banyak mengandung ***, tolong yang dibawah umur bijaklah dalam membaca setiap novel.
karya ini adalah karya saya di platform sebelah. terpaksa saya pindahkan disini sebab novel ini sudah hilang di platform sebelah. saya sudah menunggu beberapa bulan kembali nya novel ini tapi nyatanya tidak kembali lagi.
mengandung *** bijaklah dalam membaca
Zahra harus rela di nikahi oleh calon suami kakaknya, intan. sebab intan kabur di hari H pernikahannya. tak ada pilihan lain akhirnya Zahra menuruti keinginan orang tua angkatnya. ingin rasanya wanita itu menolaknya tapi hal itu menyangkut nama baik keluarga mereka.
William menyalahkan Zahra atas hilangnya calon istri saat menjelang pernikahan, pria itu mengira jika Zahra dalang dibalik semua ini karena iri dengan intan.
seakan buta mata dan hati, William terus saja menyiksa Zahra setelah menjadi istrinya. hari-hari dijalani Zahra penuh dengan penyiksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
William yang masih dilanda amarah menghancurkan segala yang ada di kamarnya, bahkan kini kamar itu seperti kapal pecah.
Entah kenapa William tidak suka dengan perkataan maminya Airin, selama ini dirinya selalu menuruti apa mau orang tuanya bahkan sampai menikahi Zahra. Padahal bisa saja mereka membatalkan pernikahan itu sampai intan ditemukan tapi lagi-lagi atas nama baik keluarga.
"S*alan". Umpat William menarik rambutnya frustasi.
"Aku begitu merindukan mu sayang, kenapa sulit sekali menemukan mu. Apa kamu dalam keadaan sehat disana". Ucap William disela tangis nya. Yah pria berbadan kekar dan juga kejam itu kini menangis seakan terpuruk atas kehilangan sang kekasih. Sebegitu dalam rasa cintanya pada sang kekasih sampai rela menangisinya padahal yang ditangis sedang bersenang-senang dengan dua laki-laki yang berbeda bahkan baik-baik saja tak ada lecet sedikitpun.
Sedangkan di ruang tamu, orang tua William kini pamit pulang kepada Zahra karena memang sudah larut malam. Zahra sebenarnya sudah menawari mertuanya untuk bermalam tapi mereka menolak secara halus sebab besok mereka akan berangkat keluar negeri mengunjungi orang tua dari pihak Airin.
"Nanti mami akan mengenalkan kamu dengan keluarga disana, dan kabar baiknya mereka akan berkunjung ke Indonesia ikut dengan kami nantinya ketika pulang". Zahra berbinar mendengar itu, karena memang waktu pernikahannya keluarga dari Airin tidak sempat hadir sebab terkendala oleh sesuatu hanya keluarga Handoko yang memang orang Indonesia sempat hadir.
"Iya mi, hmm papi sama mami berapa lama disana ?". Tanya Zahra memastikan.
"Kami belum tahu sayang, tapi kemungkinan setengah bulan atau tidak satu bulan lamanya" jawab Airin setengah lesuh sebab dirinya belum mau meninggalkan sang menantu apalagi melihat rumah tangga anaknya sepertinya tak harmonis karena memang mereka seakan terpaksa menjalani rumah tangga ini.
"Mami sama papi hati-hati yah dijalan. Hmm boleh nggak besok aku ikut antar kalian dibandara ?". Airin tersenyum mendengar pertanyaan sederhana sang menantu.
"Tentu boleh sayang, ajak sekalian suamimu kita sama-sama kesana". Kata Airin mengelus rambut Zahra. Walupun baru mengenal sang menantu tapi Airin seakan menyayangi perempuan yang kini sudah menjadi istri dari anaknya.
"Sampaikan salam pada William yah sayang sepertinya dia tidak akan turun kesini lagi karena marah pada mami". Zahra hanya mengangguk merasa sedih atas sikap William kepada orang tuanya, padahal orang tuanya begitu menyayangi laki-laki itu.
Setelah cipika-cipiki, orang tua William meninggalkan kediaman anaknya, William hanya melihat diatas balkon tanpa peduli, merasa orang tuanya tidak mengerti dengan perasaannya.
Sesekali asap rokok mengepul keluar dari mulutnya, begitulah William ketika stress maka dia akan mer*kok satu atau dua batang untuk menghilangkan rasa stress nya.
Setelah rok*knya di rasa habis, William menginjak puntung rokok tersebut menggunakan sedalnya seakan melampiaskan amarahnya kemudian berjalan keluar dari arah balkon dan segera turun kebawah niatnya kini kekamar Zahra.
Brakkkkk
Dengan sekali tendangan pintu kamar Zahra langsung terbuka, memperlihatkan Zahra yang selesai mengganti pakaian dengan piyama tidurnya.
Zahra langsung terkejut dengan perbuatan William yang tanpa sopan menendang pintu padahal apa salah nya jika diketok.
'YaAllah ada apa lagi dengan laki-laki ini. Kenapa tatapannya begitu tajam'. Gumam Zahra melihat mata tajam William.
