Terlahir dengan kekuatan istimewa, akankah membuat hidup Angela jadi lebih bahagia? atau penuh dengan rintangan.
Mampukah Angela mengendalikan kekuatannya? ataukah kekuatan itu akan menghancurkan dirinya?
Ikuti terus kisah Angela hingga akhir ya ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Aku mau mereka putus! Dan Kenan jadi pacarku!"
Angela mengutarakan keinginannya dengan hati yang dipenuhi rasa cemburu. Larangan sang ayah agar dirinya tidak pacaran selama sekolah Angela lupakan begitu saja.
Gadis itu tidak menyadari, jika setiap keinginannya yang terwujud akan Angela bayar dengan mahal suatu saat nanti.
Gadis cantik bermata biru itu menunggu selama beberapa saat, namun tak ada yang terjadi sampai akhirnya bel tanda jam pelajaran dimulai berbunyi.
"Angela ayo kita ke kelas, udah bel tuh." ajak Khalisa pada sang sahabat yang masih asik merenung.
"Kamu duluan aja Lis." Angela meminta Khalisa pergi lebih dulu, karna ia ingin melihat Kenan dan Lydia lebih lama lagi.
Gadis cantik itu terus menatap lekat ke arah Kenan dan Lydia, sampai tak terasa tinggal mereka bertiga saja yang masih berada di lapangan sekolah.
"Mana, gak terjadi apa-apa kok? Aku kira mereka akan langsung putus?" gerutu Angela dengan bibirnya yang mencebik.
Angela sempat mengira jika dirinya memiliki keistimewaan hingga semua yang ia ucapankan akan menjadi kenyataan. Nanum kenyataan tak seperti yang ia harapkan.
Karna merasa kecewa Angela memutuskan untuk pergi ke kelas lebih dulu. Meninggalkan sepasang kekasih itu hanya berdua saja.
Namun tanpa Angela ketahui, sebenarnya sepasang kekasih yang terlihat mesra itu sedang bertengkar hebat.
"Apa maksud dari semua ini Lydia?"
Tanpa sengaja Kenan membaca chat mesra dari om-om yang membooking Lydia tadi malam dari ponsel milik sang kekasih.
"Sayang aku bisa jelasin. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan kok." ucap Lydia dengan wajah gusarnya.
"Gak ada yang perlu dijelasin lagi Lidya, semua sudah cukup jelas!" Kenan membanting ponsel berlogo apel kegigit keluaran terbaru itu ke atas pangkuan Lydia.
"Kenan! Tunggu!" Pekik Lydia saat sang kekasih beranjak pergi meninggalkannya.
Mendengar namanya dipanggil pria tampan itupun menghentikan langkahnya kemudian menatap Lydia dengan tatapan sengit.
"Kita putus!" Pekik Kenan sembari beranjak pergi dan untuk kali ini Kenan tak peduli lagi walaupun Lydia terus berteriak memanggil namanya.
***
***
Saat jam sekolah tiba, seperti biasanya Angela menunggu angkutan umum di tepi jalan.
Walaupun orang tua Angela tergolong orang yang sangat mampu, namun Edward dan Emily adalah sosok orang tua yang selalu mengajarkan kemandirian pada anak-anaknya.
Salah satu contohnya dengan membiarkan anak-anak mereka pergi dan pulang sekolah sendiri dengan naik angkutan umum ataupun berjalan kaki.
Angela menatap ke arah lokasi tempat terjadinya kecelakaan yang merenggut nyawa Mutia beberapa hari yang lalu.
Dari tempatnya berdiri, Angela dapat melihat sosok arwah Mutia sedang berdiri di lokasi terjadinya kecelakaan yang merenggut nyawa gadis malang itu. Pakaian yang Mutia kenakan terlihat lusuh serta berlumuran noda darah.
"Dia meninggal karna sudah takdirnya, tidak ada hubungannya dengan ucapanku." gumam Angela saat melihat arwah Mutia terus menatap tajam ke arah dirinya.
JEGERRR!
Suara petir menggelegar, Angela sampai memegang dadanya karna merasa terkejut. Langit yang semula cerah seketika berubah menjadi gelap karna tertutup awan hitam.
Namun angkutan umum yang Angela tunggu belum juga datang, kalaupun ada pasti sudah terisi penuh dan tak ada tempat duduk yang tersisa untuk dirinya.
"Yah hujan!" Gerutu gadis berambut coklat itu saat hujan mulai turun. Dengan terpaksa Angela berteduh di sebuah kios yang letaknya tidak jauh dari gerbang sekolah agar dirinya tak basah kuyup, apalagi Angela baru saja sembuh dari demamnya. Angela tidak mau demamnya kambuh lagi karna kehujanan.
