NovelToon NovelToon
Terjerat DUDA Mafia

Terjerat DUDA Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:17.9k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

Prang!!!

Seeeeettt!!

Hujan deras menyelimuti malam ketika Hawa Harper mendapati sebuah mobil mewah terguling di jalan sepi. Di balik kaca pecah, ia melihat seorang pria terluka parah dan seorang anak kecil menangis ketakutan. Dengan jantung berdebar, Hawa mendekat.

“Jangan sentuh aku!” suara pria itu serak namun tajam, meski darah mengalir di wajahnya.

“Tuan, Anda butuh bantuan! Anak Anda—dia tidak akan selamat kalau kita menunggu!” Hawa bersikeras, melawan ketakutannya.

Pria itu tertawa kecil, penuh getir. “Kau pikir aku percaya pada orang asing? Kalau kau tahu siapa aku, kau pasti lari, bukan menolong.”

Tatapan Hawa ragu, namun ia tetap berdiri di sana. “Kalau aku lari, apa itu akan menyelamatkan nyawa anak Anda? Apa Anda tega melihat dia mati di sini?”

Ancaman kematian anaknya di depan mata membuat seorang mafia berdarah dingin, tak punya pilihan. Tapi keputusan menerima bantuan Hawa membuka pintu ke bahaya yang lebih besar.

Apakah Hawa akan marah saat tahu kebenarannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Tidak Terduga

Cahaya matahari pagi menembus tirai kamar hotel, menciptakan nuansa hangat di dalam ruangan. Hawa sudah bangun sejak subuh, memastikan Emma rapi dan siap menghadapi hari baru. Emma, dengan tingkah polosnya, tersenyum penuh semangat saat Hawa membantunya memakai dress kecilnya.

"Kak Hawa selalu membuatku cantik," ucap Emma dengan senyum manis.

Hawa tertawa kecil, mengelus rambut bocah itu. "Emma memang sudah cantik, Kakak hanya membantu sedikit."

Harrison, yang sudah menunggu di sofa tengah dengan secangkir kopi di tangannya, mendengar percakapan itu dan merasa hatinya hangat. Perasaan ini mulai sering muncul setiap kali ia melihat Hawa. Namun, ia segera mengalihkan perhatian dan berdiri.

"Sudah siap, Emma? Kita keluar sebentar sebelum sarapan. Ada tempat bagus di sekitar sini," kata Harrison sambil menggenggam kunci mobilnya.

Emma bersorak kecil. "Siap, Papa! Kak Hawa ikut, kan?"

Hawa menatap Harrison dengan sedikit ragu. "Apa aku perlu ikut, Tuan? Jika hanya jalan-jalan singkat, aku di sini saja."

"Tentu saja kau ikut," jawab Harrison tegas. "Ini bukan permintaan, Hawa."

Merasa tidak punya pilihan, Hawa hanya mengangguk. Mereka bertiga keluar dari kamar hotel, bertemu Ares yang sudah menunggu di lobi.

Tujuan mereka adalah taman kecil di dekat hotel, tempat Emma bisa bermain sejenak. Harrison, Hawa, dan Emma tampak seperti keluarga kecil yang bahagia. Hawa bahkan beberapa kali tertawa melihat Harrison membantu Emma bermain ayunan, sisi lembut pria itu terlihat jelas.

Namun, suasana berubah ketika seseorang mendekat dari kejauhan. Sosok wanita dengan gaun mewah dan riasan sempurna muncul di hadapan mereka.

"Ella," gumam Harrison dengan nada datar, namun matanya menajam.

Emma, yang semula tertawa lepas, langsung bersembunyi di belakang Hawa. "Aku nggak mau bicara dengannya," bisiknya ketakutan.

Hawa menggenggam tangan kecil Emma, memberikan rasa aman. "Jangan khawatir, Emma. Kakak ada di sini."

Ella mendekati mereka dengan senyum sinis. "Harrison. Lama tidak bertemu. Dan… siapa ini? Kekasih baru?" tanyanya, matanya menatap Hawa dengan penuh penghinaan.

Harrison tersenyum dingin. "Ya, Ella. Ini Hawa, kekasihku."

Hawa tertegun mendengar kata-kata itu. Jantungnya berdegup kencang, tapi ia tetap berusaha menjaga ekspresinya.

Ella tampak terkejut, tapi segera tertawa sinis. "Kekasih? Sejak kapan kau menyukai seseorang yang... biasa saja?"

Harrison melangkah maju, berdiri di antara Ella dan Hawa. "Hawa jauh lebih berarti daripada seseorang yang meninggalkan keluarganya tanpa alasan, seperti yang kau lakukan."

Hawa, yang semula memilih diam, akhirnya angkat bicara. "Setidaknya, aku tidak meninggalkan tanggung jawabku. Wanita yang meninggalkan anaknya tanpa peduli apa yang terjadi padanya tidak punya hak untuk berbicara seperti itu."