"Hahahahaha". Tiba-tiba William tertawa tidak jelas Zahra bahkan mengerutkan kening nya mengira William sudah gila.
'stress kah ? gara-gara belum menemukan mbak intan'. Batin Zahra masih menatap William tertawa.
"Kenapa anda tertawa tuan, apa ada yang lucu atau anda mulai stress karena belum menemukan kekasih anda ?". William berjalan menuju kearah Zahra dengan sekilas tangan kekar itu sudah mendarat dileher mulus sang istri.
Zahra yang tidak siap begitu terkejut, entah apa lagi kesalahannya, padahal akhir-akhir ini William sudah tidak melukai fisiknya lagi tapi malam ini laki-laki itu kembali berulah.
Mata tajam William menatapnya seakan ingin mengulitinya hidup-hidup, tanpa rasa takut Zahra menatap mata itu. Dirinya sudah bertekat tidak akan takut kembali dengan perlakuan William.
"Apa kamu mulai terang-terangan sekarang menggodaku ? Hmmm ?". Memperkuat cengkraman dileher Zahra.
"JAWAB S*ALAN!!!". teriak nya tepat dimuka Zahra.
Zahra tak bisa menjawab sebab cengkraman itu begitu kuat hingga nafas Zahra seakan ingin melayang, William menghempas kasar tubuh mungil Zahra hingga menabrak lemari.
Uhhuk
Uhhuk
Zahra segera memegang lehernya yang terasa sakit, tak lupa menepuk dadanya sebab kesulitan bernafas, matanya menatap tajam kepada laki-laki yang selalu menyiksanya itu.
"Hahaha ternyata kamu sudah berani menatapku seperti itu wanita m*rahan. Apa siksaan ku selama ini tak mempan hmm ?". Ucap William berjongkok mencengkram dagu Zahra.
"Sebenarnya apa maumu s*alan, kenapa kau menyiksaku terus, APA SALAH KU HAAAA!!!. KENAPA KAU TAK HENTI-HENTINYA MENYIKSAKU. BAHKAN SAMPAI KAU MEMB*N*HKU SEKALIPUN KEKASIH MU ITU TIDAK AKAN KEMBALI KARENA DIA SUDAH KABUR BERSAMA LAKI-LAKI LAIN, LAKI-LAKI YANG SELAMA INI MENJADI SELINGKUHAN NYA". teriak Zahra tak tanggung-tanggung, dirinya mengeluarkan semua uneg-uneg nya selama ini. Sakit rasanya selalu disalahkan bahkan fisiknya pun harus tersakiti atas apa yang tidak dia perbuat nya.
"APA SELAMA INI KAU B*D*H ATAU KEB*D*HAN MU DIBUTAKAN OLEH CINTA S*ALAN MU ITU ?" Teriaknya kembali, Zahra terkekeh geli melihat berapa b*d*hnya seorang William Alexander selama ini.
"Kau memang b*d*h, bahkan kekasih mu selingkuh pun kau tak mengetahuinya. Kemana William Alexander yang berkuasa itu, bahkan kekasih yang kau agung-agungkan itu tega mengkhianati mu. Kau selalu mengatakan jika aku ini m*rahan tapi nyatanya kekasih yang kau banggakan itu yang m*rahan bahkan seperti p*l*cur diluaran sana memberikan kesuciannya nya pada orang lain".
Plak
Plak
Plak
Tamparan keras mendarat di pipi mulus Zahra bahkan kini sudah sobek, d*rah segar sudah mulai keluar dari hidung nya. Perempuan itu mengusap d*rah yang keluar dari hidungnya.
"Jangan pernah kamu mengatakan intan m*rahan apalagi p*l*cur. Karena aku tak akan segan-segan akan memb*nuh mu sekarang juga. Intan ku adalah makhluk suci bahkan selama pacaran kami tak pernah melakukan hal-hal diluar batas sekalipun". Tekan William
"Kenapa ? Apa kau tak terima jika aku mengatakan jika wanitamu itu m*rahan ? Kau saja sebagai kekasihnya tidak menerimanya bagaimana dengan diriku yang selalu kau hina seakan aku ini kupu-kupu malam. Apa pernah kau melihat ku menjajakan tubuh ku diluar sana ? Sampai mulut busuk mu itu mengatakan hal demikian. Bahkan kita tak saling mengenal sebelumnya dan dengan tidak tahu dirinya kau mengatakan itu". Tunjuk Zahra tersenyum miring.
"Kamu memang pantas disebut m*rahan karena menghalalkan segala cara untuk mendapatkan aku, walaupun tidak ada bukti yang mendasar tapi aku tahu pikiran mu. Kamu itu hanya anak pungut yang membutuhkan uang agar bertahan hidup. Dasar m*rahan".
"AKU BUKAN PEREMPUAN M*RAHAN S*ALAN". Zahra seakan kesetanan dengan kekuatan penuh mendorong William hingga terjungkal kebelakang.
Bersambung...