kebun, di sambut oleh keluarga Jack. Pesta kebun malam hari yang di adakan tidak jauh dari jalan, membuat Morino mudah memantau Miko dari dalam mobilnya dari kejauhan.
Awalnya semua terlihat biasa saja. Sampai ketika saat Miko tengah duduk di kursi kayu panjang sedang berbincang dengan gadis yang lebih muda darinya, tiba-tiba Jack menghampiri mereka, dan mengisyaratkan gadis muda itu untuk menyingkir. Kini Jack duduk bersebelahan dengan Miko.
Morino mulai memandangnya agak geram. Aura cemburu mulai memanas di dadanya.
Jack yang awalnya hanya berbincang dengan Miko tetapi tiba-tiba mendekatkan wajahnya kearah Miko. Pria itu hendak mencium Miko.
Miko yang spontan menghindar dan akan beranjak dari kursi tapi tiba-tiba di tarik oleh Jack. Hingga Miko berontak dengan segala penolakannya.
Jack menghentikan aksinya ketika bibi pria itu menghampiri mereka. Dengan buru-buru Miko berlalu pergi dari sana dan kembali pulang kerumahnya.
Mata Morino memandang tajam kearah Jack yang seolah kesal dengan kejadian itu.
Pukul dua belas lewat sepuluh, Jack mengirim pesan singkat ke Miko.
-Miko, maafkan kelakuanku tadi. Aku sedikit kelewatan, karena tidak bisa menahan rasa suka-ku padamu. Aku harap kau tidak marah dan memaafkanku-
Miko menghela nafas panjang. Kemudian membalas pesan Jack.
-Ya, kali ini aku memaafkanmu, Jack. Tapi tidak ada lain kali. Kau terlalu berani untuk orang yang baru mengenalku-
Kemudian Miko mematikan lampu, lalu tidur.
Paginya, pukul tujuh tiga puluh. Miko mendapat telepon dari Jack.
“Miko, bukankah aku sudah meminta maaf padamu? Kenapa kau masih mengutus orang untuk menghajarku?!”
Miko mengerutkan alisnya heran.
“Apa maksudmu, Jack? Siapa yang mengutus orang untuk menghajarmu?”
“Sekarang aku sedang berada di Rumah sakit. Semalam di jalan sepi dekat tepi danau, beberapa orang menghentikan motorku, lalu menghajarku dengan brutal. Mereka bilang padaku, aku tidak boleh menemuimu lagi. Dan ini adalah balasan untuk kelakuanku kemarin padamu”
“Apa! Aku tidak pernah menyuruh siapapun melakukan itu padamu, Jack! Aku bahkan tidak tahu siapa yang berbuat itu padamu! Oke, sekarang di Rumah sakit mana kau dirawat? Aku akan kesana” suara Miko agak khawatir.
“Jangan! Tolong jangan temui aku dulu. Aku tidak ingin ada masalah lagi Miko”
Sambungan telepon terputus. Miko tercekat dengan keheranannya sendiri.
‘Jangan-jangan, Morino …’
* * *
Beberapa hari kemudian,
Morino berada di depan sebuah bandara. Ia menunggu sahabatnya keluar dari pintu bandara. Tak lama setelah itu, sahabatnya, Dexton keluar dengan menggunakan jas hitam panjang juga cerutu di sela bibirnya.
Ketika bertemu, kedua pria itu berpelukan.
“Terimakasih menjemputku. Kau memang yang paling bisa kuandalkan” ucap Dexton.
“Aku rasa kita sudah impas” balas Morino. Senyum lebar tergambar di wajah keduanya.
“Hey, bagaimana jika kita rayakan kedatanganmu. Kita minum di tempat langgananku?” tanya Morino di dalam mobil.
“Dengan senang hati” Dexton menyetujuinya.
Mereka berdua minum di sebuah cafe di dalam Hotel bintang lima, yang menyediakan minuman keras paling mahal di kota itu.
Morino dan Dexton berbincang melepas kerinduannya setelah terpisah beberapa tahun lalu.
Morino memantau ponselnya sesaat. Alisnya mengerut sedikit menandakan keheranan. Pria itu melihat rumah Miko yang kosong. ‘Kemana perginya dia?’ tanya Morino membatin.
“Hey. Ada apa? Apa ada yang tidak beres?” tanya Dexton pada sahabatnya, Morino.
“Ah, tidak. Jadi, bagaimana? Apa kau akan membangun bisnis lagi, Dex?” tanya Morino sambil menyimpan ponselnya ke saku.
Beberapa malam berlalu.
Seperti biasanya, di malam hari. Morino suda berada di atas jendela rumah tua sebrang rumah Miko.
Namun pemantauan malam ini ia melihat sesuatu yang aneh.
Pukul sebelas malam. Dua orang pria mengendap-endap memasuki rumah Miko.
Morino memasang matanya tajam melihat dari teropong, dua pria sudah berhasil membobol pintu depan rumah Miko. Morino langsung bergegas turun ke bawah.
“Brengsek! Mereka cari mati!”