Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9
Setelah duduk termenung cukup lama dan berpikir keras, akhirnya Elsa mencoba menelpon dokter Kelvin dan minta saran darinya karena dia tidak punya siapa siapa lagi untuk di mintai saran, setelah bercerita kepada dokter Kelvin apa yang dia alami di sekolah sejak sebelum kecelakaan,
“Aduh repot juga ya, kamu mau pindah ke jakarta jadinya ?” tanya Kelvin.
“Iya dok, kenalan dokter bisa bantu ngurus pindah ku ga ya ?” tanya Elsa.
“Hmm coba ku tanya dulu ya, di sekolah itu ada sekolah smp juga sih, tapi coba deh, malaman aku kabari,” balas Kelvin.
“Baik dok, terima kasih, sori nyusahin,” balas Elsa.
“Ga apa apa, aku juga tanggung jawab karena menawari kamu,” balas Kelvin.
“Makasih ya dok, aku tunggu ya dok,” balas Elsa.
Setelah telepon di tutup, Elsa kembali termenung, dia berpikir keras kemudian dia menyadari sesuatu,
“Eh kok aneh ya, sejak kapan aku bisa berpikir seperti ini, biasanya aku pasrah dan terima semua, trus paling ngadu atau curhat, ini pengaruh tante juga kali ya, aku jadi merasa sedikit lebih dewasa....enggak dikit juga sih, banyak, baru sekali ini aku mengambil keputusan penting di dalam hidup ku,” ujar Elsa dalam hati.
Elsa masuk ke dalam kamarnya, dia turun dari kursi roda kemudian membuka lemari, dia mulai mengemas pakaian pakiannya. Setelah itu, dia pergi ke kamar kakek dan neneknya, dia mengambil semua data dirinya, sertifikat rumah dan data kakek juga neneknya. Malam nya, Kelvin mengabari kalau temannya di jakarta akan mengurus perpindahan Elsa ke sekolah jakarta. Dia juga memberi nomor temanya di jakarta agar bisa kontak langsung dengan Elsa.
Dua hari setelahnya, Elsa datang ke sekolah untuk pertama kalinya setelah sekian lama, namun dia tidak ke kelas melainkan ke ruang kepala sekolah dan menjelaskan maksud kedatangannya kepada kepala sekolah.
“Oh jadi begitu ya, ada kerabat yang ingin kamu bersama mereka dan bersekolah di jakarta,” ujar kepala sekolah.
“Iya benar pak, jadi saya kesini minta surat pindah dari sini untuk saya bawa kesana nanti,” balas Elsa.
“Bapak ngerti, pasti berat ya tinggal di rumah sendirian,” ujar pak kepala sekolah.
“Iya pak, banyak kenangannya,” balas Elsa.
“Ya sudah, bapak siapkan, besok kamu ga usah ke sini, nanti bapak titip ke Meri aja supaya anter suratnya ke rumah kamu,” ujar pak kepala sekolah.
“Ga usah pak, saya datang aja sekalian jalan,” balas Elsa.
“Oh kalau gitu ya udah, jam berapa kamu mau jalan ?” tanya pak kepala sekolah.
“Pagi pak, sekitar jam 8 gitu,” jawab Elsa.
“Ya sudah, besok mampirin aja dulu kesini ya,” ujar pak kepala sekolah kepada Elsa.
“Terima kasih pak,” balas Elsa.
“Saya salut sama kamu, walau kondisi mu seperti itu dan dalam keadaan duka yang beruntun, kamu tetap tegar dan mau maju, banyak orang yang mengalami kejadian seperti kamu menjadi hancur dan sulit untuk bangkit lagi, bapak berdoa supaya kamu sukses di jakarta, bapak dukung kamu Elsa,” ujar pak kepala sekolah sambil tersenyum dan menjulurkan tangannya.
“Terima kasih pak, saya akan berusaha maksimal di sana,” ujar Elsa.
Setelah itu, Elsa keluar, dia mengayuh kursi rodanya menelusuri koridor, dia menoleh melihat kelasnya yang sedang belajar dan sempat berhenti sebentar, kemudian dia berjalan lagi sambil tersenyum.
“Bye bye para makhluk yang nyebelin,” ujar Elsa dalam hati.