Wajah Ella memerah karena amarah. "Kau pikir kau siapa? Berani-beraninya bicara seperti itu pada—"

"Aku lebih dari cukup untuk melindungi Emma dari seseorang yang tidak tahu arti menjadi seorang ibu," potong Hawa dengan tegas.

Ella melirik Emma yang tetap bersembunyi di belakang Hawa. "Emma, aku ibumu. Kau seharusnya mendengarkan aku."

Namun, Emma akhirnya bersuara, matanya penuh air mata. "Kau bukan ibuku. Kak Hawa yang selalu menjagaku. Aku nggak butuh kamu."

Kata-kata itu menusuk hati Ella, tapi Harrison tidak memberi kesempatan padanya untuk melanjutkan. "Sudah cukup, Ella. Pergi sebelum aku benar-benar kehilangan kesabaran."

Ella memandang mereka dengan tatapan penuh kebencian, tapi akhirnya berbalik dan pergi tanpa berkata apa-apa lagi.

Setelah kejadian di taman, Harrison, Hawa, dan Emma memilih langsung ke restoran hotel untuk sarapan. Restoran itu cukup ramai, tapi suasana tetap terasa nyaman dengan desain interior yang elegan. Ares sudah memesan meja di sudut ruangan yang cukup privat.

Emma tampak lebih ceria setelah kejadian tadi, apalagi dengan Hawa yang terus memberinya perhatian. Saat pelayan datang membawa menu, Harrison memesan dengan tenang, sesekali melirik ke arah Hawa yang masih tampak ragu.

"Hawa, kau suka apa?" tanya Harrison tiba-tiba.

Hawa yang sedang membuka menu mendongak dengan sedikit gugup. "Aku tidak masalah, Tuan. Aku akan pilih yang ringan saja."

"Tidak perlu formal di sini," ujar Harrison lembut. "Kita sedang sarapan bersama. Anggap saja seperti keluarga."

Kata-kata itu membuat wajah Hawa memerah. Ia hanya mengangguk pelan dan menyebutkan pesanannya. Emma, di sisi lain, sibuk memilih menu favoritnya sambil berceloteh tentang kejadian tadi di taman.

"Papa tadi hebat!" kata Emma penuh semangat. "Aku senang Papa bilang kalau Kak Hawa itu kekasih Papa!"

Hawa langsung terbatuk kecil, hampir tersedak mendengar ucapan Emma. Ia buru-buru menyesap air putih di depannya, sementara Harrison menahan senyum tipis.

"Emma," ujar Hawa dengan suara pelan, "itu hanya... ya, anggap saja bagian dari pembicaraan tadi."

"Tapi kan Kak Hawa memang cocok jadi kekasih Papa," lanjut Emma polos, membuat Hawa semakin salah tingkah.

"Emma," potong Harrison, "fokus ke sarapanmu dulu, ya."

Emma hanya tertawa kecil, sementara Hawa menundukkan wajahnya, mencoba menyembunyikan rona merah di pipinya.

Percakapan berlanjut dengan suasana yang lebih santai. Harrison dan Hawa mulai berbicara tentang hal-hal ringan, seperti rencana hari itu. Harrison bahkan sempat menggoda Hawa dengan pertanyaan tentang makanan favoritnya, membuat Hawa semakin canggung.

"Jadi, kau suka makanan manis?" tanya Harrison, sambil menyeruput kopinya.

Hawa mengangguk pelan. "Ya, aku lebih suka dessert dibanding makanan berat."

"Kalau begitu, lain kali aku akan pastikan kita mencicipi dessert terbaik di kota ini," kata Harrison sambil tersenyum tipis.

Hawa hanya bisa tersenyum kecil, hatinya mulai merasakan sesuatu yang berbeda pada Harrison.

Namun, momen harmonis itu tidak berlangsung lama. Dari sudut mata, Harrison melihat Ella memasuki restoran dengan langkah anggun. Wanita itu langsung mendekati meja mereka, dengan senyum yang sama sekali tidak menyenangkan.

"Ah, Harrison," sapa Ella dengan nada tinggi. "Tidak kusangka kita bertemu lagi, dan tampaknya kau... menikmati kebersamaanmu."

Emma langsung menegang di tempat duduknya, sementara Hawa menatap Ella dengan tatapan waspada.

"Apa yang kau inginkan, Ella?" tanya Harrison datar.

Ella tidak menjawab, malah mengalihkan pandangannya ke Hawa. "Dan ini kamu masih membawanya juga? Lebih pantas jadi pengasuh Emma?"

Harrison langsung menyela sebelum Hawa bisa menjawab. "Hawa adalah kekasihku. Jadi, berhentilah menghinanya."

