Amora Kiyoko, seorang gadis yatim piatu yang lembut hati, menjalani hidup penuh cobaan. Ia tinggal bersama bibinya, Tessa, dan sepupunya, Keyla, yang memperlakukannya dengan kejam.
Di tempat lain, Arhan Saskara, CEO muda PT Saskara Group, tengah menghadapi masalah di perusahaannya. Sikapnya yang dingin dan tegas membuat semua orang segan, kecuali sahabatnya, Galang Frederick.
Hari itu, ia ada pertemuan penting di sebuah restoran, tempat di mana Amora baru saja bekerja sebagai pelayan.
Namun, saat hendak menyajikan kopi untuk Arhan, Amora tanpa sengaja menumpahkannya ke tangan pria itu. Arhan meringis menahan sakit, sementara Galang memarahi Amora, "Kau ini bisa kerja atau tidak?!"
Penasaran kelanjutan cerita nya, yuk ikuti terus kisahnya, beri dukungan dan votenya🙏🏻😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Up 24
Dalam perjalanan pulang, Arhan memandangi wajah Amora yang pucat dan tertidur di pelukannya. “Maafkan aku, Sayang... Ini semua demi kesembuhanmu,” bisiknya lirih.
Setibanya di mansion, Arhan membawa Amora ke kamar. Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering.
“Halo, Galang,” sapa Arhan.
“Apakah Anda di kantor, Tuan?” tanya Galang di ujung telepon.
“Tidak. Tolong tangani semua urusan kantor. Saya sementara akan fokus pada Amora, kecuali ada hal penting yang tidak bisa diwakilkan.”
“Baik, Tuan. Maaf kalau saya lancang, tetapi ini soal Zeline. Dia ingin bertemu Nona Amora.”
“Bawa dia ke mansion. Amora pasti senang bertemu kekasihmu.”
“Baik, Tuan.”
“Kalau begitu, saya tutup dulu.”
Arhan menutup telepon, tetapi suara dari kamar mengejutkannya. “Hueeek... Hueeek...”
Dia segera berlari ke kamar dan menemukan Amora muntah. Dengan sigap, dia memijat tengkuknya dan memberikan segelas air.
“Minum dulu, Sayang,” ucapnya lembut.
Amra meminum perlahan. “Sa... sakit, Kak.”
“Kita ke rumah sakit, ya?”
Amora menggeleng cepat. “Ara nggak mau.”
“Kalau begitu, istirahat saja. Mau tidur lagi?”
Amora mengangguk lemah. “Iya, Kak. Tubuhku terasa lelah.”
“Tidurlah, Sayang. Aku akan menjagamu.”
Namun, sebelum memejamkan mata, Amora berkata pelan, “Kak, kita bukan muhrim. Apa nggak dosa kita tinggal serumah dan sekamar?”
Arhan tersenyum kecil. “Baiklah. Kita akan menikah tiga hari lagi.”
“Tiga hari lagi? Secepat itu?”
“Iya, Sayang. Bukannya lebih cepat lebih baik?”
Amora hanya mengangguk pelan sebelum akhirnya tertidur.
Jam makan siang, Galang menjemput Zeline dan mengantarkannya ke mansion.
“Arhan,” sapa Galang saat tiba di pintu.
“Kenapa kau ikut kemari?” tanya Arhan sedikit heran.
“Apa tidak boleh?”
Zeline menjawab pelan, “Maaf, Han. Aku takut kalau datang sendirian.”
Galang menenangkan Zeline. “Sayang, aku akan kembali ke kantor. Hati-hati, ya. Kalau pulang, kamu bisa naik taksi.”
“Iya, Kamu juga hati-hati” balas Zeline sambil tersenyum.
Di kamar, Amora sedang berbaring ketika Arhan masuk.
“Sayang, kamu tidur?” tanya Arhan.
“Enggak, Kak. Ada apa?”
“Aku punya kejutan buat kamu,” jawabnya sambil tersenyum.
“Kejutan apa?”
Tiba-tiba, pintu terbuka. “Surprise!” seru Zeline dengan riang.
Amora terperanjat. “Zeline!”
Zeline tertawa. “Yessss!”
Arhan tersenyum melihat mereka. “Kalian ngobrol saja. Aku akan keluar sebentar.”
“Kak Arhan mau ke mana?” tanya Amora.
“Hanya ke ruang kerja, Sayang.”
“Baiklah.”
Setelah Arhan keluar, Zeline langsung menatap Amora serius. “Amora, kenapa lo nggak cerita sama gue selama ini?”
“Cerita apa, Zel?”
“Gue udah tahu semuanya,”
Amora menunduk. “Maafkan aku. Aku nggak mau bikin kamu khawatir.”
“Gue nggak percaya lo nggak cerita ke gue. Kita udah sahabatan lama, Ra. Lo gue anggap kayak saudara sendiri!”
“Maafkan aku, Zel.” jawab Amora dengan suara bergetar.
Zeline menarik napas panjang. “Sekarang gimana keadaan lo?”
“Tadi aku habis kemoterapi. Jujur, rasanya sakit banget,” jawab Amora jujur.
Zeline menggenggam tangan Amora. “Lo harus semangat, ya. Gue yakin lo pasti sembuh.”
“Terima kasih, Zel.” Tiba-tiba Amora melihat cincin di jari Zeline. “Eh, tunggu. Itu cincin dari Galang, ya?”
Zeline tersenyum malu. “Ehmm iya Ra.”
“Cieee. Terus, kapan kalian nikah?”
“Belum tahu, Ra. Kita baru tunangan.”
“Oh, ya, Zel, Kata Kak Arhan, tiga hari lagi dia ngajakin aku nikah.”
Zeline terkejut. “Lo serius?”
Amora mengangguk.
“Finally! Setelah sekian lama kalian bersatu juga!” Zeline tersenyum lebar, tetapi kemudian Amora menunduk.
“Ya... Sebelum aku pergi, setidaknya aku bisa merasakan menjadi istri Kak Arhan” ujar Amora pelan.
Zeline menatapnya tajam. “Ra, gue nggak mau dengar lo ngomong kayak gitu lagi!”
“Maaf, Zel,” bisik Amora.
mohon dukungan like dan vote nya 🙏🏻😁