Dalam rumah tangga, CINTA saja tidak cukup, ... Masih diperlukan kesetiaan untuk membangun kokoh sebuah BIDUK.
Namun, tak dipungkiri TAKDIR ikut andil untuk segala alur yang tercipta di kehidupan FANA.
Seperti, Fasha misalnya; dia menjadi yang KEDUA tanpa adanya sebuah RENCANA. Dia menjadi yang KEDUA, walau suaminya amat sangat MENCINTAI dirinya. Dia menjadi yang KEDUA, meski statusnya ISTRI PERTAMA.
Satu tahun menikah, bukannya menimang bayi mungil hasil dari buah cinta. Fasha justru dihadapkan kepada pernikahan kedua suaminya.
Sebuah kondisi memaksa Samsul Bakhrie untuk menikah lagi. Azahra Khairunnisa adalah wanita titipan kakak Bakhrie yang telah wafat.
Tepatnya sebelum meninggal, almarhum Manaf memberikan wasiat agar Bakhrie menikahi kekasihnya yang telah hamil.
Wasiat terakhir almarhum Manaf, akhirnya disetujui oleh Bakhrie dan keluarganya tanpa melihat ada hati yang remuk menjadi ribuan keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAM EMPAT BELAS
Awalnya semua baik, pernikahan Fasha bersama Bachrie begitu sempurna. Bahkan, dahulu, saat baru pertama kali Fasha datang ke kediaman keluarga Sudjatmiko, Ummi Fatima pun begitu menyanjungnya.
Cantik, shalihah, keturunan orang kaya, cucu seorang kiyai. Yah, Fasha dan Bachrie satu kufu jika melihat dari keberadaan ekonomi keluarga dan pendidikan tingginya.
Namun, perlahan semuanya berubah. Ummi Fatima tak lagi hangat, sindiran tentang cucu mulai sering membuat Fasha sakit.
Terlebih, setelah kemarin mendapatkan fitnah dari Azahra soal paha Azalea. Fasha semakin yakin jika perempuan itu memiliki sifat yang licik dan manipulatif.
Yah, jika dipikir ulang, mungkin selama Fasha di Indonesia, trik rubah betina inilah; satu dari ribuan cara yang dipakai Azahra untuk menahan Bachrie agar tercipta celah besar di antara mereka.
Kalau sudah berbohong satu kali, maka akan ada kebohongan berikutnya. Seperti Fasha yang juga berbohong pada King Miller ketika lelaki crazy rich itu menanyakan pipinya.
Wanita itu dengan enteng menjawab hanya karena alergi skincare, dan semua orang dengan mudah mempercayai karena sejauh ini, Fasha dikenal sebagai wanita yang tidak suka mengatakan kebohongan.
Di kamar, Bachrie bersimpuh. Memohon supaya Fasha mengurungkan niatnya untuk melayangkan gugatan cerai.
Selain demi janin yang dikandung. Ayah Bachrie juga dipastikan akan sakit setelah mendengar berita perceraian setelah Fasha sendiri tengah hamil cucunya.
Hal yang membuat Fasha semakin tahu bila mana Bachrie pria yang egois. Bachrie selalu memikirkan bagaimana keluarganya, tapi tak pernah memikirkan dirinya sebagai seorang istri.
Padahal, kurang apa dia selama ini, Fasha bahkan rela dimadu karena cintanya yang begitu besar terhadap lelaki itu. Namun apa balasannya, dua kali tamparan dan banyak kebohongan di belakangnya.
"Demi anak kita. Demi Abah. Demi hubungan kita yang sudah berjalan hampir sepuluh tahun lamanya, Sayang." Bachrie genggam tangan Fasha yang tak pernah mau menatap dirinya.
"Aku minta maaf sudah menampar mu. Aku minta maaf soal sindiran tentang anak yang sebelumnya aku katakan saat aku marah. Aku minta maaf soal kata- kata jenuh dan bosan ku yang menyakiti mu. Aku minta maaf selalu membuat mu menangis."
Sejujurnya, Bachrie juga tak ingin Fasha menangis. Bachrie hanya tak suka Fasha mengumpat bahwasanya Azalea memang hasil hubungan yang tidak baik.
Tidak ada anak yang dilahirkan haram, Azalea suci dan Fasha pun mengakui, barusan dia kelepasan saking sakitnya. Tapi, tamparan itu berhasil masuk ke kerak hati terdalamnya.
"Apa keuntungan yang Acha dapat kalau kita tidak jadi bercerai? Apakah hanya mendapat poligami seumur hidup?" Fasha negosiasi.
"Apa mau kamu?" Walau takut menanyakan hal ini, tapi Bachrie mencoba mengajak Fasha bicara dari hati ke hati demi hubungan yang sudah berjalan selama ini.
"Sederhana sekali, ... Acha mau, seluruh aset Mas Bachrie, harus atas nama Acha. Dan uang setengah milyar yang dikirim ke Azahra, itu menjadi yang terakhir karena setelah ini, seluruh keuangan Mas Bachrie, Acha sendiri yang akan mengaturnya termasuk kebutuhan Azalea dan Azahra."
"Itu perkara yang mudah." Bachrie tersenyum lalu memeluk istrinya. "Jangan pergi dariku, apa lagi dalam kondisi hamil."