Hawa kembali terkejut mendengar pernyataan itu, tapi ia tidak bisa membiarkan Ella terus merendahkannya. Ia mengambil napas dalam dan menatap Ella dengan tegas.

"Setidaknya aku ada untuk Emma," ucap Hawa dengan nada dingin. "Berbeda dengan seseorang yang memilih meninggalkan anaknya sendiri."

Ella memutar bola matanya. "Kau tidak tahu apa-apa. Harrison, aku hanya ingin bicara denganmu. Berdua."

"Tak ada lagi yang perlu dibicarakan," jawab Harrison cepat. "Emma sudah membuat pilihannya, dan aku juga."

Ella tampak semakin kesal, terutama saat Emma berkata dengan suara kecil tapi penuh ketegasan, "Aku tidak butuh kamu. Kak Hawa dan Papa sudah cukup untukku."

Mendengar itu, Ella melemparkan tatapan penuh kebencian sebelum akhirnya berbalik pergi. Harrison menghela napas panjang, mencoba mengendalikan amarahnya, sementara Hawa menggenggam tangan Emma dengan lembut, memberinya rasa aman.

Setelah kepergian Ella, suasana di meja kembali tenang. Harrison menatap Hawa dengan penuh rasa terima kasih.

"Hawa," ucapnya perlahan, "aku benar-benar menghargai apa yang kau lakukan tadi."

Hawa tersenyum tipis. "Aku hanya melakukan apa yang menurutku benar. Emma tidak pantas diperlakukan seperti itu."

Harrison mengangguk. "Dan aku tidak pernah menyesal memilihmu untuk berada di sisi kami."

Wajah Hawa kembali merona, tapi ia tidak mengatakan apa-apa. Di sisi lain, Emma sudah melanjutkan makannya dengan ceria, seolah kejadian tadi tidak pernah terjadi.

Bersambung.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hi semuanya, jangan lupa ya like dan komentarnya.

Terima kasih.

1
Astuti Setiorini
horizon butuh strategis dan pemikiran yang matang ndk boleh gegabah,semoga smua berjlan lancar
ziear: amin🤲
total 1 replies
Anrezta Zahra
salah ternyata....siapa lg ini lucas ....tmbh lg musuhnya
ziear: betul kak, Dinda adalah salah satu poin Harrison yang di sembunyikan
total 1 replies
Anrezta Zahra
jangan² dinda....
ziear: siapakah dinda dimasa depan???
Anrezta Zahra: entah kok langsung kepikiran dinda...🤔🫣
total 3 replies
ziear
terima kasih kak
Astuti Setiorini
menguras tenaga dan pikiran,penuh trik dan taktik,suka dengan pemikiran horizon
Astuti Setiorini
knp ella ndk di dor juga,
ziear: tunggu kak masih ada hal yang harus di selesaikan sama Ell. tunggu ya
total 1 replies
Astuti Setiorini
semoga aza kluarga horizon slmat dan kali smoga victoria dan ella skutunya di dor dor dead aza jgn sampai mengganggu untk 3xnya
ziear: ho oh setuju kak. tunggu ya kelanjurannya/Smile/
total 1 replies
Astuti Setiorini
semoga merka bisa mengatasi rintangan yang menghadang
ziear: amin 🤲🤲🤲
total 1 replies
Astuti Setiorini
syukurlah emma selamt,horizon hrs lbh waspada dan hati2 lagi
ziear: karena musih masih banyak di depan
total 1 replies
Astuti Setiorini
ibu ndk ada akhlak anak sendr dipertaruhkan ,semoga horizon membalas rasa takut emma,smg smua slmat ema horizon dan anak buah horizon
Astuti Setiorini
semoga victoria kalah telak
ziear: amin 🙏🤲
total 1 replies
Astuti Setiorini
semoga kluarga hawa dan suaminya baek2 aza,musuh menargetkan kediaman suami hawa
ziear: amin🤲🤲🤲
total 1 replies
Astuti Setiorini
semoga horizon bisa mengatasi
ziear: amin kak
total 1 replies
Astuti Setiorini
konflik mulai muncul..semoga smua berjaln lancar
ziear: amin.
total 1 replies
Astuti Setiorini
kluarga horison udah merestui
beybi T.Halim
baru mampir.,sepertinya menarik.,perempuan yg kuat💪💪
ziear: terims kasih kak.
happy reading
total 1 replies
Astuti Setiorini
wah malu2 kucing emma dan papanya emma
ziear: ho oh kak, gimana kalau...
ah tunggu ya kelanjutannya.😁😍
total 1 replies
HARTINMARLIN
semoga impian mu terwujud Emma
ziear: amin ya allah.🤲
total 1 replies
Astuti Setiorini
luar biasa
ziear: Terima kasih kak dukungannya.🤗😁🙏
total 1 replies
Astuti Setiorini
semgat emma smoga rencanamu terwujud
ziear: amin ya allah.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!