Dari kios tempatnya berteduh Angela bisa melihat ada sepasang kekasih yang sedang berseteru.
"Itukan Kenan dan Lydia"
Kenan menurunkan paksa Lydia dari mobilnya, kenan tak peduli walau kini kekasihnya itu basah kuyup karna air hujan. "Ada masalah apa antara mereka hingga kenan bisa semarah itu pada Lydia." batin Angela.
"Shittt!"
Kesal Lydia yang kini ikut berteduh di kios yang sama dengan tempat Angela berteduh.
"Apa lo lihat-lihat?!" sentak Lydia kala menangkap basah Angela sedang menatap ke arah dirinya.
"Mata-mata gue terserah gue dong mau lihat kemana!" balas Angela tak kalah sengitnya dari Lydia.
***
30 menit berlalu, namun tak ada tanda-tanda hujan akan reda.
"Apa aku pulang sekarang saja ya?" Angela merasa tidak nyaman berlama-lama berada di dekat kekasih pria yang dicintainya. Apalagi tingkah gadis itu sangat menyebalkan.
Tin...tin...
Terdengan suara klakson mobil membuyarkan lamunan gadis indigo itu.
"Papa..." Seru Angela dengan wajah sumringahnya.
Ternyata Edward tak setega itu terhadap anak-anaknya. Ayah dua anak itu datang untuk menjemput sang putri menggunakan mobil mewah dengan logo kuda berjingkrak yang pastinya memiliki harga fantastis.
"Angela, ayo masuk nak." panggil Edward yang tak beranjak sama sekali dari mobilnya. Hanya kaca jendela mobilnya saja yang Ia turunkan sedikit.
"Iya pah." balas Angela. Gadis itu terpaksa berlari menembus derasnya hujan karna mobil sang papa terparkir beberapa meter dari kios tempatnya berteduh.
"Makasih sudah datang menjemputku pah." ucap Angela setelah berada di dalam mobil mewah Edward.
"Hem...sama-sama. Temen kamu gak sekalian di ajak tuh?" tanya Edward sembari menunjuk ke arah Lydia.
"Gak usah pah! Dia bukan temen aku kok." Ucap Angela dengan bibirnya yang mengerucut. Mana sudi ia memberi tumpangan pada orang seperti Lydia.
"Nih kak, pakai handuk ini untuk mengeringkan rambutmu." ucap Jacob yang ternyata sudah lebih dulu berada di dalam mobil mewah sang papa.
Angela mengambil handuk yang disodorkan sang adik, kemudian menggunakan handuk kecil itu untuk mengeringkan rambutnya.
"Kakak gak bilang terima kasih?" Cicit Jacob saat kakak satu-satunya itu hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun padanya.
"Terima kasih adikku sayang..." ucap Angela dengan manja, apalagi tujuan gadis itu kalau bukan untuk menggoda Jacob sang Adik.
"Iiih, geli tau di panggil sayang sama kak Angela." Jacob menggedikan kedua bahunya.
"Kenapa? Kakak memang sayang kok sama kamu." cicit Angel seraya mencubit pipi Jacob dengan gemas.
"Ihhh, apaan sih kak" Jacob nampak risih diperlakukan seperti anak kecil oleh Angela.
***
***
Malam harinya demam Angela kembali kambuh, mungkin karna kehujanan tadi siang.
Karna demam Angela cukup tinggi, Emily memutuskan untuk membawa Angela berobat ke klinik milik dokter Hadi yang letaknya tak jauh dari tempat tinggal mereka.
Setelah mengantar Angela dan Jacob pulang, Edward langsung kembali ke rumah sakit karna ada jadwal operasi yang harus ia tangani. Jadi terpaksa Emily membawa Angela berobat pada dokter lain, walaupun suaminya sendiri seorang dokter.
Angela tampak antusias setelah tahu dirinya akan dibawa berobat ke klinik dokter Hadi, karna Dokter Hadi adalah ayah dari pria yang Angela sukai.
"Semoga Kenan ada di rumah, jadi aku bisa ketemu sama dia saat berobat nanti." Angela senyum-senyum sendiri sembari membayangkan sosok pujaan hatinya. Tindakan Angela itu tak luput dari perhatian Emily.
"Pak Yanto, lebih cepat bawa mobilnya"
Perintah Emily pada pak Yanto supir keluarga mereka.
"Baik nyonya." Jawab Yanto.
Emily merasa cemas saat melihat Angela senyum-senyum sendiri, wanita itu mengira anak gadisnya sudah mulai berhalusinasi karna epek demamnya yang tinggi.
Bersambung.