"Acha juga mau. Kita tinggal di Indonesia saja. Mas Bachrie kerja seperti dulu di sini. Dan Zahra, harus diundang ke acara syukuran kehamilan Acha, besok."
"Apa pun untuk mu, Sayang." Bachrie mempererat pelukannya. "Kamu yang pertama dan selalu yang utama."
...][∆°°°°^°°∆°°^°°°°∆][...
"Bachrie ke mana, Sayang?" King segera bertanya pada Fasha yang baru saja tiba di meja makan klasiknya.
"Lagi pulang ke rumah, Pa. Ada yang mau diberesin dulu di sana."
"Oh." King manggut- manggut, lalu meraih sapu tangan dan lekas duduk di kursi utama meja makannya.
Fasha ikut duduk di sisi saudara lainnya yang juga melengkapi satu persatu kursi. Ada dua ipar perempuan dan tiga saudara lelakinya.
Ramai, tapi hati Fasha kosong. Fasha sudah semalaman suntuk mendapat pelukan hangat suaminya.
Pagi ini, setelah shalat subuh Bachrie pamit pulang ke rumah yang biasanya ditinggali mereka dan belum membalas pesannya dari Bachrie pergi.
Fasha yakin, Bachrie kembali ke sana untuk mempersiapkan rumah agar bisa ditinggali Azahra dan Azalea.
Kemarin, Abah Sudjatmiko, Ummi Fatima, termasuk Azahra dan Azalea melangsungkan penerbangan di hari itu juga.
Walau kemarin berkata akan adil, dan Fasha yang utama, nyatanya Azahra masih dijadikan tempat yang paling didahulukan.
Pagi berlalu begitu cepat, siang, sore, berganti datang, Bachrie sempat pulang di malamnya lalu menghilang lagi setelah subuh lagi.
Acara syukuran diadakan besok malam, tapi sampai pagi lagi Bachrie tak pulang ke rumah utama keluarga Miller.
Fasha tahu, Azahra dan yang lainnya telah tiba di Indonesia dari jam tiga dini hari, makanya Bachrie antusias untuk datangi rumah yang dulu ditinggali mereka berdua.
Fasha menghela sabar, dia harus terbiasa dengan keberadaan Azahra dan Azalea yang selalu membuat Bachrie kembali lupa waktu bahkan kewajibannya terhadap Fasha.
Fasha sampai harus menyusul, demi tak membuat King Miller yang terus menanyakan keberadaan Bachrie, curiga.
Dan yah, siang ini cukup terik, Fasha diantar sopir taksi demi tak membuat sopir rumah King Miller tahu pernikahan kedua suaminya.
Tiba di tempat, Fasha masih memiliki akses yang baik bagi rumah ini. Kunci gerbang, atau kunci apa pun, Fasha masih menyimpannya.
Wah, teras rumah, rapi sekali. Padahal kemarin sempat ditinggal ke Dubai. Bahkan, ruang tamu, ruang tengah, sangat rapi.
Sepertinya, Bachrie kerja seharian kemarin untuk menyambut kedatangan Azahra. Dan, yah, alhasil rumahnya menjadi kinclong.
"Abah..." Fasha berseru karena di luar ada mobil Jatmiko tapi tak ada satupun kelebatan raga mertuanya, bahkan Fatima. Apa mungkin sedang ada di halaman belakang?
Fasha tak berlanjut mencari tahu, Fasha hanya perlu mendatangi kamar utama, di mana seharusnya dia mendapatkan suami tercintanya.
Pintu memang terkunci, Fasha tak perlu bingung karena dia tahu sandi pintu kamar utama miliknya sendiri. "Aku lebih baik dari Kak Fasha kan, Mas! Ahh!"
Benar, ... dari celah pintu yang baru akan dilebarkan oleh dorongannya, Fasha melihat gerakan menggebu itu. Fasha mendapat Bachrie di dalam sana, tapi tidak sendiri, pria itu tengah mendesah bersama madunya.
"Kamu terbaik, Zahra!"
"Apa, Kak Fasha pernah memberikan seperti ini sama Mas?"
Di sela desah mereka, Azahra selalu mengungkit nama Fasha, dan Fasha semakin hancur saat Bachrie menggeleng kepala sambil terpejam seolah sedang menikmati permainan ranjang Azahra.
"Kamu yang terbaik."
Fasha mundur secara pelan, menutup pintu yang seharusnya tidak dia buka sedari awal datang ke rumah yang ditempati Azahra.
Fasha duduk di kursi meja makan. Tangannya gemetar, hatinya sudah terasa dingin. Yah, rasanya seperti cemeos yang entah kenapa begitu sesak dirasakannya.
"Sayang..." Tak lama dia bergeming di tempat ini, suara Bachrie terdengar dari belakang.
Fasha bangkit, lalu berbalik dan menatap Bachrie dengan rambut basah. Tak lama, disusul oleh Azahra yang juga baru selesai membetulkan hijabnya.
"Aku tahu kalian masih pengantin baru. Suasana kamar kalian pun masih menggebu- gebu pastinya. Tapi ingat lagi status rahasia pernikahan kalian yang sedang berusaha aku tutupi secara mati- matian dari King Miller. Jadi untuk kali ini aku pesan, tolong jangan terlalu membuatnya curiga."