Elsa terus mengayuh kursi rodanya meninggalkan gedung sekolah, tapi tiba tiba “ngik,” kursi rodanya berhenti mendadak dan Elsa hampir terjungkal ke depan, dia menoleh melihat Remon memegang pegangan kursinya,
“Mau kemana lo ?” tanya Remon.
“Bukan urusan lo, lepas ga, kalo ga gue tereak nih,” jawab Elsa.
Remon melepaskan pegangannya dan Elsa langsung mengayuh kembali kursi rodanya, namun Remon bejalan di sampingnya,
“Serius, lo mau kemana ?” tanya Remon.
Elsa tidak menghiraukan pertanyaan Remon, dia mengayuh kursi rodanya dengan cepat agar secepatnya dia sampai ke pagar. Tapi tiba tiba Remon berdiri di depannya dan merentangkan tangan sampai membuat Elsa terpaksa berhenti,
“Lo mau minggir ga ?” tanya Elsa kesal.
“Jawab gue dulu, lo mau kemana ?” tanya Remon.
“Bukan urusan lo, tuh gue jawab, sekarang minggir,” jawab Elsa.
“Lo asli rese ya, gue tanya lo baik baik tau ga,” ujar Remon dengan nada mulai tinggi.
“Trus kenapa kalo gue ga mau jawab ? gue mau kemana kek ga ada urusannya ama lo, ngerti,” ujar Elsa dengan nada yang lebih tinggi.
“Lo bener bener yeh, bukannya menghargai gue yang udah mau ama lo walau kaki lo buntung, malah nyolot,” ujar Remon marah.
“Lo ngomong sekali lagi, gue bakal teriak beneran, sekarang minggir sebelum gue tambah marah,” balas Elsa.
“Kalo gue ga mau minggir lo mau apa ?” tanya Remon.
Elsa langsung mengayuh kursi rodanya ke arah Remon, namun Remon malah menangkap kursi rodanya dan melemparnya sampai Elsa jatuh terjerembab ke tepi jalan.
“Hei, ada apa itu,” teriak sekuriti dari pagar.
Remon melihat sekuriti berlari ke arahnya, dia menatap Elsa dan langsung berjalan pergi begitu saja meninggalkan Elsa, sang sekuriti langsung membantu Elsa dan membetulkan posisi kursi rodanya, kemudian dia menggendong Elsa agar duduk kembali di kursi rodanya,
“Ga apa apa kan de ?” tanya sang sekuriti.
“Ga apa apa pak, maaf saya ngerepotin,” jawab Elsa.
“Mau saya anter ga de ?” tanya sekuriti.
“Ga usah pak, ga apa apa,” jawab Elsa.
“Yang tadi itu siapa ? kalau dia macam macam saya laporin guru,” ujar sekuriti.
“Udah pak, ga apa apa, saya jalan dulu ya pak,” balas Elsa.
“Iya de, hati hati ya,” balas sekuriti.
Elsa kembali mengayuh kursi rodanya, air matanya mulai berlinang menutupi wajahnya yang merah,
“Aku ga apa apa kok...bener...ga apa apa...hehehe....bener,” ujar Elsa dalam hati sambil memaksakan diri tersenyum.
Elsa mengusap matanya meggunakan lengan dan kembali mengayuh, kali ini dia benar benar tersenyum,
“Besok aku sudah tidak di sini, selamat tinggal bandung,” ujar Elsa.
******
Kembali ke masa kini, Elsa tersenyum mendengar suara televisi di apartemen sebelah, dia mendengarkan lagu yang mengalun di balik dinding,
“Paling ga, sekarang ada temennya, kemarin kemarin rasanya sepi banget, ga ada orang di sebelah kanan dan kiri hehe, aku harus maju, aku harus sukses dan aku akan menemukan dimana suami tante kemudian mencari orang yang mau bersama ku selamanya...kalau ada yang mau sama cewe buntung kayak aku hehe....hik....hehe, jadi kangen sama mama, papa, kakek dan nenek...hik...hehe,” ujarnya dalam hati sambil tersenyum dan menangis.
Setelah suara televisi tidak terdengar lagi, Elsa mengayuh kursi rodanya masuk ke dalam kamar dan dia mengganti pakaian nya dengan pakaian tidur kemudian melompat naik ke atas ranjang untuk berbaring sambil membaca baca sesuatu di smartphone nya.